Chapter [3]

30.1K 2.3K 96
                                    

5sos - Jet Black Heart

Diva—Ibu Via membukakan pintu depan dan mendapati Reon sudah berdiri di depan pintu. Dengan sopan Reon menyalami tangan Diva, yang mempersilahkan Reon untuk masuk.

Diva mengajak Reon untuk ikut sarapan sebelum berangkat ke kampus, yang dibalas dengan anggukan oleh Reon. Laki-laki itu berjalan mengikuti Diva menuju ruang makan, seulas senyum mengembang di bibirnya saat kedua bola matanya menemukan sosok Via yang sedang mengoleskan selai di atas selembar roti.

Via tersenyum dan menyapa Reon yang duduk di sebelahnya. Perempuan itu menaruh roti yang barusan dibuatnya di atas piring Reon, yang dibalas dengan ucapan terimakasih oleh Reon.

"Uuuu blueberry," kata Reon sebelum ia melahap roti ditangannya.

Via yang sedang mengoleskan selai coklat di atas rotinya tertawa saat mendengar gumaman Reon.

"Norak lo ah," katanya sambil menyenggol lengan Reon. "Kaya ga pernah makan roti pake blueberry."

Berbeda dengan Via, Reon tidak terlalu suka dengan makanan yang manis seperti coklat. Ia lebih memilih sesuatu yang asem seperti blueberry, strawberry, dsb.

Sedangkan Via, perempuan itu penyuka coklat dan green tea. Bahkan ia sudah suka dengan green tea jauh sebelum green tea menjadi hits seperti sekarang. Yaitu sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Saat keduanya sedang melahap roti mereka, Diva yang tadinya beranjak ke kamar berjalan kembali menuju meja makan dan memberikan kunci rumah kepada Via.

"Ntar Mama mau pergi sama temen-temen Mama," katanya. "Takutnya kamu balik duluan sebelum Mama sampe."

Via mengangguk paham. Tangan kanannya bergerak mengambil kunci yang diberikan oleh Ibunya, sebelum ia berdiri dan mengajak Reon untuk berangkat ke kampus.

Reon menuangkan air ke dalam gelasnya. Laki-laki itu meminum air putih yang dipegangnya sebelum ia berdiri dan menaruh ponselnya ke dalam kantong celananya. Matanya melihat sekeliling rumah Via, mencari seseorang yang tidak dilihatnya sedari tadi.

"Si Om mana Vi?" tanya Reon kepada Via

"Berangkat duluan tadi," kata Via sambil mengambil tasnya. "Ada rapat pagi katanya."

Reon ber-oh panjang. Ia berjalan mendekati Diva dan berpamitan kepada wanita itu, disusul dengan Via yang menyalami tangan Ibunya dan mencium pipinya. Keduanya berjalan menuju mobil Reon, bersama dengan Diva yang mengantar mereka sampai pintu depan.

"Hati-hati ya kalian," kata wanita itu sambil melambaikan tangannya kepada Via dan Reon yang membunyikan klakson mobil.

"Duluan ya Tante!"

****

"Vi, disini aja kali ya." Adel menunjuk sebuah meja dan kursi yang ada di kantin Fakultas Teknik.

Sesuai dengan janjinya kemarin, siang ini Via menemani Adel menghampiri Eno di Fakultas Teknik. Seusai kelas, mereka berjalan menuju Fakultas Teknik yang jaraknya cukup jauh dari Fakultas Ekonomi bila ditempuh dengan berjalan kaki.

Karena keduanya sedang tidak membawa mobil, maka mereka memutuskan untuk berjalan kaki—mengingat siang itu cuaca tidak terlalu panas, dan angin sepoi-sepoi yang bertiup menyejukkan siapapun yang sedang berjalan kaki di sana.

Adel melirik jam tangan yang melingkar di tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul satu siang.

Pantesan kantinnya rame gini, batinnya.

Biasanya kelas siang baru selesai sekitar pukul satu, maka dari itu saat ini kantin memang penuh dengan mahasiswa yang sedang makan siang.

Mereka memilih duduk di meja yang kira-kira cukup untuk delapan orang. Via dan Adel duduk bersebelahan dengan posisi Adel dipinggir, Via disebelah kiri Adel.

"Ka Reon mana Vi?" Tanya Adel kepada Via.

"Dia lagi nongkrong sama temennya bentar tadi," kata Via sambil mengecek ponselnya. "Ini sih katanya dia udah jalan ke Teknik."

"Ooooh iya iya." Adel ber-oh panjang.

Via melihat sekeliling kantin. Baru kali ini ia berada di Fakultas Teknik. Biasanya kalau sedang bosan dengan makanan kantin Ekonomi, ia makan di kantin Fakultas Hukum. Itu pun karena fakultas Ekonomi dan Hukum bersebelahan.

"Hmmm sorry, ini kosong ga? Kantin penuh banget nih ga dapet meja sama sekali." Tiba-tiba seorang lelaki berambut gondrong datang menghampiri meja Via dan Adel.

"Eh iya, kosong kok," jawab Adel. "Kita cuma ada 2 orang lagi. Duduk aja."

"Wah thankyou banget ya. Gue sama temen gue makan doang kok, kelar makan langsung caw," ucap si lelaki itu.

"Iya gapapa santai aja," jawab Adel kepada lelaki itu. Via tersenyum mempersilahkan lelaki itu untuk duduk.

Lelaki itu duduk di sebelah Via, mengambil jarak yang wajar antara dirinya dan Via. Via dan Adel kemudian lanjut mengobrol sampai es teh manis yang mereka pesan datang.

"Makasih ya Bu," ucap Via dan Adel bersamaan kepada Ibu Kantin.

Via kemudian mengambil ponselnya, mengirimkan pesan kepada Reon.

"Gila rame banget ya." Seorang lelaki lain datang menghampiri meja mereka, dan duduk di hadapan lelaki gondrong itu. Sepertinya temannya.

Adel memperhatikan lelaki yang baru datang tersebut. Penampilannya berbeda dengan temannya yang gondrong itu. Matanya coklat. Rambutnya tidak gondrong seperti temannya. Warna rambutnya tidak terlalu hitam namun tidak terlalu coklat juga. Entahlah, Adel bingung mendefinisikan nya.

Ternyata anak teknik lumayan juga ya, pikir Adel. Tapi tetep paling ganteng cowo gue.

"Lo ngapain deh?" Tanya Adel sembari menyenggol lengan Via yang daritadi sibuk dengan ponselnya tanpa mempedulikan sekitar.

"Hah? Ini gue ngasih tau Reon kita duduk dimana," jawab Via.

Adel ber-oh panjang. "Lo makan ga?"

"Makan deh yuk." Via memasukkan kembai ponselnya ke dalam tasnya. "Gue pengen bakso."

"Ya udah gue aja yang beli. Sekalian gue mau liat-liat dulu makanannya. Lo jagain tempat ya," kata Adel sambil berdiri untuk mencari makanan

"Iya, jangan lupa ga pake bawang goreng ya!" Via mengingatkan yang dibalas dengan acungan jempol oleh Adel.

Via baru menyadari ada orang lain yang satu meja dengan nya selain lelaki gondrong tadi. Dia terlalu sibuk dengan ponselnya tadi.

Ketika Via melihat wajah lelaki yang baru datang itu, ia terdiam. Mendadak nafasnya susah diatur. Seluruh tubuhnya serasa membeku, dan ia dapat merasakan dengan jelas tangannya agak gemetar. Perempuan itu merasakan sesak yang tak tertahankan di dadanya.

Merasa diperhatikan, laki-laki itu melihat ke arah perempuan yang memperhatikannya sedari tadi.

Lelaki tersebut diam. Ia terkejut setengah mati melihat apa yang dilihatnya. Tangannya serasa lemas, sehingga ia tak mampu lagi memegang sendok dan garpu yang daritadi dipegangnya. Keduanya bertatapan cukup lama, namun keduanya diam.

"Sayang, lama ya?" Reon yang datang dari belakang Via langsung membelai lembut rambut gadis itu.

T R A P P E DWhere stories live. Discover now