Chapter 6

33.1K 3.2K 87
                                    

Setelah kejadian yang tidak menyenangkan di hari pertama aku bekerja. Aku mulai berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hampir setiap pagi aku mengantarkan lili dan julian berangkat ke sekolah. Setelah itu aku kembali kerumah untuk membereskan kamar mereka.

Hingga detik ini alex masih saja tidak mau berbicara denganku, karena setelah kejadian waktu itu membuatnya merasa bahwa aku ini seperti pengganggu menurutnya. Hari ini alex tidak berangkat kesekolah karena mendapatkan skorsing dari sekolahnya. Dan aku baru tau ketika alex memukul mukulkan pemukul baseball ke pohon waktu itu merupakan wujud kekesalannya pada temannya disekolah. Dia berkelahi dan memukuli temannya.

'dasar anak jaman sekarang' gumamku dalam hati.

"Anda, ikut denganku sebentar?" Ucap bu mei padaku.

Aku hanya menggangguk dan ikut berjalan dibelakangnya. Setelah aku tau ibu mei merupakan mertua dari tuan jeremy membuat aku merasa sedikit segan dengannya meski hanya mengobrol saja.

"Bagaimana keadaan anak-anak minggu ini?" Tanya bu mei memulai percakapan.

"Baik bu, seperti yang ibu tau nona lili akan mewakili sekolahnya untuk lomba pidato sedangkan tuan julian sudah mulai membaik, sekarang sudah tak ada anak anak yang mengejeknya lagi. Sedangkan alex, dia su—"

"Alex memang sulit untuk diatur, saya saja sebagai neneknya terkadang serba salah dalam mengurusnya!" Kata bu mei, seperti sedih jika mengingat alex.

Hampir setiap hari aku mengisi data perkembangan anak anak dan setiap seminggu sekali aku harus melaporkan hal tersebut kepada bu mei. Tugas tersebut membuatku berusaha untuk dekat dengan ketiga anak ini, dan berusaha bersahabat dengan mereka sehingga aku mengetahui apa saja yang mereka butuhkan.

Seperti dua hari yang lalu, julian menangis dikelasnya dan hal ini dikarenakan teman teman mengejeknya serta berkata bahwa ia tak memiliki ibu. Tentu saja itu merupakan persoalan yang serius. Bahkan bu mei mengutusku untuk berangkat kesekolah julian dan menyelesaikan persoalan tersebut.

Namun masih ada masalah yang lebih serius. Yaitu alex..., aku berangkat kesekolahnya mewakili tuan jeremy dan menyelesaikan persoalan yang dibuat oleh alex. Teman alex yang dia pukuli waktu itu bahkan sampai menyewa pengacara untuk menyelesaikan masalah ini. Tentu saja aku kaget setengah mati. Bagaimana tidak, kasus kenakalan remaja seperti ini bisa membuatnya bergulir di meja hijau, tentu saja aku tak setuju. Dengan kemampuan berbicaraku, aku bisa membuat persoalan tersebut diselesaikan dengan damai. Dan membuat alex meminta maaf kepada temannya itu. Namun hal itu pula yang membuatnya alex marah dan tak mau berbicara denganku. Ia mengganggap aku membuat harga dirinya jatuh namun pada kenyataannya akulah yang menyelesaikan masalah itu dan menolongnya.

"Baiklah, kerjamu cukup baik. Saya minta kamu lebih memperhatikan mereka lagi?" ucap bu mei membuatku tersadar dari lamunan.

"Ia, saya akan bekerja lebih giat lagi!"

"Oh ia tuan jeremy meminta seseorang untuk mengantarkannya berkas kekantornya. Apa kamu bisa mengantarkan bekas tersebut anda?" Tanya bu mei kembali.

"Tentu saya bisa bu" jawabku.

"Baiklah setelah kamu membereskan kamar anak anak, kamu bersiapalah untuk mengantar berkas itu?"

"Baik bu"

Membereskan kamar anak anak adalah pekerjaan utamaku namun kenyataannya banyak sekali pekerjaan yang berkaitan dengan mereka. Seperti aku harus membantu mereka menyelesaiakan tugas mereka. Mempersiapkan kebutuhan sekolah mereka dan membatu mereka dalam hal apapun.

Aku lantas membuka kamar lili dan berjalan masuk kedalannya untuk membereskan kamar itu. Namun seperti biasa tak ada banyak hal yang berantakan. Hanya hal hal kecil saja yang aku bereskan. Aku menemukan sebuah buku yang aku yakini sebagai diary milik lili. Namun aku tak berani membukanya, bagimana pun diary adalah sebuah catatan yang tidak sembarangan orang boleh membacanya.

The Secret Housekeeper Where stories live. Discover now