Chapter 8

32K 3.2K 28
                                    

Aku harus benar-benar menguasai diri jangan sampai emosi ini menghancurkan hariku. Setelah menghabiskan air mata di toilet, lantas aku sempatkan diri untuk mencuci wajah. Namun mataku yang masih sembab dan kemerahan tak bisa ku sembunyikan lagi.

Setelah berlama lama di toilet lantas aku kembali ke ruang kerja tuan jeremy dan menemukannya masih sibuk dengan pekerjaannya. Aku lantas menaruh berkas dan kembali duduk di sebrang tuan jeremy.

"Kenapa lama sekal—" Ucapnya terhenti ketika ia melihat wajahku.

"Apa yang terjadi, mengapa wajahmu menjadi seperti itu?" Ucapnya penasaran.

Namun aku masih berusaha sedikit menyembunyikan wajah ini, karena apapun yang sudah terjadi bukanlah urusan tuan jeremy.

"Oh... ini sedikit kelilipan tuan!" jawabku sedikit mengarang.

"Tapi sepertinya kamu habis menangi—, sudahlah ayo kita kerjakan lagi" Ucapnya berusaha sedikt acuh. Namun aku tau tuan jeremy masih penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi bagaimana pun mungkin ia berusaha untuk menahan diri.

Kami mengerjakan pekerjaan tanpa banyak bicara. Kami fokus dengan pekerjaan kami masing-masing. Hari makin lama semakin gelap tanpa terasa malam pun semakin hadir, dan kami akhirnya selesai mengerjakan pekerjaan tersebut. Aku melirik jam tangan dan kaget ketika jam ternyata menunjukan pukul 8.30 malam.

Kami akhirnya keluar ruangan dan menuju lobby hotel. Suasana semua ruangan hampir gelap karena semua ruangan kantor memang sudah dimatikan, kecuali bagian hotel dimana orang masih lalu lalang. Sampai di lobby, para pegawai memberikan salam pada tuan jeremy sambil melirik penasaran kearahku. Namun tanpa memikirkan apa pun yang karyawannya lakukan, tuan jeremy tetap berjalan dengan percaya diri.

Tuan jeremy memerintahkan anton untuk segera menjalankan mobil, setelah beliau memerintahkan aku untuk duduk disebelahnya. Anton adalah supir pribadinya dan anton berumur lebih tua dua tahun dariku. Namun ditengah perjalanan tuan jeremy memerintahkan anton untuk menepi di sebuah restoran cepat saji.

"Lebih baik kita makan dulu ayo" Ajak tuan jeremy.

"Bukannya makan dirumah lebih baik tuan?" Tanyaku padanya.

"Saya tidak mau merepotkan mu untuk memasak, apalagi tadi kamu sudah membantu saya mengerjakan proyek presentasi untuk rapat besok" Ucapnya menatapku dengan penuh perhatian dan lantas menarik ku keluar dari mobil.

Aku nampaknya sedikit malu dengan perhatian tuan jeremy. Dan tanpa ragu aku mengikuti tuan jeremy berjalan masuk kedalam restoran tersebut. Kami sama-sama memesan makanan yang sama. Aku lantas memperhatikan tuan jeremy yang sedang fokus dengan makanannya.

'Sepertinya sangat lapar' Gumamku dalam hati

Aku sempat memperhatikan orang-orang disekitarku. Nampak sekelompok pria muda duduk dipojokan restoran sedang memperhatikan kami. Aku bisa melihat ekspresi nakal yang mereka perlihatkan kepada tuan jeremy. Namun tuan jeremy tidak merespon sedikit pun.

'Hahaha... mau menggoda tuan jeremy mana mungkin bisa!' Gumamku sambil mengejek prilaku mereka.

Kami hanya makan berdua karena anton sudah terlebih dahulu makan malam sebelum menjemput kami. Kami makan dalam diam, namun sesekali kami saling melirik satu sama lain.

"Sebenarnya apa yang terjadi tadi?" Ucap tuan jeremy memulai percakapan.

"Apa?"Tanyaku kembali karena tidak mengerti apa maksudnya.

"Mengapa tadi kau menangis?" Ucapnya sambil menatapku.

"Aku tidak menangi—"

"Tidak mungkin, mata mu bengkak dan berwarna kemerahan seperti orang yang habis menangis!" Tuan jeremy makin penasaran namun aku hanya diam.

The Secret Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang