Satu

494K 23.7K 1.3K
                                    

Bel tanda istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, tapi kantin masih lenggang. Alasannya...? Karena hampir seluruh siswa SMA Taruna, masih berkumpul di tengah lapangan sepak bola, membentuk lingkaran besar tanpa komando.

Di pusat lingkaran itu, berdiri tiga orang siswanya. Seorang laki-laki dan dua perempuan. Laki-laki itu berlutut-nyaris seperti menyembah-membuat perempuan dihadapannya menatapnya risih. Setelah menarik perhatian dengan toa OSIS, yang ia gunakan untuk menyatakan perasaannya. Sekarang, dia sedang membuat drama babak baru, berlutut dengan sebuket bunga ditangannya.

"Iyain ajalah Ces, malu tau jadi tontonan orang mulu." Chika-salah satu cewek yang sedang berdiri dipusat lingkaran-menyenggol lengan temannya. Mendengar kata-kata Chika, Cessa memutar bola matanya kesal.

Enak banget ya si Chika ini, nyodorin teman ke cowok norak, kayak lagi ngasih sedekah ke kaum dhuafa.

Seseorang di kerumunan lingkaran itu mungkin mendengar suara Chika, sehinggga ada provokator yang menyulut api, dengan celetukan asal 'Terima aja sih'. Celetukan asal yang berefek sepeti domino, membuat hampir seluruh orang disana, turut mengaminkan, "Terima... terima... terima..."

"Nggak mau." Cessa menyahut bujukan Chika, sekaligus cowok dihadapannya, dan kerumunan disekeliling mereka.

"Wuuuuuuuuuuuuuuuuuu..." sontak, jawaban Cessa disambut sorakan oleh siswa yang berada disana.

Disisi luar lingkaran tadi, dua orang cowok berseragam sama berdiri. Seorang memegang hp di telinganya, seorang lainnya, hanya menyender di gawang, sambil menatap kerumunan itu malas.

"Keluar sini lo bego, mana keliatan kalo lo disana!" cowok yang menelfon mendengus kesal. Apalagi, setelah melihat seseorang memaksa keluar dari kerumunan, berlari kearah mereka, sambil cengengesan.

"Ngapain coba lo disana? Mau jadi biang gosip?" cowok yang tadi menelfon sekarang mengomel ke temannya, yang baru bebas dari kerumunan.

"Seru tau Do." sahutnya masih cengengesan.

"Tuan putri lagi?" kali ini si cowok gawang ikut bersuara.

"Yaiyalah," mata Bimo--cowok yang baru keluar dari kerumunan itu--mengerling "Gila ya tuh cewek sadis beneeer."

"Itu mah cowoknya aja yang bego, nggak belajar dari pengalaman orang." Edo--cowok yang tadi menelfon--hanya menanggapi dengan santai.

Pemandangan seperti ini, sudah terjadi tiga kali disekolahnya, sejak cewek bernama Cessa resmi menyandang status sebagai siswi SMA Taruna. Biasanya, mereka bertiga--kecuali Bimo--tidak begitu perduli dengan sensasi yang dibuat cewek itu. Tapi, sekarang hal itu terjadi di lapangan bola, dimana mereka biasa menghabiskan waktu istirahat.

"Bikin repot deh dia." cowok gawang mengambil bola dari tangan Edo, lalu berjalan mendekati kerumunan.

Ia mencolek bahu seseorang disana, memintanya untuk sedikit menggeser badan. Melihat siapa yang meminta, cewek yang tadi dicoleknya, langsung memberikan jalan. Sekaligus dengan sukarela, memberi tahu teman didepannya, untuk ikut menggeser tubuh mereka.

"Thanks." cowok itu tersenyum, membuat rona merah menjalar dipipi cewek tadi. Baru ia meletakan bolanya ditanah, ia tersadar sesuatu. Cowok itu kembali memanggil cewek tadi, memintanya melakukan hal yang sama, di sisi lingkaran lainnya. Dengan patuh, cewek itu berlari kearah yang berlawanan, dan dalam waktu singkat, ruang kosong kembali tercipta disisi lainnya. Orang-orang yang diminta menyingkir, tersadar, ada sesuatu yang akan terjadi. Sedangkan yang lainnya, masih bersorak, ketika Cessa kembali menggeleng.

Jengah, melihat kelakuan Cessa, cowok itu mengambil ancang-ancang.

1... 2... 3...

Wussss...

Are You? Really?Where stories live. Discover now