🍁

1.4K 139 53
                                    







Aku ragu untuk menolong pasien itu, aku mengakui kemampuanku yang masih sempit pengalaman. Aku tidak bisa seperti Gakushuu-kun atau Karma-kun yang tanpa keahlianpun pasti bisa menanganinya. Tapi untunglah, Dokter Ino bersama timnya tiba kemudian segera menangani pasien tersebut.

“Ah syukurlah.” Gumamku.
“Baik kalau begitu, maaf dokter [name] telah mengganggu anda.” Ucap perawat itu.
“Ah daijoubu.”

THIRD POV

Ternyata hanya hambatan sementara, janji [name] dengan Karma tetap bisa terpenuhi. Hampir lupa, ia sudah terlambat lima belas menit dengan janjinya. Berjalan cepat menuju kafe yang dituju dan melupakan niatnya untuk sambil menelepon Gakushuu.

Pemuda tampan bersurai merah itu tak henti – hentinya melihat ponsel guna melihat waktu. Tak jarang juga ia menyisir rambutnya ke belakang dengan jari guna membenahkan penampilan. Bahkan pelayan disana beberapa kali mendekat dan bertanya pada Karma untuk menanyakan pesanan. Entah memang bertanya pesanan, modus atau sebagainya.

Jujur juga, Karma tidak bisa bohong jika sekarang ia gugup. Ayolah sudah hampir dua tahun mereka belum sempat bertemu lagi secara langsung. Terlebih Karma yang beberapa kali ditempatkan di luar negeri. Ingat, Karma akan bertemu dengan gadis yang masih mengisi hatinya. Tentulah ia tidak bisa biasa saja, terlebih lagi rencana Karma yang sekarang akan langsung menodong [name] dengan lamaran.
Ingat kan, saat Karma dan Gakushuu memata – matai [name] yang tengah bermain ke rumah Isogai? Percakapan antara kedua rival itu,

“Lalu? Kamu merasa menang dan kamulah pacar [name] sesungguhnya? Kamu ingin membuka seolah – olah kalau kalian itu berhubungan sebagai pacar di belakangku?” Tanya Gakushuu dengan sinis.
“Kalau dibilang iya sih tidak juga tapi dibilang tidak tapi iya. Aku tidak berniat memacari [name],” ucap Karma membuat Gakushuu terlonjak.
“Lalu kalau gitu untuk apa kau terus mendekati dia? Menggangguku saja.” Sahut Gakushuu.
“Aku tidak berniat memacari [name].” Ucap Karma.

Jeda.

“Tapi berniat untuk langsung menjadikannya pasanganku nanti.” Lanjutnya dengan tatapan polos.

Dengan itu, Karma memang menepati kata – katanya. Bodo amat dengan perjanjian antara memilihnya atau Gakushuu. Setidaknya menodong lamaran seperti ini akan menjadi kemenangan mutlak bagi Karma.

Lonceng pintu kafe terdengar kala seorang pengunjung baru saja membuka pintu. Benar saja, dengan rambut h/c sebahunya , [name] telah tiba. Ia mengedarkan padangan ke seluruh penjuru guna mencari sosok bersurai merah itu. Tak membutuhkan waktu lama, [name] segera menemukannya.

“Karma-kun!”
“Ah hallo cantik.”
[name] langsung dibuat memasang derp face karenanya. “Ah apa – apaan sudah menggombal saja,”
“Tidak kok, aku jujur. Kau lebih cantik daripada yang ada di foto profilmu.”
“Dan kau ternyata tidak sedewasa yang aku bayangkan hahahahaha tetap saja terlihat Karma yang usil, hanya saja tinggimu tidak manusiawi.” Balas [name].
“Bilang saja jika iri. Ah kau mau pesan apa?”
“Kau yang teraktir kan?” Tanya [name].
“Ya? Oh bukannya kau yang meneraktir? Pajak jadi dokter magang?”
“Ah ayolah Karma-kun hahahahhaa.” Tawa mereka pun lepas, seakan sesuatu yang telah lama kini kembali menyelimuti. Karma maupun [name] sangat bahagia dan tulus dengan tawanya.

Selama menunggu pesanan datang mereka saling berbagi kisah. Mulai dari membicarakan pekerjaan masing – masing. Kemudian perbedaan yang kini saling dimiliki masing – masing dan sama – sama puberty goals. Hingga menyinggung masa lalu, karena tak afdol rasanya jika sepasang teman lama tidak membicarakan kisahnya dulu. Mulai dari pengalaman saat SMP, saat [name] pindah ke Kyoto, saat kasus vaksin dan Koro sensei, hingga kisah kasih saat di SMA. Sampai pembicaraan mereka pun tiba pada Gakushuu.

○ RIVAL (Karma x Reader x Asano)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang