Tujuh Belas

183K 16.4K 229
                                    

Bimo sudah jauh lebih baik sekarang, namun ia masih harus menjalani perawatan dirumah sakit. Lengan kirinya mengalami retak serius, jadi butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkannya. Beruntung kemarin adalah turnamen terakhir mereka, sebelum turun jabatan.

Sejak dilarikan kerumah sakit kemarin siang, Elang dan Edo bergantian menjaga Bimo, berhubung orang tua Bimo yang super sibuk masih berada di Kalimantan. Bimo juga tidak berniat memberitahu kedua orang tuanya, demi menghindari dicabutnya izin futsal untuk Bimo.

Elang meletakan plastik berisi wafer di nakas sebelah ranjang Bimo.

"Nggak malem mingguan lo?" tanya Bimo sambil memencet-mencet remote tvnya, mencari saluran dengan acara yang bermutu.

"Ntar juga Cessa kesini sama Chika." Bimo mengangguk-angguk mengerti, setengah bete, karena berarti dia harus siap jadi nyamuk lagi.

"Si Edo mana?"

"Ntar juga kesini, kenapa sih lo? Nanya mulu! Minta dijenguk semua orang?"

"Biar gue nggak jadi kambing sendirian nyet." mendengar jawaban Bimo, Elang lantas terkekeh. Diantara semua temannya, Bimolah yang paling sering memasang wajah melas, kalau Elang dan Cessa sedang melancarkan aksinya.

Elang baru saja menghempaskan pantatnya disofa, ketika Edo dan Chika masuk bersamaan. Dahi Elang mengernyit, saat tidak menemukan Cessa diantara keduanya.

"Cessa mana?"

"Loh bukannya dia mau jalan sama kakak?" Chika ikut menatap heran kearah Elang.

"Lah dia bilang mau kesini bareng lo?" Elang kembali bertanya, namun yang di dapatkannya justru gelengan dari Edo dan Chika.

"Tadi, Cessa nyuruh gue jemput Chika, gue kira dia mau berangkat bareng lo. Gimana sih?"

"Mungkin dia mau berangkat sendiri kali, udah calm aja Lang, nggak bakal selingkuh juga si Cessa." Bimo berusaha menenangkan Elang.

Akhirnya, Elang hanya mengangkat bahunya, berusaha tidak perduli.

***

Sudah satu jam sejak Chika tiba di kamar rumah sakit, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan Cessa, Chika dan yang lainnya, tidak begitu ambil pusing, karena sepuluh menit yang lalu Cessa bilang tidak janji bisa datang.

Tapi Elang tidak berhenti-hentinya mengecek handphone, bahkan sesekali ia mengintip melalui jendela, siapa tahu Cessa sudah datang. Walaupun tidak ia lakukan secara terang-terangan, tapi tiga orang yang berada diruangan yang sama tentu dapat menangkap kegelisahan Elang.

"Kak Elang itu khawatiran banget, perhatian banget, atau protective banget sih kak?" Chika menyenggol lengan Edo, sambil menuding kearah Elang yang lagi-lagi sibuk dengan handphonenya.

"Dia cinta banget kali ama temen lo" Edo menyahut asal, membuat Bimo terkekeh.

"Nggak mungkinlah Do. Kalo mereka beneran saling cinta nih ya Do, sama aja kayak gue udah jatuh cinta ama lo, mustahil!" kata Bimo penuh keyakinan.

"Yeee ngeyel,"

"Si Cessa belom ngehubungin lo pada apa?" tanya Elang menghadap ke tiga temannya.

"Udah, kan tadi Cessa sms gue nggak janji bisa dateng." sahut Chika, yang langsung diikuti anggukan oleh Edo dan Bimo.

"Tapi hp nih anak nggak bisa ditelfon lagi," dengus Elang kesal.

"Iya deh Do. Elang cinta Cessa masih mungkin, tapi gue cinta lo yang nggak mungkin." mendengar bisikan Bimo, Chika sontak tertawa dan Edo menoyor kepala Bimo.

Are You? Really?Where stories live. Discover now