Part 3

15.4K 651 7
                                    

Nathan tersadar dari lamunannya saat terdengar bunyi dering pada ponselnya. Dirinya menatap layar ponselnya sekilas lalu mengabaikanya dan menekan tombol reject.

Tak berapa lama terdengar nada pesan masuk, dengan malas Nathan membuka dan membacanya sekilas lalu menghapusnya.

Pesan itu dikirimkan dari salah satu teman kencannya. Nathan suka wanita, dirinya suka berkencan dan bergonta – ganti pasangan.

Dirinya tidak pernah menolak gadis yang ingin berdekatan dan berkenalan dengannya.

Bahkan terkadang image buruk juga tersebar di dalam kantornya. Meski begitu dirinya tidak pernah meniduri teman kencannya itu.

Nathan menghentikan kebiasaannya itu sejak ia bertemu gadis yang 2 tahun lalu mencampakannya.

Sekarang siapapun gadis yang datang padanya asalkan tidak merepotkan dan membuatnya kesal, maka ia terima dengan tangan terbuka.

Tapi jika seorang gadis telah merusak ketenangannya dan ingin mencampuri urusan pribadinya maka dirinya akan bersikap seperti ini dengan mengabaikan seluruh panggilan dan pesan masuk. Jika Nathaniel Gavriel telah mengacuhkan seorang wanita maka itu berarti hubungan mereka berakhir.

Nathan memang tidak terlalu pemilih dalam mengencani teman wanita. Asalkan tidak teralalu cerewet dan bisa diam dengan uang maka ia mau mengencani gadis itu.

Baginya semua wanita sama saja. Love, Money, Sex. Dirinya bisa memberikan uang tapi tidak dengan seks dan cinta karena suatu kejadian di masa lalunya.

Dirinya tidak mau menebar benih sembarangan pada wanita yang tidak jelas. Meski menggunakan pengaman sekalipun Nathan tetap tidak mau melakukannya.

Nathan adalah penerus tunggal Gavriel Group. Meski ia diragukan orang-orang sebagai anak pemilik GG sebelumnya. Dia harus bertanggung jawab dalam menjalankan bisnis milik papanya ini selain itu ada rahasia yang ia sembunyikan dari semua orang.

Akhir-akhir ini Nathan lebih mengutamakan kemajuan perusahaannya dibandingkan berkencan. Jika ia berkencan artinya ia memiliki waktu senggang atau bosan atau perlu pelampiasan.

Nathan mengusap wajahnya yang lelah dengan kasar dan segera memencet tombol interkom "Ellen segera ke ruanganku" ucapnya singkat dan terkesan dingin.

Tak berapa lama terdengar ketukan pelan dari pintu kantornya "Masuk"

Sesosok gadis mungil dengan pipi chubby menampakan dirinya di balik pintu besar itu. Entah kenapa setelah memanggil Ellen melalui interkom dan menunggu ketadangan gadis itu jantungnya selalu berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Bapak memanggil saya?"

Nathan memperhatikan Ellen dengan seksama "Duduk" ucapnya singkat.

Patuh Ellen duduk berhadapan dengan bosnya itu, tidak berani memandang langsung pada bosnya sejak insiden terakhir ia dibentak.

Hening cukup lama, Nathan hanya sedari tadi memperhatikan gadis itu, jika di perhatikan dengan seksama mata gadis itu berwarna cokelat indah, hidungnya yang mancung dan munggil, pipi sedikit chubby serta bibir ranum dan penuhyang di poles dengan lipgloss warna rose. Membuat bibir itu sedikit mengkilap dan mengoda untuk di cium. Pipi chubbynya sangat mengemaskan.

What!? Menggoda untuk dicium? Mengemaskan? Shit! Nathan memaki dirinya.

Ellen sedari tadi hanya mematung dan berdiam diri. Jari-jarinya saling bertautan dan saling meremas satu sama lain.

Kenapa bos memanggilku kalau sedari tadi dia hanya diam dan menatapku seperti itu.

Ellen memberanikan diri untuk bersuara.

When Beauty Tamed the Beast (DEWASA 21+)Where stories live. Discover now