14. Sisi hitam

11.5K 529 15
                                    

Aku berjalan dengan langkah gontai menuju rumah sakit, tante Aira menatapku penuh tanda tanya. Aku rasa begitu banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan.

"Ndo!" panggilnya aku menoleh dan duduk di sebelahnya

"Mana Nina? Kenapa dia tak kembali bersamamu?" aku hanya diam saja tanpa tau harus menjawab apapun. Tante Aira menoleh kearah Zaskia dengan tatapan kekhawatiran seorang ibu

"Kia.."

"Tante, Nina ada di kantor polisi. Polisi sedang memeriksanya terkait percobaan pembunuhan Nina pada istri kedua suaminya" jawab Zaskia

"Apa?" tante Aira sedikit terkejut namun aku berusaha meredam emosi tante Aira. Aku takut jantungnya akan mempengaruhi stabilnya kondisi beliau

"Tante, tenang saja. Nina tak akan kenapa - kenapa. Percayalah" ujarku. Sebenarnya aku pun tak percaya dengan apa yang aku katakan. Semua akan baik - baik saja.

Aku menatap kearah ruang pemeriksaan tempat Ambara terbaring. Terlihat olehku Wisnu memegangi tangan Ambar dan terlihat khawatir. Kenapa dia tak melakukannya juga pada Nina? Padahal saat ini Nina sangat membutuhkannya.

"Ndo ada apa sebenarnya?" tanya tante Aira. Aku menoleh kearahnya yanh menatapku lekat. Wajah lelahnya menuntut jawaban atas pertanyaannya

"Tante gak percaya jika ini semua perbuatan Nina! Nina tidak akan melakukan hal ini, menyakiti seseorang bahkan sampai hampir membunuhnya" tante Aira mungkin tak menyadari keadaan Nina jadi seperti ini memang karena ulah si brengsek Wisnu!

"Lihat perbuatan putri tercintamu" aku dan tante Aira menoleh kearah sumber suara. Nampak wanita paruh baya yang terlihat nyentrik dengan gaya kuno berdiri angkuh di hadapan kami

"Gara - gara Nina, aku dan Wisnu harus kehilangan cucu kamu! Dan apa yang bisa di tebus wanita itu? Di penjara seumur hiduppun tidak akan cukup mengembalikan keadaan lebih baik!!" bentaknya.

"Siapa anda??" tanya tante Aira yanh asing dengan penampakan wanita aneh di hadapannya

"Kau tidak tau? Aku adalah Kanjeng Larasati. Ibunda Wisnu" aku tau tante Aira akan terkejut

"Aku akan membuat putrimu menanggung akibat dari perbuatannya pada putraku, menantu dan cucuku!!" ujarnya penuh emosi

Tanta Aira tersenyum simpul "Kau tidak akan bisa menyentuh sehelai rambut Ninaku, selama aku masih bernafas!"

Seperti dugaanku kanjeng ratu ondel - ondel itu terpancing emosi dengan jawaban tante Aira. Dia melangkah maju kedepan hendak menyerang tante Aira namun aku dengan cepat mencekal lengannya dan menghempaskannya

"Kau terlalu terbiasa bermain tangan nyonya" aku menatapnya tajam rasa kesalku memuncak saat teringat tangan keji itulah yang selalu menyiksa Nina

"Kau dengar aku, apapun yang terjadi pada keluargamu saat ini adalah hukum Karma dari perbuatan kalian sendiri! Dan harus kau ketahui, kau begitu marah saat kehilangan cucu dari Ambar? Tapi kau dengan tega membunuh cucumu sendiri yang berada di rahim Nina!!" bentakku keras

"Ndo sudahlah, jangan urusi wanita ini. Ayo kita temui Nina" ajak tante Aira bersikap tak peduli pada wanita tua bangka yang menatap kami dengan pandangan kesal

***

"Kami sudah melakukan pemeriksaan dan hasilnya bahwa keadaan Nina sepertinya sedang terganggu" ujar dokter Rey kepadaku dan tante Aira

"Terganggu bagaimana dok?" tanya tante Aira

"Nina tidak bisa menjalani proses hukuman, karena kejiwaan Nina sedang terganggu. Sepertinya Nina mengalami depresi" ujar dokter Rey menatap kearah Nina yang hanya terdiam membisu

"Lalu harus bagaimana dok?" tante Aira membelai rambut Nina hatinya tentu merasa kecewa dan terluka melihat putri kesayangan dan kebanggannya harus mengalami ini semua

"Biarkan Nina mendapat perawatan yang lebih intensif. Aku akan mencoba membicarakannya pada polisi" ujar dokter Rey

"Lakukan apa yang terbaik untuk putriku" ujar tante Aira yang berusaha setegar mungkin menghadapi kenyataan ini.

Aku hanya bisa menatap wajah sendu Nina. Bisa aku bayangkan keadaan hati Nina yang hancur berantakan setelah melewati proses demi proses yang menyiksa hatinya. Bahkan membuatnya kehilangan akal sehatnya.

Wisnu seharusnya membayar ini semua dengan mahal. Tak masalah dia kehilangan anak dari Ambar apa bedanya saat dia membuat Nina kehilangan buah cinta mereka? Tante Aira dan dokter Rey keluar ruangan. Aku mendekati Nina mengenggam tangannya erat berusaha memberi kekuatan untuk Nina

"Nin.." panggilku. Nina hanya terdiam memandang lurus ke depan. Pikirannya seolah kosong

"Nina.." aku membelai lembut rambutnya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan

"Tenanglah, aku bersamamu" ujarku di telinganya. Nina masih diam tanpa menjawab ucapanku

"Aku akan membantumu bangkit sayang.. Aku janji.. Aku mencintaimu Nina.." aku mencium kening Nina dengan sayang. Aku hendak beranjak meninggalkan Nina namun Nina mencegah lenganku

Aku menoleh dan menatap kearah Nina "Nina.." panggilku

"Menikahlah denganku Ando.."

"Apa?" aku seolah tak percaya dengan pernyataan Nina. Apakah Nina sadar dengan apa yang di ucapkannya? Apakah Nina benar - benar telah kehilangan akal sehatnya?

"Nina? Tunggu aku panggilkan.."

Nina menggeleng dan matanya menatap kearahku "Menikahlah denganku Ndo! Ku mohon!!" pinta Nina lagi matanya masih menatapku walau aku tau pikirannya melayanh - layang

"Tapi Nin.."

"Aku takut..." lirihnya pelan

"Nina tenanglah aku akan selalu ada di dekatmu"

Nina menggeleng "Dia akan membunuh anakku Ndo!!" teriak kecil Nina.

Aku meraih Nina kedalam pelukanku, apa yang bisa aku lakukan untuk mengobati luka dalam di hatinya? Aku mengelus punggung Nina yang mulai bergetar. Nina menangis.

"Nikahi aku Ando!!" pinta Nina lagi aku hanya bisa menghela napas

"Nikahi aku!!" teriak Nina di dadaku. Jujur ini menghantam kuat dindinh hatiku, aku merasakan kepedihan dalam isakan Nina. Aku mengerti, ini sangat menyakitkan. Membuat Nina kehilangan sisi hidupnya dan mengeluarkan sisi hitam dalam dirinya sendiri

"Nina.." desahku

Nina menarik ujung kemejaku "Dia akan membunuhku Ndo! Dia akan merebut anakku! Ku mohon nikahi aku dan bawa aku pergii" ujarnya lagi

"Baiklah.. Aku akan menikahimu sayang.. Kamu tenang ya? Kamu harus tenang" aku mengelus rambut Nina membuat Nina merasa nyaman dan lega walau hanya sesaat.

Tbc

DEPRESI (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang