Terima Kasih Reno

153K 11.8K 254
                                    

Dita melangkahkan kakinya, menuju tempat yang sudah seminggu ini ia kunjugi, langit yang mulai gelap, dan udara yang terasa lembab, tidak menyurutkan tekadnya untuk menemui Reno, setidaknya sekali lagi sebelum ia pulang ke rumah mamanya di Bali.

Selalu sama, apa yang ia lakukan ini adalah sebentuk permintaan maafnya kepada Reno, karena telah mengecewakan terlalu dalam.

Dita baru ingin mempercepat langkahnya, ketika seseorang tiba-tiba berdiri dari samping makam Reno, tubuh Dita menegang menyadari siapa yang berada di sana.

Hal yang serupa ternyata juga dialami Cessa, sebagai refleks bentuk waspada dan trauma, ia merasa dadanya sesak seketika saat tatapannya dan Dita saling bertabrakan.

"Lo..." suara Dita yang bergetar hebat, membuat Cessa menutup matanya, sejurus kemudian ia menghela napas berat, berusaha menghilangkan derap yang berada di dadanya.

"Gue udah mau pergi, kok," ujar Cessa, menyadari bahwa mereka belum dalam keadaan siap untuk bertemu. Cessa hendak melangkah melewati Dita, tapi gerakannya terhenti, sejenak ia ragu, sebelum akhirnya membulatkan tekadnya.

Cessa menghampiri Dita, membuat Dita otomatis mundur, menjauh dari Cessa.

"Gue cuma mau ngasih ini," Cessa mengeluarkan sebuah cd pack dari tasnya, membuat Dita mengernyitkan dahinya.

"Tadinya, gue mau taro di makam, tapi gue takut itu rusak, karena itu cuma satu di dunia, mungkin dibanding gue, lo lebih butuh itu."

"Ini apa?" tanya Dita tidak mengerti.

"Dengerin aja sendiri, gue duluan." Cessa sudah melangkahkan kakinya lagi, tapi suara Dita membuatnya terhenti.

"Kenapa lo ngebebasin gue dari penjara? Lo mau bikin gue malu? lo pikir gampang nyerahin diri?" Cessa tau, gadis di belakangnya sedang menahan tangis mati-matian. Telah lama, sejak Dita menjadi orang yang kesepian. Yang Dita lakukan hanya berusaha hidup sendirian, menyalahkan setiap orang yang bisa disalahkan, demi menebus rasa sakit yang selama ini gadis itu terima.

Cessa berbalik, lalu menatap Dita lekat-lekat.

"Bukan demi lo, tapi demi nyokap lo, dan demi kak Reno, untuk segala hal yang pernah di kasih ke gue, Reno sayang banget sama lo dan nyokap lo, jadi dia pasti nggak akan rela liat adiknya busuk di penjara, dan nyokapnya makin terpuruk.

"Gue nggak tau, ini membantu apa nggak, tapi gue berharap lo juga bisa memulai hidup baru, belajar mengikhlaskan dan memaafkan, karena membenci itu melelahkan, Dit." Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Cessa berlalu dari hadapan Dita, karena sejujurnya ia sendiri merasa dadanya terlalu sesak untuk bertemu Dita. Ingatan tentang apa yang terjadi selama Dita kembali, menimbulkan ketakutan baru dalam dirinya.

Seseorang memang tidak pernah bisa benar-benar lepas dari rasa sakit, itulah yang Cessa sadari.

Sepeninggal Cessa, Dita menatap kosong makam yang kini berada di hadapannya, nama Reno tertera di sana, sedangkan sebucket mawar putih terletak begitu saja di atas gundukan tanah itu.

Mawar putih itu ada lima puluh tangkai, artinya, Cessa telah mengembalikan seluruh mawar dari Reno. Cessa telah memutuskan untuk benar-benar menyisakan Reno sebagai bagian dari masa lalunya.

"Kak Reno? Apa kabar hari ini? Masih marah ya sama Anin?" tanya Dita tentu tidak mendapat jawab, tapi ia sudah terbiasa melakukan monolog ini, ini satu-satunya cara untuk menghidupkan Reno dalam benaknya.

"Nanti malam, Anin pulang ke Bali kak, mama sakit tau Anin masuk penjara, papa juga marah besar, mungkin nanti Anin bakal dimarahin atau dipukul." Setetes air mata, luruh dari sudut mata Dita, ia merasa tenggorokannya mulai tercekat.

Are You? Really?Where stories live. Discover now