Part 4 - Siapa Dia?

19.3K 1.4K 47
                                    

"Apa?" tanya Alexa kepada Vicky, Bartender lounge yang menjadi teman baiknya semenjak ia menjadi penyanyi di lounge ini.

Alexa merasa terganggu dengan tatapan mata Vicky. Tatapan yang ia sudah mengerti dan seharusnya tak perlu ia tanyakan lagi.

Vicky hanya terkekeh melihat wajah senewen Alexa.

"Masa masih nggak ngerti juga," ujar Vicky sambil mengambil gelas. "Cocktail?"

"Mocktail," sahut Alexa. "Udah tahu gue nggak minum alkohol masih tanya."

Kembali Vicky tertawa. Ia sudah biasa menghadapi Alexa yang tiba-tiba berubah sewot jika gadis itu merasa terusik.

Dengan lincah, Vicky mulai meracik minuman untuk penyanyi cantik yang sedang duduk di hadapannya.

"What makes you so in love with him, Alexa," Vicky bergumam.

Alexa hanya menghela nafas dan pura-pura tidak mendengar apa yang baru saja Vicky ucapkan.

Memangnya cinta harus pakai alasan. Memangnya cinta harus ada penjelasan. Ia mencintai Adrian. Itu sudah cukup. Tidak perlu ada alasan tambahan.

"Dia itu nggak serius sama lo. Lo harusnya sadar."

"Vick, diem deh. Udah, mana minuman gue?" sergah Alexa.

Vicky menyerahkan segelas minuman racikannya sambil menatap Alexa tajam.

"Dia itu nggak akan pernah serius sama lo. Lo percaya deh sama gue."

Alexa berusaha mengabaikan tatapan mengintimidasi Vicky.

"Dia serius sama gue. Lo nggak usah sok tau."

Vicky tersenyum meremehkan.

"Lo yakin?"

"Yakin," sahut Alexa sambil menelan ludah. Ia sendiri bisa menangkap nada penuh keraguan dalam suaranya.

"Meskipun keluarganya nggak akan setuju? Meskipun keluarga lo nggak akan setuju? Meskipun sahabat-sahabat lo nggak akan setuju?"

Alexa merasakan dadanya tiba-tiba terasa sakit mendengar ucapan Vicky. Seketika, sorot matanya berubah sedih.

"Vicky, lo nggak usah sok tahu. Gue udah gede."

Alexa mengambil gelas minumannya dan segera berlalu. Sementara itu, Vicky menatap kepergian Alexa dengan pandangan mata sendu.

Alexa meletakkan minumannya di meja dengan sedikit hentakan. Adrian menatapnya penuh tanda tanya.

"Ada apa?"

Tak biasanya Alexa bersikap seperti ini.

"Nggak apa-apa, Babe. Aku cuma lagi capek aja," Alexa berkilah.

Adrian tersenyum dan menggenggam lembut tangan gadis yang sangat dicintainya.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Adrian lembut.

"Aku nggak apa-apa, kamu nggak usah khawatir."

Alexa berusaha tersenyum. Seketika kegalauan melanda. Bagaimanapun juga, ucapan Vicky mengusik hatinya. Bagaimana jika Vicky benar? Bagaimana jika Adrian memang tidak serius padanya? Mereka pacaran sudah berapa lama?

"Babe," panggil Alexa.

"Ya?" sahut Adrian sambil tersenyum.

"Bulan depan Rachel menikah. Kamu bisa nemenin aku datang ke pernikahan Rachel di Surabaya?"

Senyuman di wajah Adrian memudar seketika. Alexa mengembuskan nafas kecewa. Alexa tahu, Adrian pasti lagi-lagi tidak bisa memenuhi permintaannya.

*****

Serenada di Ujung SenjaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora