Ch.31 Abuya Aftermath

6.8K 278 32
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.31

Abuya masuk kedalam area dapur dimana aku sedang membantu Amihan dan Nala untuk menyiapkan makanan dan menyajikannya diatas meja, seperti biasa hanya kami berempat makan malam, pak Damar dia tidak pernah ikut makan malam bersama, hanya Abuya, Emir dan pekerja dalam rumah saja, meskipun begitu Abuya juga suka menyuruh kami untuk mengantarkan makanan ke security atau ke pak Damar, Abuya makan dengan begitu lahap, bahkan ia menambah makannya, mungkin akibat energinya yang terkuras akibat persetubuhan kami, aku hanya memandang Abuya dari jauh sambil tersenyum, selesai kami makan, aku Amihan dan Nala membereskan piring dan sisa bekas makan mala kami, sedangkan Abuya ia masih terduduk sambil meminum gelas berisi air putihnya, kemudian kulihat Abuya bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu dapur.

“Brahim, bawakan saya teh hangat tanpa susu tanpa mint, dan bawa ke kamar saya!.” Perintah Abuya, aku mengangguk pelan, Abuya berjalan keluar dari kamar.

“Ibrahim, aku ingin bertanya.” Ucap Nala kepadaku.

“Ya?.” 

“Kau menjadi asisten Abuya? Apakah ada gaji tambahan?.” Tanya dia.

“Hmm, tentu saja, aku mendapat dua gaji, sebagai tukang cuci dan sebagai asisten.” 

“Haaah?, Kenapa bukan aku saja ya yang menjadi asisten Abuya, kalau tahu mendapat dua kali gaji dari awal, aku pasti sudah menawarkan diri.” Ucapnya sambil mengeringkan tangan setelah selesai mencuci piring, aku tidak menjawab apapun, hanya tertawa pelan lalu pamit untuk mengantarkan teh hangat ke kamar Abuya.

_____

Aku membuka pintu kamar Abuya, terlihat disana dia sedang duduk menghadap ke arah luar jendela, memakai kaus putih polos dengan celana pendek dengan sebatang rokok menyelip disela sela tangannya.

“Ini teh nya Abuya.” Ucapku menyadarkan lamunannya.

“Ahh, iya bawa kesini brahim!.” 

Aku menyerahkan teh itu kepada Abuya, lalu pamit hendak balik ke kamarku, Abuya menahanku kemudian menyuruhku duduk dipangkuannya, aku menuruti keinginannya, ia menghisap rokok kemudian menghembuskan asapnya diwajahku lalu tersenyum lebar.

“Terimakasih Brahim.” Ucap Abuya.

“Hanya teh saja Abuya, tidak perlu berterimakasih, itu sudah tugas saya.” 

“Bukan hanya teh ini saja Brahim, terimakasih atas segala yang telah kamu berikan kepada saya, pelayananmu, pengabdianmu, mulutmu yang basah, dan lubang pantatmu yang sempit, terimakasih untuk itu.” Aku memandang wajah Abuya kemudian mengusap wajah Abuya lembut sambil tersenyum.

“Dengan senang hati Abuya, melayani anda adalah sebuah penghormatan bagi saya, saya sangat tersanjung ketika saya bisa memuaskan anda, kepuasan anda adalah kepuasan saya juga, saya juga ingin berterimakasih atas segala yang Abuya telah berikan kepada saya, kesempatan bekerja, kebaikan, tubuh Abuya yang menakjubkan, tangan Abuya yang lihai, dan tentu saja, penis Abuya yang benar benar membuatku kewalahan, membuatku kelimpungan, anda benar benar perkasa Abuya.” Jawabku panjang lebar, Abuya mengeratkan pegangan tangannya oada pinggangku, matanya tidak pernah lepas dari mataku, senyumnya manis, kami kembali berciuman lembut.

“Kamu bersedia melayani saya kapanpun saya inginkan ?.” Tanya Abuya.

“Kapanpun Abuya ingin, mulut dan lubang pantat saya selalu terbuka untuk anda.” Jawabku nakal, Abuya tidak bicara apapun lagi, hanya saja tangan Abuya yang besar itu meremas pantatku keras membuatku menjerit pelan, ia kemudian kembali tertawa, aku duduk dipangkuan Abuya begitu lama, hingga ia menghabiskan beberapa batang rokok dan gelas tehnya kosong, malam menunjukan pukul sepuluh, aku bangkit dari pangkuan Abuya kemudian pamit keluar kamar, Abuya mengangguk dan mempersilahkanku kembali ke kamarku.

Pagi hari Abuya berangkat ke kantor, aku memakaikan dasinya, sepatunya dan membawakan kopernya hingga ia masuk kedalam mobil bersama pak Damar dan melaju hingga mobil tak terlihat dari pintu, aku menyelesaikan tugasku, menjemur pakaian lalu memakan sarapan dan kembali ke kamarku sembari menunggu Abuya pulang.

_____

Dalam tidurku kurasakan seseorang menindihku, berat, berbadan besar, namun wangi, aku berusaha membuka mata, namun rasa kantuk membuatku lebih sediki lama untuk sadar, ketika mataku terbuka, terlihat Abuya dengan pakaian kantornya yang masih lengkap, minus sepatu sedang menindihku yang sedang tertidur telungkup, iya benar, tadi siang aku tertidur dan lupa mengunci pintu kamarku, aku melihat ke arah pintu kamar, tertutup rapat.

“Abuya?.” 

“Hmmm.”

“Sudah pulang, kenapa tidak membangunkan saya?.” Tanyaku.

“Saya ingin memeluk kamu Brahim, saya rindu, tadi saat saya pulang, kamu tidak ada menyambut saya, saya heran kemudian langsung cek ke kamarmu, ternyata sedang tidur, makanya saya langsung masuk dan memeluk kamu.” 

“Tapi badan Abuya besar, saya engap Abuya.” Ucapku sambil tertawa, Abuya membalas ucapakanku dengan sama tertawa, ia membalikan badannya turun dari atas badanku ke sampingkku, tangan Abuya bergerak memangku aku dan membuatku berada diatas tubuh Abuya, ia memelukku erat sambil mengusap punggungku, kepalaku bersandar di dada Abuya, wangi keringat dan parfum Abuya di pakaiannya tercampur dengan sempurna, wangi pria perkasa pekerja keras, membuatku menghirup dalam dalam aroma badan Abuya.

“Saya juga rindu Abuya.” Ucapku pelan sambil memandang ke arah mata Abuya, kami saling menatap, Abuya mengangguk sambil tetap mengelus kepalaku, aku bangun dari tidurku dan duduk diatas kasur, Abuya juga ikut bangun, namun ia dengan cepat tidur kembali lalu menggunakan pahaku sebagai bantalan kepalanya.

“Usap rambut saya Brahim.” aku menurutinya, mengusap pelan rambut Abuya, dia memejamkan matanya, merasa nyaman mungkin, aku menurunkan wajahku dan mengecup lembut bibir Abuya, Abuya membalas ciuman singkatku, aku masih tetap mengusap rambut Abuya.

“Sudah ya Abuya, ayo kita kembali ke kamar Abuya, anda harus mandi, tidak baik jika langsung tidur, anda belum makan juga, yuk!.” Ucapku sambil membangunkan Abuya, dia bangun dan memgangguk lalu turun dari kasur kearah pintu.

“Sebentar Abuya!.” Ucapku sambil melihat ke arah cermin dilemari.

“Saya belum cuci muka haha.” Ucapku, Abuya berjalan dari arah pintu menuju ke arahku, berdiri tepat dibelakangku lalu memeluk badanku erat, menicumi leherku, aku dan Abuya melihat ke arah cermin, ada aku yang sedang dipeluk oleh Abuya.

“Mandi atau tidakpun, kamu lah satu satunya yang bisa membangkitkan saya Brahim, tidak usah khawatir.” 

“Tapi nanti Abuya jijik.” 

“Jijik?, Lidah saya sudah pernah masuk kedalam lubang pantatmu, tidak ada kata jiji lagi mengenai dirimu Brahim.” Jawab Abuya sambil menggesekkan kumis nya dileherku, membuatku mengadahkan kepala bersandar pada dada Abuya sambil mengelus tangan Abuya yang melingkar diperutku.

“Membangkitkan anda hmm Abuya?.” Tanyaku nakal.

“Benar Brahim, seperti sekarang.” Jawab Abuya sambil kemudian menggesekkan penisnya di belahan pantatku.

“Keras bukan?.” Tanyanya, aku mengangguk, Abuya masih menggesekkan penisnya dipantatku, namun dengan cepat aku hentikan kegiatannya.

“Sudah Abuya, mandi dulu, lalu kita makan.” Ucapku, Abuya hanya menghembuskan nafas kasar, lalu mengecup bibirku, melepaskan pelukannya di perutku lalu menuntunku keluar dari kamar, ketika hendak sampai diruang tengah, aku melepaskan tangan Abuya, Abuya berhenti sejenak lalu menatapku.

“Nanti ada yang lihat.” Ucapku, Abuya mengangguk setuju lalu kami berjalan masing masing, Abuya ke kamarnya, dan aku kedapur.

*************

Ges ges ges update baru ini!!!!!, Dikit dikit dulu aja ygy gpp kan, aku lagi mumet soalnya haha, ini juga nyempetin nulis, makasih banyak buat kalian yang udah vote dan komen.

Buat kalian yang mau dukung atau sawer aku kalian bisa dengan membeli cerita aku berjudul "MENGGODA BAPAK" di karyakarsa atau chat telegram aku @Tuamenggoda , makasih buat yang udah baca, dukung, vote dan komen, ILYSM GUYSSSS.

SELAMAT MEMBACA!!

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang