Ch.41 Honeymoon II

6.3K 199 13
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.41

Semilir angin dingin membangunkanku, aku membuka mata, tertidur dipelukan Abuya, kepalaku bersandar didadanya, kenapa dingin sekali rasanya, aku beranjak dari kasur, menyelimuti Abuya, memakai celanaku lalu berjalan menuju ruang tengah tenda, ternyata angin dingin itu masuk melalui tenda yang tidak tertutup sempurna, aku menutup tenda itu dengan rapi, kemudian mengambil satu kaleng minuman manis dan kembali ke kamar menuju Abuya, sambil minum, aku berdiri tepat disamping Abuyaz menatap wajahnya yang tertidur, ahh, bahkan ketika tidur saja, Abuya terlihat begitu menawan, betapa beruntungnya aku bisa mendapatkan kasih sayang dia, bahkan mendapatkan tubuhnya.

Kulihat jam di handphone ku, pukul dua pagi,aku naik kembali keatas kasur, masuk kedalam selimut bersama Abuya, lalu kembali memeluknya erat, Abuya bergerak memberiku ruang lalu membalas pelukanku erat, kali ini terasa tidak begitu dingin, kami saling berpelukan, kupejamkan mata, kembali tidur.

Jika tadi aku terbangun karena dingin, kali ini aku terbangun karena merasa sedikit hampa, selimut berada diabawah leherku, diatas kasur seluas ini hanya ada aku, Abuya sudah tidak ada disampingku, kemana dia?, Aku turun dari kasur, memakai kaus ku, kemudian berjalan menuju ruang tengah tenda, sepi, tidak ada juga Abuya, aku kembali membuka handphone, pukul enam pagi, tidak ada siapa siapa disini, aku putuskan untuk pergi keluar tenda, membuka pintu tenda, dengan cepat angin pagi hari menerpa wajahku, dingin kurasakan, aku melihat ke sekitar, ternyata ada dia disana, Abuya, sedang berada didepan api unggun yang menyala, aku berjalan mendekat ke arahnya, lalu memeluknya dari belakang.

"HAHH!." Teriak Abuya kaget, aku tertawa kencang, pertama kali sejak aku bekerja disini melihat Abuya kaget.

"Sedang apa?." Tanyaku.

"Jangan seperti itu, saya terkejut." Ucap Abuya ketus.

"Maaf Abuya, lagi pula Abuya bangun tidak memberitahu saya, tiba tiba sudah ada disini saja, saya kesepian Abuya." Ucapku, Abuya mengecup pipiku pelan.

"Maaf, kamu terlihat begitu lelah Brahim, saya tidak tega membangunkanmu, jadi lebih baik saya bangun duluan untuk membuat sarapan."

"Terimakasih Abuya, apa itu?." Jawabku sambil bangun dari rangkulanku dipunggung Abuya, dan menunjuk ke arah panci diatas api.

"Saya sedang membuat Chai, dan roti, duduk dulu, rotinya sebentar lagi matang." Aku mengangguk kemudian duduk dibantalan diatas pasir dekat Abuya, aku memperhatikan Abuya, ia memasukan beberapa rempah rempah entah apa kedalam panci, kemudian kulihat dia memasukan susu kedalam panci itu lalu mengaduknya pelan dan menutupnya kembali, ia kemudian bergerak ke area bawah api unggun, disana ada sebuah lingkaran besi flat, diatasnya ada empat buah adonan, seperti adonan cookies namun lebih pipih, dan terlihat sudah kering juga, Abuya menggunakan tanganya untuk membolak balik roti itu hingga matang, ia mengambil nampan, mengangkat roti itu dari plat besi bundar kedalam nampan, Abuya juga mengisi dua buah gelas kosong dengan Chai panas dari dalam panci dan membawanya kepadaku.

"Sudah matang Brahim!, Tapi sebentar, jangan dulu dimakan, saya lupa sesuatu." Ucap Abuya sambil berjalan masuk kedalam rumah, beberapa saat kemudian ia kembali lagi dengan membawa sesuatu, Abuya menaruh yang kulihat seperti cream itu disebelah roti roti panas.

"Apa itu cream Abuya?."

"Benar Brahim, ini butter cream, dan ini syrup kurma." Ucap Abuya sambil mengucurkan saus kental berwarna coklat keatas butter cream.

"Terlihat lezat Abuya." Ucapku pelan.

"Silahkan dimakan sekarang Brahim, saya juga sudah mulai lapar." Ucap Abuya sambil mengusap kepalaku, Abuya kemudian mengambil satu roti yang sudah hangat itu, menyobeknya, kemudian melipat roti itu, menyendokan cream butter dengan syrup kurma keatas roti yang telah ia sobek kemudian memakannya, sebuah senyum terbentuk di bibir Abuya, ia mengunyah sambil menutup mata, ia kemudian menatapku, aku hanya tersenyum kepada Abuya, Abuya mengambil sobekan roti sisanya, melakukan hal yang sama, memberikan cream butter diatasnya, kemudian memberikannya kepadaku, menyuruhku untuk memakannya, dadaku menghangat, sialan, jika sudah begini, mana mungkin aku bisa move on dan berpindah ke lain hati, begitu sempurna pria ini, aku mengambil roti itu dari tangan Abuya kemudian memakannya, memang lezat, manis, gurih dan lembut, hangat dari roti buatan Abuya, berpadu dengan gurih dan manis dari butter cream dan syrup kurma, membuat mataku berbinar lalu mengambil roti tersebut sendiri kemudian memakanya lahap, Abuy tertawa melihatku.

"Pelan pelan Brahim, tidak akan saya habiskan juga, makanlah sebanyak yang kamu mau." Ucap Abuya samjil terkekeh melihatku yang begitu buas melahap roti buatan Abuya, sarapan pagi, ditemani Abuya, juga sunrise yang begitu kentara terlihat, indah, sialan begitu indah hidupku, tak pernah aku merasa sebahagia ini, jika bisa aku ingin menghentikan waktu saat ini, dan tetap bersama Abuya selamanya.

Aku melihat ke arah Abuya, dia mengambil satu gelas Chai, kemudian meniup chai itu dengan sabar, agar panasnya chai tidak membakar, ada sekitar satu menit Abuya meniup chai itu, masih belum dia meminumnya, aku mengikutinya, mengambil gelas chai satunya lagi, belum sempat aku mengambil chai itu, tangan Abuya menahan tanganku.

"Jangan yang itu, masih panas, yang ini saja, sengaja saya tiupkan agar panasnya tidak membuat langit langit mulut melepuh, ini ambilah!." Perintah Abuya, kembali dadaku menghangat, sudah tidak ada kata kata yang bisa aku ungkapkan, pria ini, pria sempurna dimataku, aku sedikit terharu, aku mengambil gelas itu kemudian menyesap sedikit chainya, benar, hangat, tidak terlalu panas, dan rasanya luar biasa, teh nya begitu kuat, tapi milky, dan entah apa lagi yang Abuya masukan, tapi chai ini tercium begitu wangi, lezat, kombinasi yang sempurna dengan roti yang gurih.

"Abuya." Ucapku.

"Hmm?." Ucapnya sambil kemudian meminum chainya sedikit.

"Terimakasih." Ucapku tulus, tanganku mengambil tangan Abuya, meremas bicepnya pelan, kemudian menggandeng jari jari Abuya dan mencium tanganya, Abuya diam, dia duduk mendekat kepadaku, merangkulku, menarik badanku, membuatku terduduk sambil bersandar didada Abuya, ia mengecup kepalaku, tidak mengeluarkan sepatah kata tetap, ia hanya memandangku tulus kemudian matanya menatap ke arah matahari yang sudah mulai muncul, aku pun melakukan hal yang sama, satu hal kecil yang kurasakan, tangan Abuya mengusap telapak tanganku lembut tanpa henti, aku dan Abuya menikmati sarapan sambil duduk berpelukan, semilir angin dingin dipagi hari, matahari yang malu malu muncul memberikan kehangatannya, dan tentu saja, pelukan Abuya yang begitu nyaman, membuatku merasa begitu bahagia.

"Brahim." Ucap Abuya.

"Hmm?." Tanyaku sambil menatapnya.

"Apa kamu bahagia?." Aku menatap mata Abuya dalam dalam, kemudian tersenyum tulus sambil mengusap pipinya lembut.

"Tak pernah seumur hidup saya, saya merasa sebahagia ini Abuya, diwaktu ini, di titik ini, dan bersama anda saat ini, adalah dimana saya menjadi diri saya yang paling bahagia, terimaksih Abuya." Ucapku sambil mengecup pipinya, Abuya tersenyum lembut kemudian mengeratkan pelukannya lalu membalas kecupan dipipiku, kami saling memandang, kemudian kembali menatap matahari terbit di padang pasir yang indah.


***************

Hey hey hey, update chapter baru nihhh, pendek pendek nggak apaa apa ya guysss, chapter ini malah menurutku chapter paling sweet, aku nulisnya sambil senyum senyum sendiri, semoga kalian yang baca juga senyum senyum bacanya haha, jangan lupa vote dan komen yaaa, makasih banyak udah selalu hadir.

Oh iya, Buat kalian yang mau dukung atau sawer aku, kalian bisa dengan membeli cerita aku yang berjudul "MENGGODA BAPAK" di karyakarsa atau chat telegram aku @Tuamenggoda di telegram, makasih buat yang udah dukung, baca, vote dan komen cerita aku.

Ilysm guysss!!!!!!

SELAMAT MEMBACA!!!!!

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang