Chapter 1 : Little Girl

15.3K 415 7
                                    

Ini adalah hariku aku Layla Patricia, biasa aku sering dipanggil Layla aku bukan seorang yang bisa berhenti di tengah jalan dan di tebak orang lain dengan mudah, apa lagi di tipu orang lain. Aku ingat semua yang sebelumnya terjadi sebelum aku menjadi seperti ini.



Ini semua di mulai dengan pagi berkabut itu,

"Ma, kenapa papa harus dikubur?" tanyaku polos sambil melihat ke Mama,

"Lay....., Papa gak bisa balik lagi kekita dia....... harus pergi......" jawab Mama sambil berusaha menahan air matanya yang mengalir dengan deras.

"Terus kapan Papa bisa bangun? Mah?" tanyaku sekali lagi.

"Layla........, sayang, Papamu meninggal dia gak bisa bangun lagi selamanya" Mama sambil berusaha menutup mulutnya

Aku langsung terdiam sesaat aku mulai menangis karena mendengar Papa gak bisa bangun lagi,

"Enggak, enggak Mama bohongkan? Papakan udah janji biar ajarin Layla Melukis" aku terus mengguram dalam hati aku tak tau cara untuk tersenyum lebar lagi rasanya.

.

.

.

.

Sekitar sudah 2 atau 3 tahun hal itu berlalu sekarang aku sudah kelas 4 SD, Mamapun menjadi pekerja keras sekali aku bahkan gak pernah geliat mama beristirahat dia berkerja mati-matian untuk keluarga ini setiap hari bahkan di hari libur.

"Mah, udah Mama istirahat dulu biar aku yang lanjutin? Kan Mama udah ajarin aku buat 'Bunga rangkai' juga?" Tanyaku ke Mama.

"Lay, gak usah Mama bentar lagi selesai? Sebentar lagi?" jawab Mama, aku melihat semua pesanan bunga rangkai yang masih sangat banyak dan rajutan kain buatan Mama yang masih belum jadi.

"Ma--" Belum sampai ngomong Mama langsung motong pembicaranku

"Layla kamu gak usah bantuin Mama, nanti kalo tangan kamu luka kan Mama jadi kwatir nanti sama kamu meding kamu belajar Melukis aja kaya Cita-citamu" Aku hanya bisa diam karena memang benar kalo aku sangat suka melukis dari dulu, sebab Papa bisa menjual Lukisannya dengan sangat mahal dan indah.

Lalu perlahan aku mundur dan aku masuk kekamarku berusaha menahan air mataku lalu aku melihat kotak alat lukisan Papa, aku buka lalu kucobah melukis di atas kampas yang lumayan besar aku melukis semua perasaanku diatas kavpas itu dan kumerasa sangat nyaman dan tenang walau tidak terkata-kata oleh bibirku ataupun air mataku aku sangat bahagia.


Keesokan harinya di sekolah,

"Layla!!! Woi!!! Elu kok alim banget sih!!!" teriak Mary di depan wajah dan meja ku.

"Hah? Apa maksudnya ya?" jawab ku bingung,

"AH! Alah sok suci lu taukan kalo Pak Arwan suka sama lu!!??"

Aku hanya diam dan gak peduli lagi pula aku gak kenal siapa yang namanya Pak. Arwan aku lalu aku natap Mary dengan tatapan kosong, dia menarik kerah baju dan rambutku yang panjang aku hanya diam sambil berusaha tidak peduli.

"EH Layla gimana kalo gua potong rambut lo?!!!"

Saat aku dengar hal itu, "You F*cking B*tch Don't Touch me!" dengan pelan kukatakan itu di depannya,

"LUUU!!! KEPARAT!!!" sambil mengambil gunting di mejaku lalu menarik rambutku, tentunya aku tidak duduk tenang untuk yang satu ini kutarik Mary sampai dia tertidur setengah badan diatas meja lalu kutarik tangan kirinya yang memegang gunting dan kutahannya dengan kulipat kebelakang,

"Kalo kau menyerah akan kulepaskan jika tidak ku patahkan tangan kirimu?"  tanyaku sambil membisikinya.

Lalu kulihat sekitar kelas untungnya tidak ada orang dikelas selain aku dan Mary, tiba-tiba Mary berusaha melepaskan tangan Kirinya dari gengamanku dan memotong rambutku sedikit sebenarnya aku tidak marah, tapi kalo begini mau bilang apa ke Mama. Lalu tangan Mary kutekan lagi aku membuat tangan kirinya terkilir lalu ku lepaskan. Mary lari ketakutan tapi aku tidak peduli karena dia yang memulai dan ini secara teknis bukan salahku.

"hei, hei lihat anak yatim itu lewat"

"ati-ati nanti dia denger"

Semua anak saling bergosip saat aku keluar dari kelas dengan normal aku selalu berkata dalam hati ini semua sangat 'menjijikan' mereka seperti tercipta oleh bahan obrolan sampah oleh aib orang lain lalu saaat di kantin aku berjalan lalu

"Oi! Woi Layla!!!" teriak Olivia kepadaku

"Yo! Gimana bisa?" tanyaku ke Olivia

"Bisa dong kan ulangan Musik jagonya gua!!" jawab Olivia

"Elu gak pernah tenang ya olivia heboh terus" jawab ku

"Eh, eh gimana kabar ibuloh dah mendingan?" tanya Olivia

"Sayangnya belum Liv, Mama masih terlalu sibuk dengan bunga..." jawabku

"Oh... jangan pasrah ya semoga emak elu cepat pulih ok" jawab Olivia

.

.

.

.

Malam harinya,

"Ma, Layla mau pergi dulu jangan maksain diri ya" teriak ku keMama,

"Uhuk...uhuk... jangan lama-lama ya Lay" lalu Mama menjawab sambil batuk-batuk.

Beberapa saat kemudian, "untung Mama gak marah gua potong rambut gua jadi seleher dan Oliv gak nyadar gara-gara tadi waktu keluar kelas gua iket rambut gua hah..." lalu aku memakai topengku dan menemui pelangganku.

Sejak 1 tahun lalu yaitu waktu kelas 3 SD sampai sekarang aku udah membuka bisnisku, yaitu pembunuh bayaran ini perkerjaan yang aku ambil karena dulu suka di bulliying dan sekarang aku memilih jalan ini dan aku masih ingat korban pertamaku. Mungkin terdengar gila untuk anak 9 tahun sudah bisa dan mental kuat membunuh.?

"Adik kecil? Main yuk" seorang laki-laki tua menarikku paksa dan mau memperkosa ku dia mendorongku ke semak-semak dan berusaha melepas bajuku dan aku terus berusaha menendannya, seketika kakiku menendang mukanya dan dia marah lalu memukuliku, tapi disaat itu aku melihat pisau lipatnya jatuh ketanah.

"Kumohon tuan.. pelan-pelan aku takut" godaku sambil memeluknya lalu perlahan aku meraih pisau lipat itu dan *BRUUS* kutusuk mata keranjangnya itu dengan pisau kecil itu lalu dia terjatuh dan berteriak.

"WUUUAHHHHHHH!!!!!!" aku lalu berdiri dan dia terjatuh ke tanah,

"MATI! MATI! Mati!!!!" kutusuk orang itu dengan pisaunya, sambil aku menangis aku tak sadar aku sudah membunuhnya dia tidak bernapas dan bergerak aku mengambil pisau ini darinya dan dia mati.

"Ah... aku tidak mau di penjara......" aku menangis dan menangis, tapi aku berfikir kalo tidak ada yang tau tidak masalahkan, aku menghapus air mataku dengan sapu yang di buat oleh Mama aku melihat sapu tangan itu dan mulai berkata dalam hati "Maaf, Mah anak Mama pembunuh....."

Sejak saat itu aku menjadi pembunuh bertopeng dan sering di juluki "Lady Spirit Blood" biasanya aku membunuh dengan pisau lipat yang kudapat dulu dari Laki-laki mesum itu dan setiap membunuh bayarannya sekitar Rp.500.000-beberapa juta kalo gampang Rp.750.000 boleh lah. Aku selalu masang hal tentang ku di depan bar, diskotik, dll. Dan kali ini pelanggan gua adalah seorang laki-laki tua yang terlihat kelelahan berat dan frustasi.

Aku mulai berjalan untuk menuju kenyataan bahwa aku takkan bisa mengubah apapun yang telah terjadi dan yang telah ku pilih untuk menjadi penjahat dan fakta aku takkan pernah tertangkap!

How Do I Turn into a Psychopath (In EDITING)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن