Chapter 3 : The SLAVE/DOG

8.4K 293 5
                                    

Layla's P.O.V

Apa yang ku pikirkan sejak tadi? Tentu aku bisa, disana aku mengamuk seperti gadis barbar.

“Heh..... Ahahahahaha!!! Mary lu pikir GUE takut akan gue bakal buat lo sujut minta ampun di depan—GUE.” Tiba-tiba salah satu budak Mary menonjok perutku, sial!! Jika tanganku gak ke ikat!!!

"GADIS INI GILA!!--"

Sesaat setelah mary pergi aku dengan kakiku menendang orang yang memegang tangan kananku dan kutarik jepitan tajam yang kupasang di rambutku, dengan jepitan itu aku tak percaya dapat membuat hampir semua yang memukuliku terluka atau sampai berdarah, kurasa jepitan ini adalah jepitan Psycho!

Tunggu tujuanku bukan untuk ini tapi untuk Mary, saat aku mau mencari Mary bel sekolah berbunyi menandakan bahwa sudah waktunya aku untuk masuk kelas AAAAAhhh......!!! Urusan ini aja masih belum kelar!! Saat masuk kelas semua murid melihat aku dengan *SHOCK* dan aku baru sadar kalo rambutku sangat berantakan dan banyak sekali bekas tendangan di kemejaku.

“Em... itu tadi aku jatuh dari tangga..... ahahaha.... ah...” lalu semua menganti arah mereka memandang kembali ke permasalahan mereka masing-masing aku langsung berusaha membersihkan debu tendangan di perutku dan dikejanya tentunya dan saat aku melihat jepitan itu dikantungku, Ah.... banyak tetesan darah orang hina!! Yah mau gimana lagi ini kan hadiah dari Papa ah...

Jadiku bersihkan saja darahnya dan kupakai kembali untuk rambutku tidak berantakan, tanpa kusadari hari ini menjadi terasa agak nyaman tapi aku memilikih suatu perasaan yang sangat menganjal.

“Baiklah Anak-anak hari ini adalah pelajaran melukis” saat pak guru megucapkan kata ‘Lukis’ aku jadi senyum gak jelas. Ya apa boleh buat kalo pelajaran melukis aku gak bisa nolak, saat guru Seni masuk aku baru inget kalo guru seni itu Pak. Arwan, aku tidak tau apa gosip yang di beritahu Mary itu benar atau tidak tapi kalo kau tau Pak Arwan itu memang masih kelihatan 19 tahun tapi ayolah aku gak cocok sama dia apa lagi dia itu guru kan?

“Layla!” panggil Pak Arwan

“Ah... iya ada apa ya Pak?”

“Loh? Kok Pak sih? Kak dong” aku hanya bingung ya mungkin biar kedengeran muda kali ya?

“iya Kak. Arwan” sambil berusaha tersenyum mungkin aku mirip sama adik Pak.Arwan

“Lay, tolong ambilin alat lukis Kakak di perpustakaan alat Kakak ketinggalan disana?” dengan muka yang agak memelas aku hanya menganguk dan mulai berjalan ke arah perpustakaan.

Sebenarnya aku agak malas untuk pergi ke perpustakaan tapi apa boleh buat...... saat aku sampai di perpustakaan aku bertemu dia seorang yang tidak pernah kulihat, aku melihatnya sedang bertama teman-teman kelasnya sedang mencari suatu buku,

“Em.... permisi ada masalah apa yah?” tanya penjaga perpustakaan,

“Eh... itu Kata Pak Arwan alat lukisnya ada di sini.....”

“Oh, Alat Lukisnya Pak Arwan ya em....” aku merasa sedikit firasat buruk tentang hal ini karena walau aku tidak suka mendengar gosip tapi katanya penjaga perpustakaan SD ‘Pedophelia’ (Pedofilia).

“Dek, sini ikutin Bapa ya” lalu dia tersenyum kecil karena aku mulai curiga jadi kusiapkan jepitan itu lagi aku tau ini konyol tapi ini berbahaya aku mencabut jepitanku dan kuselikan di belakang kera kemejaku, di saat yang sama anak laki-laki itu pergi karena sudah menemukan hal yang dia cari bersama temannya.

“Dek?” tanya penjaga perpustakaan.

“Em, iya? Ada apa ya pak” aku berusaha tenang agar orang ini tidak curiga, senyum ini melelahkan!

How Do I Turn into a Psychopath (In EDITING)Where stories live. Discover now