Chapter 21

29.8K 2.9K 224
                                    

'Maafkan aku lex, aku membuatmu kecewa...' .Aku berguman sambil menatapnya. Aku juga ikut meneteskan air mataku lebih banyak. Aku juga sedih sama seperti Alex. Aku melukainya, aku melukai perasaan Alex. Aku benar-benar jahat.

....

....

Aku tak tahu mengapa aku berani mengatakan itu. Tapi menurutku alangkah jauh lebih baik jika Alex tahu mengenai rasa ketertarikanku pada Ayahnya dari mulutku sendiri, dibandingkan dia tahu dari orang lain.

....

....

"Aku sudah menganggapmu lebih dari pembantu di rumah ini" Ucap Alex yang mulai tersadar dari rasa kagetnya.

"Aku menganggapmu sebagai kakak ku sendiri. bagaimana kamu bisa menyukai Dad jika—" Ucap Alex tertahan.

"Entahlah Tuan, saya sendiri tidak tahu rasa ini muncul begitu saja" Aku menjawab pertanyaannya.

Alex menatapku dalam diam, namun dalam sekejap dia lantas menyadarkan dirinya. Aku melihat dia benar-benar kacau dan sedih. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan untuk membuatnya kembali bersemangat.

"Apa aku boleh meminta padamu satu permintaan?" Alex berujar dengan sangat pelan.

Aku menatap Alex tak percaya, karena ini pertama kalinya dia meminta padaku. Alex tak pernah sekalipun meminta hal apapun padaku. Aku sadar mungkin ini adalah permintaan yang akan sulit kulakukan.

"Apa itu Tuan?" Aku bertanya pada Alex.

"Aku tak mungkin meminta mu untuk pergi dari rumah ini. tapi aku minta kamu—" Ucapan Alex sempat berhenti. Saat itu pula mata kami bertemu dan aku menatap sedikit kegetiran di matanya itu.

"Aku minta kamu menjauhi Dad" Ucapan Alex barusan benar-benar membuat ku kaget serta menyakitkan hatiku.

Jujur ini adalah permintaan Alex yang pertama padaku. Namun ini juga permintaan yang paling sulit ku kabulkan selama bekerja disini. Aku mungkin tak akan bisa melakukannya. Namun aku sadar, meski pernah terjadi sedikit perlakuan romantis dari Tuan Jeremy, namun untuk bersamanya pasti bukanlah hal yang mudah.

Aku masih menatap Alex yang menunggu jawabanku. Aku merasakan rasanya hati ini benar-benar tercabik. Hatiku berbicara bahwa aku tak bisa melakukan hal itu. Namun otak ini menyuruh aku menerima permintaan Alex demi kebaikan semua orang.

"Aku hanya memintamu hal itu, apa itu terlalu sulit?" Tanya Alex kembali memastikan.

"Tidak... Saa...yaa... bisa melakukannya Tuan—" Aku sedikit tercekat saat berbicara.

Alex lantas tersenyum sedikit dan menyentuh pundak ku. Dia menatapku dengan serius lalu mengucapkan terima kasihnya padaku.

"Aku harap kamu bisa mengerti dengan cara ini" Alex pergi meninggalkanku sendiri yang masih terduduk di depan kamarku.

Akhirnya apa yang kutahan tahan sedari tadi mengalir juga. Aku seperti menguras semua air mata yang kumiliki tanpa bisa kutahan. Hatiku sakit, bahkan sangat sakit. Dengan segenap keikhlasanku, aku memutuskan menerima permintaan Alex untuk menjauh dari Tuan Jeremy.

Meski rasanya sulit namun aku akan mencobanya. Dan berusaha membuat suasana rumah ini kembali nyaman seperti semula. Aku kembali kekamarku masih dengan air mata yang mengalir. Aku memutuskan untuk tidur dan melupakan apa yang terjadi hari ini.


__________________________________________________________________________


Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk menjaga jarak pada Tuan Jeremy. Akupun hanya melakukan tugasku jika diperintah. Aku juga memilih untuk diam jika Tuan Jeremy tidak mengajakku untuk berbicara terlebih dahulu.

The Secret Housekeeper Where stories live. Discover now