Lima Belas

181K 16.6K 519
                                    

Kedatangan Cessa kerumah Elang malam itu, ternyata membawa banyak berkah, khususnya untuk para penghuni sekertariat ekskul Futsal.Intensitas mereka bertengkar sedikit berkurang, begitu pula dengan teriakan-teriakan.

Chika, Edo dan Bimo, kadang bersyukur, kadang merasa was-was. Takut-takut kalau perdamaian diantara keduanya, hanyalah jenis ketenangan sebelum badai.Jangan salahin mereka yang paranoid, biasanya kan yang tenang itu lebih menakutkan.

Dan ketakutan mereka akhirnya terbukti.

Siang ini, anak futsal baru saja selesai latihan kecil, sebelum pertandingan final besok, Elang sedang merenggangkan seluruh persendiannya, ketika Cessa datang dengan beberapa gelas jus, dan seplastik minuman botol.

"Kak Pandu, jus mangga. Kak Wisnu, jus jeruk. Kak Edo, sunkist, yang lainnya pocari doang kan?" Cessa membagikan satu-satu ke cowok-cowok disana.

"Makasih Cess, tambah cantik aja deh lo mah." Wisnu mengacungkan jempolnya.

"Yeee, ini gara-gara lo pada mau tanding aja, kalo enggak gue juga ogah,"

"Punya gue mana?" tagih Elang yang tidak kunjung menerima pesanan.

"Emang kakak pesen apaan?" tanya Cessa sambil mengernyitkan dahinya, pura-pura tidak tau.

"Alpuket."

"Oh iya, nih, tadinya buat gue tapi buat lo aja deh, kan lo yang mau tanding." Cessa menyerahkan gelas jus yang berada ditangannya, sambil tersenyum manis.

Elang membalas senyuman Cesa, dengan mengacak-acak rambut cewek itu, "Thanks ya,"

"Tolong dong tolong, disini banyak fakir asmara nih," Bimo berteriak, yang langsung diaamiinkan oleh yang lainnya.

"Tau lo Lang, gak berprikejombloan," Pandu menambahkan.

Sejak Elang dan Cessa agak akur, mereka memang kelihatan sering mesranya, tentu saja hal itu bikin anak-anak futsal pada sakit mata.Ngacak-ngacak rambutlah, saling tatap-tatapan lah, rangkul-rangkulanlah.Pokoknya sekecil apapun tindakan keromantisan Elang dan Cessa, dianggap sebagai bentuk penjajahan, dan penindasan tanpa prikemanusiaan bagi anak-anak futsal.Waktu mendengar kalimat itu, tentu saja Elang dan Cessa cuma bisa tersenyum.Anak-anak futsal itu kan nggak tau, itu adalah bagian dari strategi.

"Yeee, makanya lo pada jangan main ama Bimo mulu, ketularan homonya kan lo."

"Sialan lo Lang!" Elang terkekeh mendengar umpatan Bimo.Elang baru saja hendak menyedot jusnya, ketika Chika masuk ke dalam secret.

"Nih kak ada-" belum selesai Chika berbicara, omongannya langsung dipotong oleh Cessa.

"Chika temenin gue sebentar yuk! Penting!" Cessa mengambil map ditangan Chika, lalu meletakannya begitu saja di meja. Setelah melayangkan senyum termanisnya, Cessa mendorong bahu Chika keluar dari sekret.

"Ngapain sih Cess?" tanya Chika bingung.Tapi ternyata mereka berhenti di depan sekret, Cessa mengulum senyumnya, matanya berkilat-kilat jail. Tiba-tiba saja Chika mengerti.

"Lo ngerjain kak Elang lagi ya?!" tanya Chika sambil melotot, Cessa tidak menjawab pertanyaan Chika, cewek itu malah menggerakan jarinya, mulai menghitung.

"1... 2...3..." tepat setelah sedetik, Cessa menghentikan hitungannya, suara teriakan Elang terdengar dari balik pintu.

"PRINCESSA!!!"

"Buahahaha..." tawa Cessa seketika berhambur, namun tidak lama, karena ia harus cepat-cepat berlari sebelum Elang menemukannya.Benar dugaan Cessa, tepat setelah cewek itu berlari, Elang keluar dari sekret.

"Jangan lari lo! Sini!" Elang berderap mengejar Cessa.Namun baru beberapa langkah, ia sudah dihadang oleh Angel.

"Elang..."

"Apaan? Awas Ngel! Gue sibuk!" Elang menggeser bahu Angel, untuk memberinya ruang agar bisa mengejar Cessa.

"Elang, please," Angel menahan pergelangan tangan Elang sekarang, membuat cowok itu berdecak.

"Angel, gue sibuk, apapun yang lo mau omongin, kita ngomong nanti. Oke?" Elang melepaskan tangan Angel dari pergelangan tangannya, lalu kembali berlari mengejar Cessa, tidak sadar wajah Angel pias ditempatnya.

Tidak cukup melihat perempuan lain berdiri disamping Elang, nyatanya Angel harus siap melihat perempuan lain dikejar oleh Elang.Angel mengatupkan bibirnya, tubuhnya bergetar oleh kemarahan dan kesakitan sekarang.Angel hampir saja terjatuh, karena gelegak amarah yang berusaha diredamnya, namun tubuhnya di raih oleh seseorang.

Orang itu menggiring Angel, hingga Angel duduk di kursi pinggir koridor.

Angel tidak ingin mendongak, tidak ingin ada orang lain yang menyaksikan kelemahannya, tapi orang itu malah berlutut, sehingga dapat melihat wajah Angel.Dan wajah yang Angel temukan adalah wajah Edo.

Angel menutup matanya rapat-rapat.

"Sialan, kenapa harus Edo sih?" Dua kali saja, cowok itu menyaksikan keterpurukannya.Tidak ingin berlarut-larut dalam tatapan mengasihani Edo, Angel berdiri lalu berderap meninggalkan Edo.

Dengan dendam yang lebih pekat kepada Cessa.

***

Sudah jarang melihat Elang dan Cessa bertengkar dimuka umum, warga SMA Taruna cuma bisa tersenyum sumir, waktu melihat Elang menggendong Cessa dari lapangan menuju kantin.

Biasanya kalo gendong-gendongan orang pacaran sih so sweet, lah ini, gimana mau dibilang sosweet kalo alih gendong punggung, atau gendong ala-ala pengantin baru, Elang malah menggendong Cessa di salah satu bahunya, sehingga wajah Cessa menghadap kepunggung Elang dengan keadaan tubuh terbalik.

"Kak Elang turunin gue nggak!" Cessa memukul-mukul punggung Elang, merasa kecolongan, waktu Elang tadi meraih pinggangnya.

"Nggak mau, jawab dulu, kenapa jus aku bukannya pake susu cokelat, malah pake kecap sayang?" tanya Elang sambil terus berjalan menuju kantin.

"Kak Elang, turunin gue! Maluuuu!" Elang cuma nyengir mendengar pernyataan Cessa. Setelah sampai di kantin, Elang menurunkan Cessa tepat di penjual jus.

"Pesenin aku satu lagi ya sayang, nggak pake kecap loh. Inget." Elang mengedipkan sebelah matanya, membuat Cessa bergidik.

"Ibu. Pesen. Satu. Lagi. Jus. Alpuket. Nggak. Pake. Kecap" Cessa mengucapkam pesanannya dengan penekanan ditiap-tiap katanya, membuat ibu-ibu penjual jus tersenyum penuh arti.

"Duh mas ama eneng emang gendong-gendongan nggak diomelin guru ya?" tanya ibu itu dengan nada menggoda.

"Enggak dong bu, kan kita udah nikah. Ya nggak Cessa?" Elang meraih bahu Cessa, yang langsung dihadiahi pelototan oleh cewek itu..

"Jadi inget dulu ibu sama suami ibu" Ibu itu tersenyum malu-malu, sambil memasukan daging alpukat kedalam blender.Mendengar kalimat ibu itu, senyum Elang bertambah lebar, sedangkan Cessa cuma bisa meringis.

Tidak jauh dari mereka, tanpa mereka sadari, Angel duduk disalah satu kursi, memperhatikan keduanya dengan tatapan terluka dan amarah yang siap meledak.

"Niken! Eksekusi Cessa besok malem!"

"Elang gimana Ngel?" tanya Niken takut-takut. Bukan apa-apa, kalo urusannya udah sama Elang, bukan cuma Angel yang bisa dapet masalah, tapi dia juga.

"Gue yang tanggung jawab." final. Keputusan Angel sudah bulat, tekad itu dapat di dengar Niken dari suara Angel.

-----

Bekasi, 6 Februari 2016

----

A/n: Hayooo Angel mau ngapain Cessa hayooo?

Maafin yaa, updatenya lamaa, makasih juga untuk yang udah stay tune terus cerita ini, yang terus minta buat di update.

Bekasi, 17 Februari 2016.

Naaaysauthor❤

Are You? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang