11. Tidak mungkin

11.2K 509 25
                                    

Plak!!!

Bugh!!

Plak!!

Plak!!!

"Ampunn..." teriak Nina saat Wisny terus menendang dan mencambuknya dengan ikat pinggang. Nina beringsut menahan sakit ditubuhnya selain itu hatinya juga terus menangis mendapat perlakuan seperti ini dari orang yang dicintainya.

Laras dan Ambar duduk di sofa dengan santai menonton setiap cambukan yang diterima Nina. Nina sudah lelah mengaduh kesakitan, dipejamkannya mata indahnya dan menikmati setiap pukulan, tendangan dan cambukan di badannya

"Dek.. Maafiin ibu ya.." lirih Nina pelan. Wisnu seolah gemas dengan Nina, dia tak berhenti menyakiti Nina meskipun sekujur tubuh Nina sudag dipenuhi luka lebam dan berdarah - darah. Dia juga tak peduli dengan kondisi Nina yang tengah mengandung anaknya.

Wisnu menggendong tubuh lemah Nina, Nina tersenyum sekilas. Terbesit dalam pikirannya Wisnu akan membawanya ke ranjang dan mengobati semua lukanya. Wisnu sudah sadar. Batinnya. Namun sayanh, apa yang dipikirkan Nina jauh dari kenyataan. Wisnu membawanya ke halaman belakang menuju kolam berenang. Dengan tanpa perasaan dia melempar tubuh lemah Nina ke dalam kolam berenang

Nina tenggelam namun dengan tenaga yang tersisa dia berusaha melambai - lambaikan tangannya meminta bantuan pada Wisnu, Ambar atau Laras. Wisnu tau betul, Nina tak bisa berenang.

"Tooo... Too..." Kepala Nina kembali masuk ke dalam air. Sepertinya usaha meminta tolong tidak akan membuahkan hasil. Wisnu ataupun orang - orang di sekitarnya tertawa seperti menyaksikan film drama comedy. Tidak akan ada yang menyelamatkan dirinya.

Nina memeluk perut buncitnya dan membiarkan tubuhnya tenggelam, dia sudah tak punya tenaga. Pasrah adalah jalan satu - satunya "Maafin Ibu dek, maafin ibu.." ujar Nina berulang kali.

******

"Janinnya sudah tiada, ini harus di lakukan operasi pengangkatan janin" ujar dokter Frans.

"Gak mungkin dok, janin Nina gak akan apa - apa. Tidak mungkin!!" aku tak percaya mendengar kabar ini. Bagaimana bisa janin Nina meninggal di dalam kandungan? Dan sekarang harus diangkat

"Iya pak Ando, demi menyelamatkan nyawa Nina" ujarnya kemudian. Gak! Aku gak mungkin tega. Bagaimana ini??

"Angkat saja janin itu dan selamatkan putriku!!" desis Tante Aira. Aku menoleh dan mendapati tante Aira yang menatap tajam kearahku

"Baik bu saya permisi" dokter Frans berlalu. Tante Aira dan Zaskia berjalan kearahku dan

Plak!!

Satu tamparan mengenai pipiku. Aku hanya bisa menunduk di hadapan tante Aira. Aku tau dia marah dan pasti kecewa padaku.

"Tante.."

"Ndo, bisa - bisa nya kamu gak beri tahu tante tentang keadaan Nina!! Apa menurutmu tante gak berhak tau??? Apa yang telah diperbuat manusia - manusia itu pada putriku??" aku hanya diam saja.

"Dan kamu tak perlu berpikir panjang untuk mengangkat janin itu. Angkat saja. Nyawa Nina jauh lebih berharga dari sekedar nyawa bayi yang ayahnya sendiri tak mau peduli!!!"

"Maafin Ando tante.." ujarku pelan. Tante Aira tak menjawab dia melangkah berjalan meninggalkan aku dan Zaskia

"Maaf, aku harus beritahu tante Aira, dia berhak tau keadaan Nina" aku mengangguk paham. Aku yang salah. Aku menutupi segala kebenaran dari tante Aira. Tentang kondisi Nina.

Flashback on

Aku sama sekali tak bisa memejamkan mata, bayangan Nina terus menghantuiku. Bahkan berulang kali aku mendengar samar - samar Nina meminta tolong padaku. Katakan aku gila, tapi perasaanku sungguh tak enak. Mengingat bagaimana perlakuan ondel - ondel itu dan juga Wisnu pada Nina.

Aku bergegas menuju rumah Nina, aku berharap aku tak akan melihat kejadian buruk menimpa Nina. Banyak doa yang aku rapalkan untuk Nina berharap Nina akan baik - baik saja.

Sesampai di depan pintu gerbang coklat rumah Nina, aku melihat sekitar rumah dan nampak sepi. Perasaanku berkata ada sesuatu. Dengan bermodal nekat aku masuk ke dalam rumah mengendap - endap seperti maling. Aku mendengar suara ribut - ribut dari arah halaman belakang. Penasaran dengan suara tawa yang ribut, aku berjalan semakin ke dalam dan..

"Oh ya Tuhan...." aku kaget saat melihat Nina mengambang didalam kolam berenang. Nina tak bisa berenang. Dan mereka...?? Mereka bukan membantu malah menertawakan Nina??

Dengan langkah seribu, aku berlari kearah kolam dan menceburkan diriku. Memeluk Nina yang sudah kehilangan kesadarannya. Wajahnya pucat dan dipenuhi luka. Aku mengangkat tubuhnya dan aku letakkan dia di tepi kolam. Sesaat aku melirik kearah Wisnu dan dua wanita di sebelahnya yang terdiam melihatku

Bukan saatnya aku ribut dengan mereka, aku menggendong tubuh Nina keluar dari neraka ini dan membawanya menuju rumah sakit. Oh Tuhan, selamatkan Ninaku...

Flashback off

Aku terus memanjatkan doa, aku berharap Nina akan segera sehat kembali pulih kembali dan bisa ceria kembali. Jika terjadi sesuatu pada Nina, aku pastikan Wisnu dan dua ondel - ondel itu pelajaran.

"Ndo..." aku menoleh kearah tante Aira

"Tante" aku menggeser dudukku agar tante Aira bisa duduk di sebelahku

"Kalau kamu mau mencari Wisnu atau membuatnya di penjara, lebih baik urungkan keinginanmu" ujar tante Aira yang membuatku kaget.

"Tapi tante, dia sudah membuat Nina seperti saat ini" jawabku tak terima

Tante Aira mengangguk "Biarkan Nina yang akan menghukum mereka suatu hari nanti. Dan kita hanya akan membantunya saat dia memerlukan"

"Maksud tante??" aku gagal paham

"Nina, dia sudah sangat terluka luar dalam. Bahkan dia kehilangan janinnya. Suatu hari nanti biar Nina sendirilah yang menghukum mereka. Jika mereka hanya dijebloskan kepenjara, tentu tidak akan berbekas di hati mereka" sedikit paham namun aku masih tidaj paham jalan pikiran tante Aira. Aku percaya keputusannya lebih baik dari keputusanku. Tante Aira wanita yang smart dan cerdik, Wisnu dan ondel - ondel itu sangat salah bila berhadapan dengan tante Aira.

Dokter keluar dari ruang operasi aku dan tante Aira bangkit menghampirinya "Bagaimana dok??"

Dokter melepas masker dan kacamatanya "Janin ibu Nina sudah berhasil kami keluarkan, sedang di bersihkan dan akan dibawa ke kamar jenazah" ujar dokter prihatin aku dan tante Aira menghela napas pelan

"Keadaan anak saya gimana dok??"

"Keadaan ibu Nina kritis, kondisinya sedang tidak stabil. Kami akan pindahkan dia keruang ICU. Kemungkinan bertahan... Itu minim sekali. Perbanyak doa saja"

Tbc

DEPRESI (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang