Delapan Belas

198K 17.9K 840
                                    

Cessa membuka matanya perlahan, namun mengerang waktu merasakan kepalanya seperti dihantam palu.

"A...ir," ia dapat mendengar suara serak keluar dari bibirnya, tenggorokannyapun terasa kering dan perih.

"Kha..i," tidak ada jawaban. Cessa memaki dirinya sendiri, saat teringat bahwa Kai sudah kembali berada di Malang sejak seminggu yang lalu.

Akhirnya Cessa memutuskan untuk turun dan mengambil air sendiri. Dengan langkah gontai, dituruni satu persatu anak tangga, tapi ketika hampir sampai di dapur, sebuah benda hangat menahan dahinya. Samar-samar ia mengenali benda apa itu.

Cessa mengerjap-ngerjapkan matanya, ketika melihat Elang berdiri disampingnya, sedangkan di dahinya, tangan cowok itu menahannya agar tidak terantuk tembok dihadapannya.

"Nih," Elang menyodorkan mug berisi susu cokelat panas, namun karena Cessa tidak kunjung menerimanya, Elang meraih tangan Cessa, lalu mengaitkan pegangan mug, dijari-jari milik gadis itu.

"Kak Elang... Ngapain disini?" mata Cessa melebar, ketika tersadar siapa yang sedang melenggang duduk diatas sofa ruang keluarga.

"Ngejagain lo. Tadi malem, lo hangover," Elang menunjuk kearah Cessa, sebelum kembali menonton televisi dihadapannya.
Cessa berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Cessa bertemu Angel, mereka pergi ke diskotik, Cessa meminum dua gelas air berwarna bening, Cessa menyiram Angel dan tiba-tiba ada Elang. Sudah. Semua ingatannya terhenti disana.

Cessa menatap pakaian yang dikenakannya, ia masih mengenakan gaun semalam, tapi kali ini, gaun itu dilapisi kemeja denim yang menjuntai sampai ke lututnya.

"LO NGINEP SINI?!" teriak Cessa histeris membuat Elang bergidik.

Mati Cessa, papanya bisa membunuh dia kalau sampai tau, ia mengizinkan cowok menginap dirumahnya!

"Iyalah, makanya lain kali kalo nggak bisa minum nggak usah sok-sokan," mendengar nada suara Elang yang santai, Cessa langsung berhambur kearah Elang, duduk di sebelahnya.

"Kak Elang, lo nggak sadar ya? Gue cewek, tinggal sendiri disini, kalo ada yang liat, mikirnya pasti macem-macem," Cessa kembali protes, namun Elang nampak tetap santai, cowok itu malah mengambil mug yang tadi Cessa letakan diatas meja.

"Minum dulu susunya," perintah Elang lembut, Cessa masih ingin protes, tapi tak pelak ia menurut juga, di habiskan susu cokelat itu sampai hampir setengah gelas.

"Elang gue serius." kata Cessa kesal. Beneran deh, Elang ini idiot atau apa sih?

"Kita sampe dirumah sekitar jam dua, saat itu udah nggak ada orang diluar, gue mau ninggalin lo sendiri, tapi lo ngeracau terus, jadi gue disini, tenang aja gue nggak ngapa-ngapain kok, gue dibawah terus, bahkan gue belom ganti baju gue, padahal udah lo muntahin," kata Elang menjelaskan, untuk sesaat Cessa terkesima, terpelosok dalam suara magis Elang.

Berbeda dengan bentakan biasanya, suara Elang kali ini penuh kelembutan, dan sarat pengertian.

"Tapi kan-" kalimat Cessa langsung di potong oleh Elang.

"Gue nggak akan nginep lagi, dengan syarat lo jangan pernah kayak semalem lagi. Oke?" tanpa sadar Cessa mengangguk patuh.

"Ngomong-ngomong, gue masih punya dua jatah merintah lo kan?" tanya Elang, membuat Cessa mengernyitkan dahi. Seingat Cessa, cowok ini nggak pernah nanya kalau mau merintah dia.

"Taruhan kita, masa lupa?"

"Lo kan udah sering merintah gue. Lupa?" Elang tidak memperdulikan kalimat Cessa, ia memutar tubuhnya, hingga kini menghadap wajah Cessa.

Are You? Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang