19. Kehilangan?

11.2K 546 17
                                    

Sesuatu akan sangat berharga saat kita kehilangannya

°°°°

"Wisnu....Tidak!!!"

Nina berlari menghampiri Wisnu yang tergeletak tak sadarkan diri. Tubuhnya bermandikan darah segar. Mobil yang baru saja menabraknya secepat kilat melaju meninggalkan Wisnu yang tak sadarkan diri

"Toloongg!! Tooooloooonggg" Nina berteriak sembari memangku kepala Wisnu yang telah berlumuran darah.

"Tolooongggggg" teriaknya jengah menatap orang - orang yang hanya berdiam diri mengelilinginya tanpa ingin membantunya. Mereka semua hanya saling pandang dan berbisik

"Tolong saya! Antarkan kekasih saya kerumah sakit!!!" teriaknya lagi tetap tak ada yang bergerak membantunya sampai seorang pria dengan tergesa berlari menghampirinya

"To- tolong saya" ujar Nina penuh harap pada pria itu.

"Saya seorang dokter. Saya akan menolong kekasih anda" pria itu mengeluarkan beberapa alat medis namun dia melirik sekilas para penonton gratis di sekeliling mereka

"Tolong hubungi Ambulance" mereka hanya saling pandang "Cepatlah!! Ini masalah nyawa!!" teriak pria itu. Seorang wanita muda dengan tergopoh meraih ponselnya dan mengikuti perintah dokter itu

Dokter itu memindahkan kepala Wisny dari pangkuan Nina ke aspal jalan. Memeriksa denyut nadi dan kondisinya. Berulang kali Nina merapalkan doa untuk menyelamatkan Wisnu. Kekasih yang sangat dicintainya

"Kondisinya kritis. Dia mengalami pendarahan dan kehilangan banyak darah. Kau cepat hubungi keluarganya!" perintah dokter itu. Nina terjengkit bingung

"Wisnu.. Dia.. Sebatangkara dok" jawab Nina pelan

"Apa? Baiklah. Kita coba cari darah di rumah sakit. Semoga ada yang cocok" dokter itu kembali fokus menangani Wisnu hingga sebuah Ambulance datang dengan bunyi nyaring.

Para penonton itu bergeser dan membiarkan para tim medis melakukan pekerjaannya. Nina mengikuti Wisnu yang dimasukkan kedalam mobil Ambulance. Tangannya terus mengenggam jemari dingin Wisnu

"Ku mohon bertahanlah sayang"

Sepanjang jalan dokter terus berusaha agar Wisnu tidak kehilangan kesadarannya. Melakukan pertolongan pertama. Sedangkan Nina duduk di sebelahnya dengan merapalkan doa dan terus menangis.

"Golongan darahnya A. Dan kami tidak memiliki stok darah A. Sangat susah di cari dok" ujar perawat saat Wisnu telah tiba di UGD rumah sakit. Dokter itu menggeleng

"Cari segera!!" perintahnya dan perawat itu mengangguk berlalu meninggalkannya

"Dokter, sepertinya ada kerusakan pada ginjalnya" ujar salah satu dokter yang ikut menangani kondisi Wisnu

"Apa? Periksa lebih lanjut. Jika memang kerusakan parah, sebaiknya lakukan cangkok ginjal!" ujarnya. Dokter itu mengangguk dan mulai memeriksa kondisi Wisnu lagi.

Nina mendengar kedua dokter itu meributkan mengenai darah yang di perlukan Wisnu. Seperti hal nya di sinetron, kebetulan terjadi pada kehidupan nyata

"Dokter! Saya bergolongan darah A. Bisa ambil darah saya saja" ujar Nina mantap. Kedua dokter itu saling melirik lalu mengangguk

"Kau pergilah bersama perawat ini untuk mengecek keadaanmu" ujar dokter itu namun sebelum Nina beranjak dia berkata lagi

"Dok, jika memang dibutuhkan saya siap menyumbangkan ginjal saya untuk Wisnu. Tapi tolong selamatkan dia!"

****

Wisnu menyeka keringat yang membasahi dahinya. Mimpinya tentang kejadian sekitar 2 tahun lalu menghantuinya. Pikirannya kembali teringat pada satu wanita, Nina.

Wisnu melirik kearah sebelah dan terlihat Ambar tertidur dengan nyenyak di sana. Terukir senyum bahagia di raut wajah Ambar. Perlahan Wisnu bangkit dari ranjang dan menuju dapur, mengisi air dalam botol dan mulai meminumnya.

"Kedua ginjalmu mengalami kerusakan"

"Kekasihmu yang mencangkokan satu ginjalnya"

Kata - kata seorang dokter dua tahun lalu mengingatkannya pada mimpi yang dialaminya baru saja. Wisnu terasa baru menyadari, bahwa nyawanya tidak akan terselamatkan jika bukan dari setetes darah Nina dan sebuah ginjal Nina. Namun rasa benci dan dendam seolah tetap menjadi raja menguasai hati dan pikirannya. Membuat Wisnu melupakan pengorbanan Nina.

"Belum tidur?" Wisnu berbalik dan menatap ibunya membuka kulkas.

"Bu, apa ibu mendengar kabar bahwa.."

Ibunya mengangguk "Tentu! Kabar gembira tak mungkin aku tak mendengarnya" Larasati tersenyum dan mendekati Wisnu

"Kau putraku yang paling berbakat. Karenamu, dia menjadi depresi dan bunuh diri. Diluar rencana kita. Tapi ini adalah hal yang membanggakan" ujar Larasati sebelum meninggalkan Wisnu.

Menghela napas dan terduduk lemas di kursi Wisnu memandang nanar kedepan. Pikirannya tertuju pada Senyum dan sekaligus tangis Nina.

"Nina.."

Wisnu menggeleng pelan "Mungkin aku hanya tak terima Nina meninggalm begitu saja. Sebelum aku puas menyakitinya" Wisnu hendak bangkit namun sekelebat bayangan Nina merontak di dalam kolam berenang malam itu menghantuinya

"Aku gak bisa berenang Wisnu"

"Aku akan menjagamu sayang. Tenang saja"

Janji yang pernah diucapkan Wisnu saat dulu ingin mendapatkan hati Nina. Janji yang diingkari malah Wisnu sendiri yang melemparkan Nina ke dalam kolam itu. Mungkinkah ini rasa bersalah? Atau..

"Dia membunuh anakku!!!"

Pernyataan Nina yang sempat di dengar Wisnu saat hendak melihat Nina di kantor polisi pasca penusukan Ambar bagai tamparan keras di pipi Wisnu. Bukan apa, dialah yang menyebablan Nina kehilangan bayinya. Bukan Ambar. Tapi mengapa Ambar dan calon anaknya yang mendapat balasannya?

"Anak yang kau bunuh bukan hanya anak Nina! Tapi juga darah dagingmu sendiri keparaaat!!!"

Ucapan Ando saat berpapasan di depan kantor polisi seolah menyadarkannya. Bahwa dia telah kehilangan kedua anaknya. Semua terasa berputar kembali. Mengulang kejadian demi kejadian pahit yang dialami Nina karena ulahnya sendiri. Saat kejadian itu terjadi, dirinya seolah tertutup mata gelap penuh kebencian. Seolah tak peduli dengan apa yang dialami Nina. Dirinya merasa bagai monster kejam yang telah merenggut kehidupan gadis lugu yang baik hati.

Baik hati?

Mungkinkah dirinya mengakui musuh terbesar keluarganya sebagai orang yang baik hati? Wisnu menggeleng keras seolah menolak apa yang ada di benaknya tentang Nina. Dirinya mengalihkan perhatiannya dengan ingin menuju kamarnya dan bertemu Ambar. Setidaknya bisa mengalihkan perhatiannya.

"Nina...."

Tbc

DEPRESI (END) 21+Where stories live. Discover now