Chapter 14

30.2K 3K 157
                                    

Aku menatap ngeri kearah Alex. Dia berjalan mendekati Adam, dengan ekspresi yang sedikit mengerikan menurutku. Alex mengepalkan tangannya tanda bahwa ia akan menonjok Adam.

Alex berjalan melewati Tuan Jeremy yang terbengong. Dia juga melewati Bu Mei yang menatapnya dengan tatapan cemas. Sedangkan aku fokus dengan pikiranku tentang kekacauan yang mungkin akan Alex lakukan.

Ketika Alex tepat melewatiku, seketika itu pula tanganku langsung memegang pergelangan tangannya. Alex menatapku dengan tatapan kebenciannya. Dia berusaha melepas genggaman tanganku pada pergelangan tangannya. Sedangkan aku dengan sekuat tenaga tak mau melepaskannya.

"What..." Alex berkata sambil mendengus tepat dihadapan wajahku.

"Ikut aku" Aku memerintahkan Alex mengikutiku ke belakang rumah.

Saat aku menarik tangan Alex banyak sekali tamu yang memperhatikan kami. Termasuk tatapan Adam yang seperti sedang menertawakan Alex. Kami sampai dibelakang rumah saat Alex dengan kerasnya menghentakan genggaman tanganku padanya.

"Apa sih mau loe, huhh.... Loe tahu gak sih, sedikit lagi nih tangan mau ngehancurin muka si brengsek Adam?" Ucap Alex padaku masih dengan emosi yang besar.

"Memangnya Tuan Alex mau ngelakuin apa?" Tanya ku berani padanya.

"Tentu aja tangan ini bakal ngehajar tuh muka ANJING—" Ucapnya dengan emosi sambil berlalu dan masuk kembali ke dalam rumah.

"Terus setelah muka Tuan Adam hancur apa yang akan Tuan lakukan selanjutnya?" Tanya ku.

Seketika itu Alex berhenti tepat sebelum ia menarik pintu, dia terdiam kaku. Ucapan ku barusan adalah peringatan padanya bahwa setelah dia melakukan sesuatu dengan emosi, maka akibatnya akan menjadi masalah baru.

Alex berbalik menghadapku, dia menatap ku dengan tatapan sayu. Tatapan yang berbeda dengan pada saat dia emosi. Alex tak berkata apa-apa hanya saja raut wajahnya menunjukan emosi namun ditahan.

"Apa yang akan Tuan lakukan setelah merusak wajahnya?" Tanya ku memulai obrolan kami yang belum selesai.

"Guu..ee—" Alex sama sekali tak bisa menjawab.

"Setelah itu akan ada masalah yang baru Tuan Alex" Ucapku sambil menatap wajahnya.

"Masalah yang jauh lebih besar akan muncul jika Tuan masih terpengaruh oleh emosi sesaat. lebih baik sekarang Tuan menenangkan diri dulu" Aku berjalan kearah Alex dan mengusap punggungnya.

Mata Alex masih merah meski tatapannya sudah sayu. Namun aku tahu bahwa emosinya masih besar. Aku melihat tangannya masih terkepal. Aku lantas mengambil tangannya dan ikut menggenggam tangan tersebut.

"Orang seperti Tuan Adam tidak akan bisa dikalahkan dengan hanya pukulan diwajahnya saja" Aku kembali berucap berusaha menasihatinya.

Aku melihat Alex sudah sedikit tenang, degub jantunggnya pun sudah lebih stabil sekarang. Tanganya bahkan sudah relax kembali. Aku melihat ada genangan air di matanya. 'Dia akan menangis' Gumamku dalam hati. Inilah pertama kalinya aku melihat Alex yang lemah.

Alex yang selalu menatapku tajam. Alex yang selalu bersikap kasar, sekarang berubah jadi seperti sekarang pasti karena merasa sangat sedih. Aku tahu bahwa terkadang orang yang sangat kuat pun jika bertemu dengan rasa sedih yang amat mendalam pasti akan menangis. Seperti halnya Alex sekarang.

Meski bukan dengan tangisan yang menyayat hati. Namun dengan keluarnya tetesan air mata dari pelupuk matanya sudah menjelasakan berbagai hal. Rasa sakit ini mukin sangat dalam buat Alex.

"Ak..ku benci mereka—" Ucapnya tercekat.

"Aku benar benar membenci mereka" Ucap Alex kembali.

The Secret Housekeeper Where stories live. Discover now