PART 5

13.6K 555 5
                                    

Dalam perjalanan mereka tidak berbicara satu sama lain, hanya terdengar suara alunan musik dari audio mobil.

Ellen benci suasana canggung seperti ini. Ingin rasanya dirinya memukul kepala pria itu. Kalau tadi pria itu bisa bersikap ramah pada orang tuanya kenapa pria itu tidak bisa bersikap ramah pada dirinya.

"Menyebalkan" omel Ellen.

"Apa?" tanya Nathan menoleh sekilas kearah Ellen.

Ellen terkejut dia mengutarakan isi pikirannya. "Tidak apa-apa" ucap Ellen.

Kembali diam Ellen menggunakan kesempatan untuk memperhatikan wajah Nathan.

Dari samping saja pria itu sudah terlihat tampan apalagi jika dari depan.

Ellen mencuri pandang ke arah Nathan. Pria itu memiliki alis hitam yang tebal, hidung yang mancung,  serta bibir tipis yang selalu berhasil mengeluarkan kata-kata tajam.

Sebenarnya Nathan memang termasuk pria tampan jika tidak bagaimana mungkin ia mendapatkan julukan Most Eligible Bachelor? hanya saja ketampanannya itu sedikit tertutupi oleh sikap aroganisasinya, serta dahinya yang selalu berkerut seperti orang marah, tapi tak sedikit wanita yang masih mau mendekati pria itu dan menjadi teman kencannya.

Dunia memang tidak adil, dia kaya, tampan, pintar, semua wanita memujanya dan dia pemuda yang cukup sukses di seumurannya yang baru kepala tiga itu.. Apalagi yang kurang darinya? Ellen mendesah dengan berat.

"Sudah sampai" ucap Nathan tapi tidak ada sahutan dari gadis yang duduk di sampingnya.

Nathan memalingkan wajahnya dan menatap Ellen. Gadis itu sedang menatapnya tapi dengan pandangan kosong seolah-olah tengah melamunkan sesuatu.

Nathan mendekat ke arah Ellen dan berbisik di telinga gadis itu "Kita sudah sampai gadis pengkhayal"

Ellen terlonjak dan menjauhkan dirinya dari Nathan sambil menyentuh telinga kirinya. Terlalu banyak melamun membuatnya tidak sadar jika mereka sudah sampai.

Ellen masih dapat merasakan hembusan hangat napas milik Nathan di telinganya.

"Sudah sampai, aku tahu aku tampan tapi mau sampai kapan kau menatapku dengan bodoh seperti itu" ucap Nathan ketus.

Ellen hanya bisa memaki dalam hati mendengar sindiran tajam dari pria itu.

Pintu di buka oleh seorang pelayan yang menyambut para tamu. "Selamat malam dan selamat datang " ucap pelayan itu dengan ramah.

Ellen hanya berdiri dengan kaku di samping Nathan, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia juga tidak tahu ini acara apa karena Nanthan sama sekali tidak memberitahukannya.

"Hm" Nathan mengulurkan lengannya, menyuruh gadis itu untuk segera menautkan lengan mereka, dengan sikap kikuk Ellen merangkul lengan pria itu.

Lengan Nathan terasa kokoh, pantas saja selama ini pria itu terlihat begitu gagah dan cocok mengenakan jas.

Apakah selama ini di balik jadwalnya yang cukup padat pria itu meluangkan waktu untuk berolahraga? Pikir Ellen kini mulai penasaran dengan aktivitas bosnya itu.

Nathan dan Ellen berjalan memasuki Ballroom , baru saja berjalan beberapa langkah Nathan sudah di sambut oleh beberapa orang yang tidak di kenal oleh Ellen.

Mereka saling berjabat tangan dan saling menanyakan kabar sama lain. Nathan sesekali juga terlihat tersenyum simpul. Ellen yang tidak mengenal siapapun di ruangan ini hanya bisa diam mematung di samping Nathan. Bagaikan sebuah pajangan.

When Beauty Tamed the Beast (DEWASA 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang