🌿

1.7K 198 55
                                    












Aku ragu untuk menolong pasien itu, aku mengakui kemampuanku yang masih sempit pengalaman. Aku tidak bisa seperti Gakushuu-kun atau Karma-kun yang tanpa keahlianpun pasti bisa menanganinya. Tapi, mengingat tugas seorang dokter dan bagaimana nyawa seseorang tengah dipertaruhkan, aku tidak bisa diam saja.Tanpa berpikir panjang lagi, aku memutuskan untuk melakukan proses operasi pada pasien kecelakaan itu.


'Maafkan Karma-kun, sebagai seorang dokter aku tidak bisa membiarkan pasien kesakitan dan berada diambang kematian, semampu mungkin aku harus menolongnya.'


Setelah berganti menggunakan pakaian untuk operasi, lengkap dengan atribut lainnya aku segera menuju ruangan. Entah kenapa hatiku terasa cemas, dan aku belum pernah secemas ini. Aku merasakan hal buruk akan terjadi. Lalu benar saja, sosok pasien yang terbaring di ranjang operasilah yang membuat tungkaiku lemas seketika.









"Ga-Gakushuu-kun ?!"







"Dokter? Dokter [name] mengenali pasien ini?"






THIRD POV



[name] segera menghampiri Gakushuu yang sudah berlumuran darah di dadanya itu. Bahkan sebisa mungkin [name] mencoba menahan air matanya, namun ia tak mampu. Dengan mengerahkan sepenuh kekuatan dan kemampuannya, [name] mencoba untuk melakukan operasi pada Gakushuu. Sebisa mungkin [name] fokus, [name] mencoba untuk tidak mengingat siapa pasien yang kini ia bedah. Dengan telaten [name] mengeluarkan peluru yanag bersarang pada dada dan bahu Gakushuu, kemudian membedah infeksi dari peluru yang kini telah membahayakan jaringan lunak pada tubuh Gakushuu.

"Dokter [name]! Selamat atas pencapaian anda, anda hebat sekali." Puji Dokter Ino.

[name] yang dipuji hanya tersenyum sembari menatap cemas, "Maafkan saya dokter, saya telah melakukan operasi tanpa ada bimbingan dari dokter senior dan izin pada pih-"

"Sudah - sudah , jika operasinya berjalan lancar tak usah ada yang dikhawatirkan. Ini prestasi dokter [name] , kurasa jabatan dokter magang pun harus segera dicabut. Aku akan membantumu untuk segera menjadi dokter ya bukan sekedar dokter magang lagi. Kau memiliki kemampuan luar biasa, kau tau itu?"

"Jangan khawatir tentang birokrasi rumahsakit dan aturan lain tentang pelaksanaan operasi, aku yang bertanggung jawab." Lanjut Dokter Ino yang membuat [name] menjadi tenang.

Ya begitulah, memang [name] berhasil melakukan operasi, hanya saja kasus baru muncul karena [name] yang notabenenya masih dokter magang tidak diperkenankan untuk melakukan operasi. Bahkan [name] pun tidak memiliki ijin dan sertifikasi dokter bedah. Hanya saja Tuhan dan dewi fortuna yang kini mendukungnya, dan mungkin kekuatan cinta pada Gakushuu yang berpengaruh juga rupanya?


"Yaampun! Janjiku dengan Karma-kun! Astaga." [name] segera mencari - cari ponselnya kemudian segera menghhubungi Karma, namun nihil jawaban. [name] pun memutuskan untuk datang saja ke kafe tempat mereka janjian. Berlari menuju kafe sana, tiba dengan bercucuran keringat sosok si surai merah tak nampak.


"Apakah Karma-kun sudah pergi ya?" Pikir [name] kemudian ia bertanya pada pelayan disana. "Permisi apa tadi siang ada laki - laki berambut merah kemari?"


"Ada nona, sekitar dua jam yang lalu ia baru saja pergi."


"Ah terimakasih." Jawab [name] kemudian pergi dari kafe tersebut.

Ya, mana mungkin Karma sebodoh itu menunggu [name] yang terus di telepon dan tidak memberi jawaban. [name] masih berusaha untuk menghubungi Karma tapi tak kunjung mendapat jawaban.

"Karma-kun maafkan aku, kumohon angkat teleponku!" [name] mulai kalang kabut. Ia benar - benar merasa bersalah kepada Karma, jika Karma hilang kabar dan tak mau menemuinya lagi, [name] benar - benar akan mengutuk dirinya sendiri. Terlebih hati [name] tidak bisa munafik kalau ia merindukan sosok bernama Akabane Karma itu.

○ RIVAL (Karma x Reader x Asano)Where stories live. Discover now