Part 32

4.2K 230 11
                                    

Janji adalah janji, harus ditepati jadi KHUSUS minggu ini aku post 2x (kamis & minggu).
Lunas ya. Selamat membaca....
*****

Ben masuk kedalam kantor GG dengan mengundang perhatian.

Pria itu masuk kedalam kantor dengan setelan jas mahal. Ben tidak lah seperti Ben yang biasanya. Bukan seperti Ben yang karyawan GG tahu.

Ben yang ini sangatlah berkelas dan berbeda.

Ben masuk kedalam lift dan menekan tombol 10. Beberapa karyawan yang satu lift dengannya tengah sibuk memandanginya.

"Ada apa?" tanya Ben.

Ben yang biasa sangat murah senyum kini terlihat sedikit berbeda, Ben yang ini menampilkan aura yang mirip dengan Nathan.

"Kau Ben bukan? Sahabat baiknya Ellen?" tanya salah satu karyawan.

"Hmm."

"Aku tidak menyangka kau berubah menjadi seperti ini."

Ben memutar bola matanya merasa jengah dengan sikap basa-basi ini.

Terdengar lift berdenting.

"Sudah sampai." ucap Ben, wanita itu menatap Ben dengan bingung.

"Sudah sampai, kau tadi menekan tombol 4 dan sudah sampai" wanita ini bodoh atau apa sih?

Wajah wanita itu bersemu merah karena malu, buru-buru ia keluar.

****

Ben telah sampai dilantai 10, langkah kakinya mantap menuju satu ruangan.

Pintu ruangan Nathan dibuka begitu lebar dan kasar. Nathan mendongakkan kepalanya menatap tamu yang tidak sopan itu.

Ben melangkah masuk, menutup pintu dengan setengah membanting. Dilepasnya kacamata hitam yang bertengger cantic.

Nathan hanya diam, bersedekap dan menatap Ben yang berdiri tepat dihadapannya.

"Kau tidak terkejut?"

"Aku sudah tahu siapa kau." jawab Nathan santai. Ia memang sudah tahu dari awal Ben bekerja di perusahaannya. Semua karyawan yang bekerja padanya dan membuatnya curiga harus segera diseldiki.

Ben berdecih.

"Jadi kau sudah tahu?"

Nathan bangkit berdiri, berjalan mendekati Ben. Kini jarak mereka hanya beberapa senti, saling diam dan saling menatap tajam.

"Tuan Benjamin Putra Wijaya, ada apa anda kemari? Ingin membicarakan bisnis atau ada hal lain?"

"Ellen" jawab Ben.

Nathan tersenyum. Senyum yang dibuat-buat "Ada apa dengan istri saya?"

"Ceraikan dia" ucap Ben tanpa basa-basi.

Senyum Nathan lenyap dan tinjunya melayang mengenai sisi wajah Ben.

Mendapat serangan mendadak itu Ben tidak sempat menghindar, kepalanya tersentak kesamping.

"Brengsek!" Disentuhnya sudut bibir yang terasa perih

"Apa hak mu mengatakan hal seperti itu hah!?"

"Ini semua karena salahku! Salahku memberikan dia obat perangsang"

Obat perangsang? Nathan tersenyum sinis.

"Darimana kau mendapat ide itu?"

"Teman wanitaku yang mengusulkannya." Ah, wanita yang mendekatinya. Nathan ingat betul wanita itu juga menempel pada dirinya dan juga Ben.

When Beauty Tamed the Beast (DEWASA 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang