PROLOG

14.5K 1.2K 175
                                    

PROLOG



Kereta api Shinkansen baru saja tiba di stasiun. Orang-orang dengan teratur keluar- masuk ke dalam kereta. Hari ini sepertinya Jepang sedang kedatangan banyak turis dari luar negri. Hal ini dapat dilihat karna banyaknya orang dengan ras diluar jepang yang baru saja tiba.

Gadis dengan surai hitam baru saja keluar dari stasiun. Memandangi layar ponsel yang menunjukan peta daerah yang baru saja ia datangi. Menengokan kepala ke samping kanan ke samping kiri seraya menggaruk bagian belakang leher yang tak gatal tanda diri sedang bingung.

Melangkahkan kedua kaki guna berangkat ke tempat yang dituju. Sambil terus mengamati ponselnya yang kini menjadi kawan untuk membantu perjalanannya. Terik matahari semakin ganas, membuat si gadis kelelahan. Apalagi berat dengan tas ransel yang ia gendong dan koper yang dibawa.

"Tunggu, kenapa bangunan dan tempat di jepang mirip-mirip ya? Ataukah memang aku pernah kemari?" Si gadis bermonolog memandangi daerah sekitarnya yang ternyata telah ia lewati berkali-kali.

"Huweeee! Tidak mungkin! Jadi sedari tadi aku hanya berputar-putar di daerah sini? Argh! Sial!" Si gadis kesal.

Mengeluarkan sebuah buku panduan dari tasnya , kemudian membacanya. Tak lama membaca, gadis itu menutup kembali bukunya dengan kasar dan memasukan kembali kedalam tasnya dengan asal. Tersesat? Bisa jadi. Tapi ada alasan yang lebih tepat mengapa si gadis bisa jadi luntang-lantung seperti ini.Sesekali ia gunakan ponsel untuk menghubungi seseorang, namun hasilnya nihil. Si gadis terpisah dari rombongannya.

Hari terus berjalan sampai kini, sang mentari telah menebar warna jingga ke seluruh penjuru langit. Si gadis hanya diam di sebuah kursi di pinggir jalanan sepi yang menghadap ke sungai [A/N : Kurang lebih latar tempatnya seperti gambar di media]. Terselebung rasa takut dalam dirinya. Bagaimana kalau malam tiba, dia kedinginan, ada sekelompok geng yang jahat, lalu dia diperkosa,dia dirampok, diculik dan sebagainya.

"TIDAK!!!" Si gadis berteriak, mengenggam ponselnya mencoba menghubungi orang namun, "SIAL! KENAPA BATERAINYA HABIS DI SAAT-SAAT PENTING SEPERTI INI!" Si gadis mulai frustasi.

"Huweeeeee (T_T) , kalau tau akan begini lebih baik aku tidak mengikuti saran papa agar tinggal di Jepang, mending terus tinggal di (favorite city in europe)[A/N : Author bebaskan kalian untuk berekspresi dan mengisi sendiri, bebas memilih kota asal kalian di eropa]." Bulir-bulir air mata keluar dari mata si gadis.

"Ha!" Seketika ia berhenti menangis dan menutup mulut dengan telapak tangannya sendiri. Hal ini untuk menghentikan isakan tangis. Jantung berpacu tak karuan, keringat dingin mulai menyapa di pelipisnya, rasa takut dan terancam kini bersatu saat mendapati 2 orang sosok preman babak belur tak karuan berlari melewatinya. Tak lama setelah itu, seorang pemuda sebaya dengannya sedikit berlari mengejar si preman tadi. Namun, si pemuda itu malah berhenti tepat di depan si gadis.

Bahaya. Tak salah lagi si pemuda ini yang memukul si preman-preman tadi. Dengan sigap, si gadis membawa kopernya dan akan beranjak pergi. Namun, aksi terhenti ketika sebuah suara menyapa indera pendengarannya.

"Ada yang bisa aku bantu? Sepertinya kau sedang kesusahan?" Tawar si pemuda.

"Ti-tidak terimakasih." Si gadis menjawab kemudian berjalan cepat meninggalkan tempat yang baru saja ia duduki.

"Aku harus cepat pergi anak itu bahaya." Gumamnya.

"Memangnya kau mau pergi kemana? Arah kesana menuju pembangkit listrik, tidak ada jalan, perumahan ataupun yang lainnya." Kata si pemuda, sepertinya ia sedikit bersimpati.

○ RIVAL (Karma x Reader x Asano)Where stories live. Discover now