Chapter 34 : Waiting

938 41 1
                                    


Tik-tik-tik-tok-tik-tok-tik-tok-tik-tik

Tidakkah aneh? Aku tidak tahu dimana keberadaanku, selalu sendirian dan membaca surat kosong yang terdengar konyol dan bodoh. Disini terdapat diriku yang buta akan kebanggaan serta harapan tinggi, sejak hari dimana aku ditinggalkan di kegelapan itu sendiri. Hingga membuatku yakin jika kalau manusia diciptakan untuk mati?

"Maafkan aku...... aku tidak bisa..... Al.... tolong mengertilah...."

Teringat lagi suara wanita itu? Suara siapa itu..? Aku hanya terlalu egois terhadap dunia ini rupanya, kenapa aku lupa bagaimana cara untuk bernapas disaat seperti ini?... haruskah aku membuat sebuah suarat dalam keadaan seperti ini? Hm.... putri kecil itu pasti akan menangis saat melihat keadaanku seperti ini....

Gadis kecil lembutku, gadis kecil manisku, gadis kecil hidupku

Akankah kau marah jika aku pergi, aku menghilang, dan aku tidak dapat kembali..?

Terkadang aku benci diriku sendiriku, maafkan aku juga.. lupa kapan terakhir kali hari ulang tahunmu..? Hahaha... 13Febuari sangat dekat dengan hari Valentine. Tuhan, maafkan diriku pernah merasakan anak itu beban besar. Terutama saat pertama kali lahir, biarkan aku melihatnya deksli saja kumohon. Sebentar saja, sedikit saja, sedetik saja....

"O...h....pu..t...r.ii...keci...l..kk..u" berkali-kali aku melolong, namun aku tetap disana melihat buih-buih memoriku..

"Papa!! papa!! Ayo main!!"

"Gak! Papa sibuk"

"....tapikan...."

"Kau ini berisik aja ya?!! Liat gak Papa lagi nyari inprasi buat lukisan Papa selanjutnya?!!"

"..Hiks... ma..a..f.."

"Jangan nangis berisik! Keluar! Jangan jadi beban aja!!"

Aku melihat memori pendek itu berputar, gadis itu sangat berwajah merah dan penuh airmata disaat itu rupanya. Ya aku menikah dengan Amelia karena kesalahan bodoh yang kulakukan saat usia 24 tahun, hingga menciptakan gadis bodoh ingusan itu.

"Tunggu?! Apa?! Amelia?! Kau tidak mungkin serius?!"

"Al! Aku serius! Kau harusnya tidak akan berfikir akau bercanda!.."

"Oh Tuhan.. Am, gugurkan janin itu.."

"...eh... apa...mak..sudmu..? Al.."

"Ini masih belum terlambat?? Dia baru setengah bulan???"

"Maafkan aku...... aku tidak bisa..... Al.... tolong mengertilah...."

Aku melihatnya kembali lagi, kenangan-kenangan lain aku ingat kami terus berdebat soal hal ini. Hingga kami terpaksa membuang cita-cita masing-masing untuk menikah. Cita-citaku menjadi pelukis handal dan Ia menjadi Dosen termuda di usianya yang ke 20 nanti dan menikah diusia 30 hancur berantakan.

Dia menikah denganku di usianya yang ingin ke 17, benar-benar tersayangkan wanita cerdas dan bijaksana ini harus menikah karena alasan hamil. Seharusnya dia menjadi Dosen seperti cita-cita dan lebih lagi, akan tetapi dia harus mengendong seorang bayi karenaku. Aku tidak tahu sebenarnya dia senang atau benci dengan keadaan ini.. namun, aku tahu dia sangat suka melihat lukisanku hingga membuatnya memutuskan untuk bercinta denganku. Akan kuakui Amelia memang gadis yang muda dan cantik, tapi dia masih terlalu muda untuk mengerti cinta.

Sekarang aku mulai melihat keatas, dimana aku disini sangat gelap, aku merindukannya sekarang.... aku ingat walau kecil... walau aku sering berkata jika aku tidak peduli... aku tidak suka dan sering membentak.... gadis itu tetap gadis nakal kecilku.... kuharap aku bisa mengendongmu lagi.... seperti saat itu,

How Do I Turn into a Psychopath (In EDITING)Where stories live. Discover now