Part 12

6K 261 2
                                    

"Apa-apaan dia" sekali lagi Ellen mengosok-gosokkan bibirnya dengan kasar untuk menghilangkan sensasi bibir Nathan.

"Ada apa lagi? Si bos?" Ben merangkul bahu Ellen dengan santai dan mereka berjalan kembali ke kubikel nya.

Ben sudah sangat hapal dengan tingkah Ellen, jika ada masalah maka gadis itu akan pergi menemuinya.

Ellen sekilas melirik Ben lalu mendengus kesal.

"Mau cerita?" bujuk Ben begitu melihat wajah Ellen yang kian mengerut kesal.

Ellen menggelengkan kepalanya, untuk masalah yang barusan terjadi ia tidak mungkin menceritakannya pada Ben atau pada siapapun. Cukup dirinya dan Nathan saja yang tahu.

Ben sudah tahu bahwa dirinya telah dicium oleh Nathan satu kali tapi ini sudah kesekian kalinya nanti Ben bisa bertanya macam-macam.

Ben sedikit merasa kecewa ketika Ellen tidak mau menceritakan apa yang baru saja terjadi diruang kerja Nathan.

Selama ini gadis itu selalu bercerita padanya. Baik itu masalah sepele sampai serius dan bersifat privasi seperti teman kecan dan orang yang disukai Ellen. Semua gadis itu ceritakan padanya.

Ia tahu bagi Ellen dirinya seperti kakak tapi bagi dirinya.... Ben tersenyum menertawakan dirinya sendiri.

"Kenapa kau tersenyum tanpa sebab?"

"Bukan apa-apa. Bagaimana sehabis kerja kita hangout?" ajak Ben yang langsung diiyakan oleh Ellen.

****

Saat ini kantor mulai sepi ketika jam makan siang sedangkan Ellen masih berkutat dengan komputernya.

Sebentar lagi selesai jadi ia lebih memilih menyelesaikannya sekarang daripada menundanya.

Ellen tidak sadar ketika seseorang menghampiri kubikelnya.

Ellen memang sudah menjadi asisten Nathan dan sebenarnya ia memiliki ruang khusus, tapi disana sangatlah sepi hanya ada dirinya, resepsionis dan Nathan.

Itupun Nathan selalu diruangannya. Staff bagian resepsionis atas tidak mau biacara dengannya. Ellen sendiri tidak tahu kenapa.

Jadilah Ellen selalu kembali ke meja lamanya, di lantai 5 yang ramai dipenuhi karyawan lain tapi membuatnya nyaman dan tidak merasa sepi.

Alasan Ellen masih bisa menduduki kursi kerja lamanya itu karena sebelum menjadi asisten Nathan, Ellen menjabat sebagai leader di bagian riset, tapi kini posisinya sudah digantikan oleh Ben.

Ben sendiri memilih untuk tetap menggunakan meja lamanya dan membiarkan Ellen tetap memiliki mejanya sendiri dilantai 5.

"Ellen"

Ellen mendonggakkan kepala dan menatap siapa orang yang memanggilnya.

"Ayo kita makan siang"

Ellen memutar bola matanya dengan kesal "Sebentar lagi selesai jangan mengangguku atau aku tidak akan bisa makan siang" omelnya.

Ben menyentuh tombol off pada layar computer dan sekarang layar itu menjadi gelap

"BEN!" Ellen memicingkan mata kearah Ben namun pria itu tertawa.

"Komputernya saja lelah dan butuh istirahat, masa kau tidak lelah?"

"Ini karena kau yang mematikannya" Ellen mengucapkannya diantara kertakkan gigi menahan emosi kemudian menyentuh tombol on tapi sedetik kemudian Ben mematikannya lagi.

"Aku bawa bekal Ben"

"Bekal atau sarapan? Karena aku tadi melihat kau hanya membawa roti dan telur dadar"

When Beauty Tamed the Beast (DEWASA 21+)Where stories live. Discover now