Chapter [33]

12.8K 1.2K 134
                                    

Adam Levine - Lost Stars

Dengan tubuh yang masih gemetar, Via turun dari mobil Gadhra. Perlahan ia berjalan dan menyandarkan tubuhnya ke pagar rumahnya. Dapat dilihatnya dengan jelas Reon yang melampiaskan amarahnya kepada Gadhra, tapi perempuan itu tidak melakukan apa-apa.

Setelah berhasil memfokuskan kembali pikiran mereka dari serentetan kejadian tak terduga barusan, Tahira dan Enda langsung turun dari dalam mobil Tahira yang berhadapan sekitar enam sampai delapan meter dari mobil Gadhra.

"Nda!" Tahira mengeluarkan suaranya. "Itu dilerai dong!"

Enda yang paham betul bagaimana keduanya bisa berakhir seperti ini, menggelengkan kepalanya.

"Gadhra salah besar," kata laki-laki itu. "Gue kalo jadi Reon juga melakukan hal yang sama."

****

"Hello!" Revan yang baru saja pulang entah dari mana menyapa Via yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk Via menenangkan dirinya di rumah bersama Tahira, sebelum perempuan itu siap untuk menemui Reon yang tadi sempat menatap kedua bola matanya cukup lama, dan langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan Via yang memanggil namanya berulang kali.

Via tersenyum kecil kepada Revan yang kini sudah duduk di sebelahnya sambil memainkan ponselnya. Sekitar sepuluh menit kemudian, perempuan itu langsung berdiri dari sofa saat melihat Reon turun dari lantai atas, masih dengan pakaian yang digunakannya tadi.

Melihat Reon yang terlihat berantakan, Revan berdiri dari tempatnya duduk dan langsung menghampiri abangnya.

"Lo kenapa Bang?" tanya Revan saat dia sudah berdiri tepat di sebelah Reon.

"Ngapain ke sini?"

Tanpa mempedulikan pertanyaan Revan, kedua bola mata Reon menatap tajam Via yang berdiri tidak jauh darinya. Suaranya yang dingin sukses membuat Via diam tidak berkutik. Jantungnya berdegup kencang, tidak siap dengan apapun yang akan terjadi setelah ini.

"Yon," kata Via pelan. "Soal tadi, aku gak-,"

"Ga usah dibahas." Dengan cepat Reon memotong omongan Via. Dirinya masih butuh waktu untuk berpikiran jernih setelah apa yang dilihatnya tadi. Perasaannya masih tidak karuan, entah apa yang dirasakannya saat ini tapi itu menyakitkan.

"Yon," Via berjalan menghampiri Reon. "Tapi itu aku samasekali gak-,"

"Vi, please." Sekali lagi Reon memotong omongan Via. "Kamu kalo jadi aku, apa kamu mau dengerin apapun alasannya sekarang?"

Via diam. Perkataan Reon memang benar. Reon yang masih emosi dengan kejadian barusan tidak akan dapat berpikir jernih dengan apapun yang dijelaskan oleh Via. Perempuan itu menghela nafasnya, kepalanya tertunduk sebelum ia kembali mengeluarkan suaranya.

"Maaf Yon..,"

Reon tertawa kecil. Ia mengusap wajahnya dengan cepat. Bayangan bagaimana Gadhra mencium bibir Via tadi masih dapat diingatnya dengan jelas di kepalanya. Mengingat itu, hatinya serasa perih. Kepalanya berdenyut kencang. Reon tidak mau seperti ini, tapi saat ini perasaannya tidak dapat diajak bekerjasama.

"Maaf lo sekarang ga ada gunanya," kata Reon pelan. "Keluar Via."

"Bang!" Revan yang masih berada di ruangan itu langsung menegur abangnya saat mendengar perkataan Reon barusan.

T R A P P E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang