PART 11

6.4K 276 1
                                    

Pagi harinya Ellen terbangun dan menatap sekeliling ruangan yang terasa asing.

Begitu ia sadar sepenuhnya Ellen mendesah panjang "Ah, ternyata memang bukan mimpi"

Ia pikir kemarin semua adalah mimpi. Mimpi buruk dengan menikahi pria itu, tinggal di tempat pria itu dan kini ketika terbangun semuanya nyata.

Tidak mau terlalu larut dalam nasibnya, Ellen bangun dan bersiap-siap lebih awal untuk berangkat ke kantor, ia sengaja bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan.

Pakaian kerja siap, sarapan juga sudah siap Ellen duduk di sofa menunggu sang tuan rumah untuk keluar.

Sesekali Ellen melirik jam tangannya. Kenapa dia lama sekali? Apa aku ketuk pintu kamarnya?

Ellen berdiri dan berjalan mondar mandir di depan pintu kamar Nathan.

Selama 15 menit terakhir dia hanya berjalan kanan kiri seperti setrika, akhirnya ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Ketukan pertama tidak ada respon, Ellen mencoba lagi tapi masih tidak ada respon, akhirnya ia mengetuk lebih lama dan lebih keras. Masih tidak ada respon.

Ragu dan sedikit takut Ellen menyentuhkan tangannya ke handle pintu, tepat ketika akan membuka telepon di penthouse berdering.

"Sial! Bikin kaget saja"

Ellen segera berjalan menuju meja telepon dan mengangkatnya dari seberang terdengar suara yang kini membuatnya benci setengah mati

"Kau masih dirumah?"

Ellen tertawa "Kamu pikir yang mengangkat telepon siapa?"

Sial benar Nathan meninggalkannya.

"Ah, maaf, aku tadi harus berangkat pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan meeting nanti pagi. Kau bisa berangkat sendiri kan? Aku sibuk, kututup ya"

Ellen masih tidak bisa berkata apa-apa, sedari tadi dia tidak mendapat kesempatan sama sekali untuk bicara.

Begitu sambungan terputus dia hanya bisa memaki-maki pria itu. "Aku tidak mau lagi bersikap baik sama dia!"

Ellen melirik sarapan yang ada dimeja. Memikirkan nasib makanan itu.

"Baiklah" Ellen mengepak sarapannya dan membawanya ke kantor.

*****

Ellen saat ini sedang menunggu di halte. Sesuai dugaannya hari ini sangatlah ramai.

Seseorang menpuk bahunya dari belakang dan membuat Ellen terlonjak merasa terkejut, refleks ia mendekap erat tasnya tidak mau berbalik, karena dalam suasana ramai seperti ini Ellen haru tetap waspada.

Siapa tahu orang yang menepuknya tadi pencopet?

"Ini aku"

Ellen mengenal betul suara itu, perlahan dia membalikan badan dan menatap Ben.

"Kau naik bus dari halte sini?" tanya Ben.

"Eh, iya"

Ben mengerutkan dahinya "Bukankah jauh dari rumahmu?"

Ellen merasa bingung mau berkilah apa. "Itu karena.. Ah! Busnya sudah datang ayo cepat"Ellen berjalan cepat menuju kerumunan yang mengantri.

Terima kasih Tuhan. Bus datang tepat waktu sehingga dia tidak perlu memikirkan alasan untuk Ben.

Sedari tadi Ben mencuri padanang kearah dirinya. Ia juga sadar tapi memilih untuk diam.

"Kau... setelah pesta itu, kenapa beberapa hari tidak masuk kantor?" tanya Ben lirih.

When Beauty Tamed the Beast (DEWASA 21+)Where stories live. Discover now