1. Perdebatan Hati

43.5K 999 7
                                    

Brak!!

Suara gebrakan meja menggelegar di semua penjuru ruangan ini. Empat kepala yang ada di ruangan ini langsung menunduk takut melihat ekspresi wanita yang sedang menahan amarah. Wajahnya memerah dengan gertakan gigi yang menandakan beliau tidak bisa lama menahan emosinya. Harus meledak dan memuncratkan lahar panas kepada dua manusia di hadapannya

"Katakan sekali lagi Nina!! Apa yang kamu perbuat dengan pria ini???" tanyanya dengan suara keras dan bernada tinggi. Wanita cantik berparas ayu yang di sebut Nina tadi hanya diam menunduk. Terdengar suara isakan tangisnya.

"Nina!! Jawab mami!!!!" bentaknya sekali lagi. Tapi Nina masih diam tak bergeming. Wanita itu mencekal lengan Nina membuat Nina mau tidak mau mendongak keatas sembari meringis

"Kenapa kamu sampai hamil dengan pria ini?? Kenapa hah????" Wanita itu menunjuk pria di sebelah Nina yang sama merunduk ketakutan

"Mami, Nina cinta sama dia!!" jawab Nina pelan

"Cinta?? Cinta?? Makan tuh cinta!! Kamu pikir Cinta bisa menghidupi kalian? Hah??? Dan satu hal lagi Nina, mami sudah katakan jauhi pria ini!!!" Wanita itu mendorong kepala Nina hingga membuatnya limbung kebelakang. Beruntung Nina tidak sampai terjatuh.

"Mami heran ya!! Bisa - bisanya kamu tetap menjalin hubungan dengan dia?? Bahkan sampai hamil??? Kamu kurang ajar!! Tidak mau mendengar Mami!!!"

"Apa salah Wisnu Mi, Nina dan Wisny salinv mencintai"

"Dia ini tidak mencintai kamu Nina!! Dia hanya mengincar harta kamu!!!!" bentak wanita itu. Nina menggeleng

"Hei, pria bajingan!! Kamu pikir kamu menghamili putriku, maka aku akan membiarkan kamu menikahinya?? Dan membuatmu mendapat warisan hartaku? Kamu bermimpi!!!"

"Mami!!"

"Diam kamu!! Pria ini harus tau diri!! Dia ini pria brengsek!! Cuma mengicar harta!!!"

"Gugurkan kandunganmu itu!!" ujar wanita itu dengan suara pelan. Nina menggeleng cepat dia meremas tangan Wisnu erat

"Aku gak mau Mami, aku akan tetap menikahi Wisnu!!" ujar Nina bersikeras. Wanita itu kembali berang dan dia mengangkat tangannya, hendak melayanhkan pukulan ke arah Nina. Nina sudah memejamkan matanya

"Tante stop!!" kini aku mulai bersuara. Aku memegang kendali tangan Tante Aira yang mulai lepas kendali hendak menampar putri semata wayangnya

"Ndo, jangan halangi tante! Wanita ini harus di beri pelajaran!"

"Tapi gak dengan kekerasan tante!!"

"Dengan apa?? Kelembutan? Kurang lembut apa tante sama dia?? Dia masih saja membangkang!! Bahkan menikahi pria bejat ini" ujarnya dengan nada tak suka. Nina sudah menangis.

"Tenang tante, semua bisa dibicarakan dengan kepala dingin. Ayo" aku mengajak tante Aira menuju kamarnya menenangkan dirinya.

"Kenapa Nina gak nikah sama kamu aja sih Ndo?? Kenapa harus sama Wisnu??" aku tau banget kenapa tante Aira menolak Wisnu. Bukan tanpa alasan. Hanya saja, saat ini belum waktunya memberitahu Nina. Begitu kata tante Aira. Kalau menurutku sih, harusnya tante Aira memberi tahu kepada Nina dari awal.

"Bahkan Nina hamil anak pria bejat itu! Dia pikir dengan hamilnya Nina aku akan menyetujui pernikahan mereka? Tidak!!! Aku tidak merestui mereka!!" tante Aira menangis. Aku hanya menghela napas lalu memberikan air minum kepadanya

"Tante istirahat dulu ya, kita bicarakan semua besok setelah tante tenang" ujarku dia mengangguk dan langsung berbaring. Aku yakin tante tidak akan bisa tidur.

Nina...

Aku berjalan kearah ruang depan. Aku melihat Nina tengah menangis dan berada dalam dekapan Wisnu. Meringis melihat adegan itu.

"Nina" aku memanggilnya. Dia menoleh dan berhambur kepadaku memelukku erat

"Ndo, mami gimana?? Ndo aku harus gimana sekarang??" tanyanya masih menangis sesenggukan. Aku hanya bisa menatap lurus kearah Wisnu yanh juga menatapku tak suka.

"Mami sudah tidur, besok dibicarakan lagi. Semua harus dengan kepala dingin" ujarku pelan

"Ndo, aku gak mau guguriin bayi ini! Aku gak mau!! Dia gak salah, cinta aku saka Wisnu juga gak salah. Tapi kenapa mami gak setuju???"

"Entahlah, hanya mami yang tau. Sekarang kamu istirahat. Pikirkan kondisi janinmu oke" aku menghapus air mata Nina. Mata indahnya bengkak karena terlalu banyak menangis.

"Wisnu, pulangah. Besok kita bicara lagi" ujarku. Aku merangkul bahu Nina dan membawanya kekamar tanpa menunggu jawaban Wisnu.

"Ndo.." Nina meraih tanganku. Aku duduk di sebelahnya di pinggiran ranjang

"Hmm.."

"Apa salah Wisnu Ndo? Kenapa mami gak setuju hubunganku sama Wisnu?"

Aku membelai rambut Nina sayang "Entahlah. Tapi apapun itu pasti yanv terbaik untukmu"

Nina menggeleng "Tidak semua perkataan orang tua terbaik buat aku Ndo! Wisnu pria yang baik, dia mencintaiku aku juga mencintainya"

Nina, entah kamu terlalu naif atau terlalu dibutakan cinta aku bingung harus bicara apa.

"Ya aku tau, sekarang kamu istirahat ya? Besok kita bicarakan lagi" aku mendorong tubuh Nina pelan membaringkannya diatas ranjang. Membelai rambutnya dan memberi senyuman manis

"Ndo.."

"Apa?"

"Seandainya kita masih kecil, aku pasti sudah memintamu untuk tidur di sebelahku seperti dulu. Aku akan menangis di dadamu. Dan kamu akan menenangkan aku sampai aku tertidur" kenangnya. Aku hanya tersenyum

"Aku sayang kamu Ndo"

"Aku juga sayang kamu Nina" dan mencintai kamu Nina

Aku mencium kening Nina dengan sayang, lalu mematikan lampu membirakan lampu tidur yang menyala dan beranjak keluar kamar Nina. Aku menuruni tangga perlahan dan melihat Wisnu masih duduk diam di sana. Aku mendekatinya

"Kamu belum pulang?"

Wisnu bangkit menatapku "Gue nunggu lo!!" ujarnya dengan ketus

"Ada apa?"

"Gue peringatin sama lo, jauhi Nina!! Gue rasa lo akan menjadi penghalang gue dan Nina! Apalagi gue liat lo menghasut tante Aira buat tidak merestui kita"

Aku tersenyum tipis "Nina sahabat gue sejak kecil, tante Aira sudah seperti ibu kandung gue, tidak ada yang menghasut. Lo tenang saja." jawabku santai

"Gue peringatin lo, kalau macem - macem gue bakal.."

"Gak usah ngancem gue, gue tau diri. Apapun demi kebahagiaan Nina akan gue lakukan" dia menatapku tajam penuh kebencian

"Sekarang lo pulang!" usirku masih dengan nada halus. Wisnu menghembuskan napas kasar dan berjalan keluar rumah ini.

Nina.... Ini perdebatan hati yang sangat sulit, mungkin tidak hanya untukku yang sangat mencintaimu tapi tidak bisa memilikimu, tapi juga perdebatan hati yang terjadi padamu juga tante Aira. Apapun yang terjadi, aku sangat berharap kamu akan bahagia...

Tbc

Hei, balik lagi! Kemarin aku ganti konsep yan cerita Depresi, mudah - mudahan banyak yang suka. Ini sudut pandang aku ambil dari pemeran prianya. Karena biasanya kan selalu diambil dari sudut pandang wanita.

Selamat membaca

DEPRESI (END) 21+Where stories live. Discover now