27. Pilihan?

11K 463 8
                                    

Sifa berdiri santai menatap Laras dan Ambar. Setelah kejadian semalam, Ambar mendapat ultimatum dari Wisnu untuk tidak bermacam - macam pada istri kesayangannya. Setelah kepergian Wisnu ke kantornya, Sifa mulai mencari cara untuk membuat Ambar terusir tidak terhormat dari rumah ini. Licik!

Sifa berjalan santai memasuki ruang tengah tempat Ambar dan Larasati tertawa berdua. "Sifa?" Larasti bangkit dan menyambut tambang emas barunya ini

Sifa duduk di antara Ambar dan Larasti. Ada rasa jengah dan kesal di hati Ambar melihat Sifa baik - baik saja, kakinya pun tidak terluka parah. "Bu, aku bawakan ini untuk ibu" ujar Sifa menyerahkan sekotak perhiasan beludru cantik berwarna merah

"Apa ini Sifa?" tanya Larasati. Matanya berbinar memegang sekotak perhiasan yang pasti berharga sangat mahal

"Buka deh, ini buat Ibu" ujar Sifa kepada Laras. Laras tersenyum dan membuka kotak perhiasan itu dengan hati riang

"Astaga!!! Ini bagus sekali, indah. Harganya pasti mahal, ya ampun Sifa" Larasati tersenyum lebar menatap perhiasan indah yang di berikan Sifa untuknya

"Bu! Gak usah percaya, itu pasti imitasi!" ujar Ambar yang semakin terbakar rasa kesal melihat Sifa 'menyogok' sang ibu mertua dengan perhiasan mahal.

"Aduh maaf ya Ambar, aku akan membelikan kamu juga kok. Ini sih berlian asli" ujar Sifa tersenyum mengejek

"Pelacur sialan! Gue gak tertarik dengan perhiasan macam itu ya! Dasar ular bermuka dua lo! Mau cari simpati ibu? Gak akan bisa!!" teriak Ambar. Merasa Ambar tak sopan pada menantu emasnya, Laraspun menampar pipi kanan Ambar

"Ibu?" Ambar menatap tak percaya ibu mertuanya ini. Ibu yang selalu melindunginya dalam segala situasi dan sekarang berbalik menyerangnya hanya karena sekotak perhiasan? Benar - benar Larasati yang mata duitan.

"Tutup mulutmu Ambar!! Jaga bicara dan bersikaplah selayaknya menantu seorang ningrat!" ketus Larasati merangkul Sifa yang memasang wajah sedikit sedih. Misi pertama tentu berjalan lancar, misi kedua pun berjalan lancar. Tinggal misi ketiga. Lalu target berubah haluan. Tentu rencana yang sangat matang.

"Aku menantu ningrat, tapi dia? Hanya wanita murahan yang merebut suami orang, kebahagiaan orang lain! Tidak tau diri!!"

"Aku bilang tutup mulutmu Ambar, sebelum aku menamparmu lagi!!" teriak Larasati dengan marah. Ambar kesal dan memilih pergi meninggalkan Sifa dan Larasati. Murka dan hati di penuhi dendam besar pada wanita istri kedua suaminya.

"Sudah ya sayang jangan diambil hati perkataan Ambar, dia memang tidak waras" ujar Larasati yang ditanggapi senyum tipis Sifa.

Dreett.. Dreet... Dreettt

"Sebentar ya bu, aku angkat telpon dulu" pamit Sifa dengan sopan namun tetap elegan dan berkelas. Larasati mengangguk dan sibuk dengan perhiasan barunya

"Halo"

"...."

"Ah benarkah?"

"..."

"Kalau begitu hadiah itu diakumulasikan untuk mertuaku saja bagaimana?"

"..."

"Sungguh?"

"....."

"Akan aku bicarakan dengan mertuaku, nanti akan aku hubungi lagi"

Larasati yang mendengar percakapan Sifa bertanya langsung, dia penasaran karena namanya di sebut - sebutkan dalam perbincangan Sifa dan si penelpon

"Ada apa Sifa?"

"Bu, aku menang undian belanja sepuasnya di Beijing bu" ujar Sifa sumringah

"Ohya?"

DEPRESI (END) 21+Where stories live. Discover now