Chapter 18

31.9K 3.2K 279
                                    

Aku kaget sekaligus malu saat Tuan Jeremy menemukan aku yang sedang bersembunyi di dalam lemari yang ada di ruang kerjanya. Aku hanya bisa menundukan kepala saat Tuan Jeremy bertanya padaku.

"Sampai kapan kamu mau disitu?" Tanya Tuan Jeremy padaku.

"MMmm.. Tuu..ann—" Aku kaget dan sedikit ketakutan.

"KAU—"

Aku lantas memberikan senyuman kecut pada Tuan Jeremy yang sekarang sedang menatapku.

"Anda keluarlah, apa kau tidak pegal di dalam situ?" Ucap Tuan Jeremy dengan nada santainya.

Aku menatap Tuan Jeremy dengan tidak percaya atas apa yang dia lakukan saat ini. Apakah Tuan jeremy tidak marah padaku. Akupun berusaha keluar namun rupanya kakiku sedikit mati rasa karena terlalu lama ditekuk.

"Aawww..." Aku sedikit meringis saat merasakan rasa ngilu pada pergelangan kaki.

"Apa kamu tidak apa-apa?" Tuan Jeremy bertanya dan berjongkok dihadapanku sambil memegang kakiku.

"Sedikit sakit Tuan... aawww" Rasanya semakin terasa saat Tuan jeremy menyentuhnya.

"Ini akibatnya jika kamu bersembunyi di dalam lemari seperti tadi!" Ucapnya dengan nada yang menurutku sedikit khawatir.

Aku lantas menatap wajah Tuan Jeremy yang sekarang sedang menyentuhkan tangannya pada kakiku. Tuan Jeremy memeriksa bagian kakiku dengan serius. Aku merasa gugup saat melihat wajah Tuan Jeremy yang tidak jauh dari hadapanku.

"Sini biar saya bantu" Ucap Tuan Jeremy. Dan tanpa aba-aba terlebih dahulu, Tuan Jeremy langsung mengendongku ala bridal dan mengeluarkan aku dari lemari tersebut.

Aku kaget dan membatu sekarang. Aku tak tahu harus berbicara apa, namun yang kurasakan saat ini adalah rasa gugup yang benar-benar luar biasa. bagaimana tidak, ini pertama kalinya aku digendong oleh Tuan Jeremy. Bahkan bukan hanya itu, tapi ini juga pertama kalinya aku sedekat ini bersama Tuan Jeremy.

Aku bisa mendengar degup jantungku yang benar-benar besar. Aku hanya berharap bahwa Tuan Jeremy tidak mendengar apa yang aku rasakan saat ini. Aku berusaha tidak membuat gerakan yang nantinya akan merepotkan Tuan Jeremy.

Tuan Jeremy lantas mendudukan aku diatas kursi kerjanya. Aku yang masih gugup tidak bisa melakukpan apapun selain menundukan kepala ku. Tuan Jeremy lantas beralih pada kakiku. Dia kembali memegangnya dan dengan perlahan memijatnya.

"Tuan maafkan saya" Ucapku pada Tuan Jeremy. Seketika itu juga Tuan Jeremy mengalihkan pandangannya padaku dan menatapku dalam.

"Maaf untuk apa?" Tanya Tuan Jeremy padaku.

"Karena sudah mendengar pembicaraan tadi" aku berkata sambil sedikit malu terhadap apa yang aku lakukan tadi.

"Sudahlah lupakan saja, itu bukan masalah yang besar. Apa kakimu benar-benar tidak apa-apa?" Tuan Jeremy berkata sambil berusaha mengalihkan pembicaraan kami.

Aku tahu mungkin sangat sulit baginya untuk menceritakan apa yang terjadi pada kehidupan keluarganya. Aku juga sadar bukan siapa-siapa saat ini, sehingga aku tak punya hak untuk mendapatkan apapun dari Tuan Jeremy termasuk tahu tentang rahasia itu..

"Ahh.. sudah tidak apa-apa Tuan" Aku berucap pada Tuan Jeremy yang masih serius dengan apa yang dia lakukannya sekarang.

"Baguslah kalau begitu" Tuan Jeremy tersenyum padaku. Hal tersebut yang seketika membuatku pipiku memerah.

"Jika sudah baikan keluarlah, ada yang harus saya kerjakan disini" Tuan Jeremy berkata sambil mengangkat tubuhnya untuk berdiri dari posisi jongkok tadi.

The Secret Housekeeper Where stories live. Discover now