Ch.46 Langkah Selanjutnya ?

3.7K 216 31
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.46

THIRD P.O.V

Ada sekitar satu jam Ibrahim di ruang ER, pak Damar datang dengan Amihan dan Nala, wajah mereka terlihat khawatir, Amihan membawa salin pakaian untuk Abuya, Abuya mengambil salin itu dari Amihan dan menggantinya di toilet, Abuya memandang ke arah Emir yang menundukan kepalanya, ia duduk diruang tunggu ditemani pak Damar dan Amihan, sedangkan Nala, dia pergi mencari vending machine dan membeli minuman hangat untuk Abuya dan Emir, Abuya duduk di samping Emir, tidak ada percakapan diantara mereka, merek saling berdiam diri, pak Damar menyuruh Emir untuk mengganti pakaiannya yang basah, Amihan mengambilkan pakaian dari tas yang dibawahya untuk Emir, Emir pun menurut dan mengganti pakaiannya di toilet.

Saat mengganti pakaiannya, ia kemudian teringat bahwa baju yang sekarang ia gunakan untuk mengganti pakaiannya yang basah adalah baju yang Ibrahim cuci dan setrika, seketika perasaan tidak nyaman menghinggapi Emir, ia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi kepada Ibrahim, suara suara isi fikirannya mengahantuinya, bertanya mengapa ia meninggalkan Ibrahim sendirian di market itu, seharusnya dia tidak melakukan hal yang tadi, itu membuat Emir sedikit frustasi, ia menatap cermin dihadapannya, matanya menampilkan rasa takut, rasa takut tentang apa yang terjadi kepada Ibrahim, ia takut jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Ibrahim, apa yang harus ia dan Abuya katakan kepada keluarga Ibrahim di kampung halamannya, suara ketukan terdengar dipintu toilet.

“Tuan Emir?, Kenapa lama sekali didalam?, Segeralah keluar dan minum kopi hangat, badan anda membutuhkannya.” Pak Damar memanggil Emir dari luar pintu toilet, Emir membuka pintu toilet kemudian mengangguk kepada pak Damar dan berjalan kembali ke ruang tunggu, Emir mengambil kopi yang disodorkan oleh Nala, kemudian meminumnya sedikit, Abuya masih berdiam, namun kali ini dengan cup teh panas ditangannya, mereka menunggu hingga sekitar tiga puluh menit kemudian, dokter keluar dari ruang ER, Abuya dengan cepat beranjak dan bertanya kepada dokter mengenai keadaan Ibrahim.

“Syukurlah pasien tidak mengalami hal yang begitu buruk, kepala pasien mengalami mild concussion, tulang hidungnya patah, dan bibir bawah pasien robek.” Ucap dokter itu, serentak semua yang mendengar mengucap puji syukur.

“Lalu bagian belakang kepalanya dok? Tadi dia menguarkan banyak darah, hingga menempel di baju yang saya kenakan, apakah ada masalah dengan kepalanya?.” Tanya Abuya penasaran.

“Kulit kepalanya sobek, mild concussion nya berasal dari pukulan keras benda tumpul, tapi kulit kepalanya yang sobek seperti bukan dari benda tumpul, apakah pasien dipukul menggunakan sesuatu yang tipis atau sedikit tajam ?.” Tanya dokter.

“Ibrahim dipukul menggunakan apa ya,bentuknya seperti pipa kecil, berwarna hitam, seperti pentungan untuk menangkis atau memukul, polisi itu memukul Brahim sangat keras, apakah lecet pada tongkat itu yang menyebabkan sobek pada kepala Brahim?.” Tanya Emir.

“Kemungkinan seperti itu, ah ada lagi, wajah pasien mengalami luka gores ringan sepertinya akibat gesekan sesuatu, pergelangan dan lengan bagian atas pasien juga mengalami memar.” Lanjut dokter, rahang Abuya mengeras mendengar diagnosa dokter, tangan Abuya mengepal, kemudian ia menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya pelan, mengatur emosinya.

“Sudah bisa dijenguk dok?.” Tanya Abuya.

“Tunggu hingga pasien stabil, lalu kami akan memindahkannya dari ruang ER, baru kalian bisa melihat pasien.” Jawab dokter itu sambil tersenyum.

“Keruang VVIP sesuai yang saya urus?.” 

“Tentu saja tuan.” Jawab dokter.

“Terimakasih dokter, Adnan.” Ucao Abuya setelah membaca name tag dokter itu, dokter Adnan tersenyum kemudian izin pergi ke belakang untuk mengurus sesuatu, Abuya, Emir dan yang lain kembali duduk di sofa ruang tunggu.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang