PART 6

13.4K 507 8
                                    

sebelum memulai membaca part ini silahkan putar lagu Make You Feel My Love (videonya udah kukasih) biar kamu dapet feelnya waktu baca. :D

happy reading

______


Ketika alunan musik berhenti, mereka berpindah dan berganti pasangan dengan orang yang ada di dekat mereka.

Kebetulan saja Nathan dengan pasangannya itu berada cukup dekat dengan Ellen dan Ben.

Ben melepaskan pelukannya pada pinggul Ellen dan berpindah pada pasangan dansa Nathan.

Tanpa menunggu lama Nathan langsung merangkul pinggulnya, menariknya mendekat ke tubuh pria itu.

Lagu kembali di mainkan, mereka berdansa diiringi lagu Make You Feel My Love.

Mereka berdansa dalam diam, karena gugup Ellen menginjak kaki Nathan dan pria itu hanya meringgis sekilas.

"Maaf" ucap Ellen dan kejadian itu terulang lagi, Ellen menginjak kaki Nathan berkali-kali..

Nathan menatap Ellen dengan kesal. Tanpa peringatan Nathan Mengeratkan pelukannya dan menarik tubuh Ellen untuk semakin dekat dengannya.

Spontan Ellen mencengkram lengan Nathan.

"Ikuti dan perhatikan langkahku" ucap Nathan, dengan begini posisi mereka jauh lebih dekat dari sebelumnya.

"Jangan mencengkeramnya seerat itu, kau mau mematahkan bahuku ya?" Nathan membetulkan posisi tangan Ellen yaitu dengan melingkarkan lengannya pada leher Nathan.

Ellen hanya menurut, jantungnya berdetak kencang. Tidak pernah dia sedekat ini dengan seorang pria. Terlebih lagi pria ini adalah bosnya dan pria berhati dingin.

Tapi entah kenapa Ellen merasa nyaman dan hangat dalam pelukan Nathan.

Nathan mengerakan kakinya kedepan dan kebelakang lalu kesamping kanan mengikuti irama musik.

Tatapan mereka saling beradu dan begitu intens. Ellen baru menyadari bahwa bola mata milik Nathan berwarna biru gelap yang unik, terkesan dingindan misterius tapi sangat indah. Batin Ellen

Di lain sisi Ben memperhatikan mereka yang berdansa dengan begitu dekat.

"Kau menyukai gadis itu?" tanya teman dansanya.

Ben hanya tersenyum "Kau tahu"

"Terlihat dari matamu itu yang selalu mengekor ke manapun gadis itu melangkah"

"Sukaku padanya hanya sebagai teman"

Gadis itu tertawa "Wah, sungguh seorang Ben cucu da-"

Ben segera membungkam mulut cerewet gadis itu.

Jangan terlalu banyak bicara, sebaiknya kita menikmati saja pestanya" ucap Ben memperingati gadis itu.

Gadis itu terdiam seketika begitu melihat tatapan tajam Ben.

Dua orang yang sedang di perhatikan oleh Ben tidak menyadarinya.

Merasakan suasana yang romantis dan diiringi alunan musik. Membuat keduanya terhanyut satu sama lain.

Nathan menundukan kepalanya, menyentuhkan tangannya pada tengkuk gadis itu, menariknya mendekat kemudian menempelkan bibirnya pada bibir lembut milik Ellen.

Tidak melihat penolakan pada diri gadis itu Nathan mengunakan lidahnya untuk memaksa gadis itu membuka bibirnya.

Lidah Nathan menyusup masuk dan mengeksploitasi bibir Ellen. Ciuman yang awalnya hanya berupa kecupan kini berubah menjadi lebih intens. Kini mereka tidak memperhatikan sekitar bahkan ada beberapa yang menatap mereka.

Bibir Nathan melumat bibir Ellen, dengan lembut Nathan mengigit bibir bawah Ellen dan menariknya dengan lembut.

Setelah lagu berakhir mereka tersadar dan melepaskan ciuman mereka.

Nathan menatap Ellen sekilas lalu melepaskan pelukannya dan berjalan meninggalkan Ellen.

Ellen hanya menatap punggung Nathan yang menjauh, dalam diam dirinya mengikutin Nathan dan duduk di kursi Bar.

Nathan menyerahkan minuman koktail pada Ellen

"Terima kasih" ucap Ellen menerima minuman itu.

Mereka berdua terdiam dan terhanyut dalam pikirannya masing-masing

Apa maksud dari ciuman tadi? Pikir Ellen. Ini sudah kedua kalinya pria arogan itu menciumku tanpa izin.

Kesalahan, dirinya terlalu terhanyut dalam suasana yang romantis dan intens.

"Nathan"

"Ellen"

Mereka mengucapkannya secara bersamaan.

"Ah, kau dulu saja" ucap Ellen.

Nathan memutar-mutar gelas yang dipegangnya, lalu menatap Ellen "Ciuman tadi adalah kesalahan. Aku harap kau tidak terlalu memusingkannya. Kita berdua tadi terlalu terhanyut dalam suasana" jelas Nathan kini kembali memasang ekspresi dingin.

Ellen hanya diam memaku, dirinya tadi ingin bertanya apa maksud dari ciuman yang di berikan oleh Nathan tapi kini pertanyaannya sudah terjawab.

"Ya, itu kesalahan" ucap Ellen dengan lirih.

"Lalu kau ingin mengatakan apa?" tanya Nathan dan Ellen hanya menggelengkan kepalanya "Tidak jadi"

Ben menatap mereka dari seberang dengan pandangan tidak suka.

"Kau cemburu pada Nathan? Apakah bukti ini masih bisa disebut suka sebagai teman?" tanya gadis yang tadi berdansa dengannya.

Ben menatap gadis itu dengan pandangan tidak suka.

"Aku ada rencana bagus. Mau mendengarnya?"

Ben menaikan sebelah alisnya dan menatap gadis itu dengan pandangan bingung sekaligus penasaran.

Gadis itu tesenyum simpul lalu membisikan sesuatu pada Ben.

"Kau gila" ucap Ben dengan sedikit marah.

"Kalau kau tidak mau ya terserah, aku hanya berusaha membantumu. Lagipula aku cukup tertarik dengan Nathan" ucap gadis itu dengan pandangannya yang tertuju pada Nathan sambil sesekali menyesap minumannya.

Ben meninggalkan gadis itu seorang diri dan berjalan ke arah bar. Ben mengatakan sesuatu pada seorang bartender dan Bartender itu menganggukkan kepalanya dengan patuh.

Gadis itu berjalan mendekati Ben "Jadi kau mengikuti saranku?"

Ben menatap tajam ke arah gadis itu "Mana berikan padaku" Ben mengulurkan tangan ke arah gadis itu.

Gadis itu terkikik geli sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

*****

Publish : 11 Januari 2016

Copyright © by Liliann Lily


When Beauty Tamed the Beast (DEWASA 21+)Where stories live. Discover now