Part 7 - Kado Kecil Darimu

16.2K 1.1K 52
                                    

Hari ini hari kedua sejak Celia dipindahkan ke posisi barunya tetapi ia masih saja tidak mengerti dengan apa yang harus dikerjakannya. Percuma saja memaksa otak berpikir jika hati memang sedang tidak mood.

Sejak satu jam yang lalu ia cuma membolak balik dokumen dan memandangi layar komputernya. Kalau Rere tahu, pasti ini akan jadi bahan yang menyenangkan untuk mengejekku, pikir Celia. Buru-buru ditepisnya pikiran jelek itu. Kenapa sih ia jadi suka mikir jelek begini, Celia heran sendiri.

Ini hanya masalah rotasi pekerjaan, that's all. Memangnya apa hebatnya Rere sampai ia bisa melakukan sabotase segala. Celia hanya sedang kalut, itu saja, makanya ia jadi suka berpikir yang aneh-aneh.

Mungkin ada baiknya kalau aku mengambil cuti barang sehari dua hari. Aku bisa istirahat, menenangkan pikiran, supaya ketika aku masuk kerja lagi aku bisa berpikir dengan jernih. Mungkin tidak ada salahnya. Lagipula bagus untuk mata dan telinga jika tidak usah melihat dan mendengar ocehan Rere si nenek sihir.

Celia tertawa sendiri. Sejak kapan sih ia punya julukan sejahat itu untuk Rere.

Oke, aku ambil cuti lagi dua hari.

Tapi sementara itu, sampai akhir hari ini ia masih harus memanfaatkan waktu yang ada untuk mencoba mengerti tentang semua hal baru yang akan dihadapinya. Rasanya ia butuh seorang mentor. Kira-kira siapa ya yang akan menjadi mentornya nanti. Atasannya belum mengajaknya bicara tentang hal itu.

Tiba-tiba Celia menjadi murung. Nick apa kabar ya. Kenapa ia belum juga mengajak dirinya bicara seperti yang Nick sampaikan di telepon.

*****

"Oaheemmm..." Celia menguap sekali lagi.

Dikuceknya matanya yang agak merah. Semalam ia tidur lebih larut dari biasanya karena asyik chatting dengan Ella dan Rachel. Untung bunyi mesin fotokopi bisa mengalahkan suara menguapnya barusan.

Mesin fotokopi berhenti, menandakan semua dokumen yang harus dikopi sudah selesai semua. Dirapikannya hasil kopian dari mesin ke tangannya. Lumayan banyak juga dokumen yang harus dikerjakannya hari ini.

Hmm... Celia masih penasaran Nick mau menyampaikan apa. Celia melirik jam tangannya, masih 15 menit lagi Nick datang. Tadi kata sekretarisnya, Nick harus ke Kedutaan Besar AS dulu pagi harinya.

"Oaheeeemmm..." Lagi-lagi Celia menguap. Habis ini minum kopi dulu kali ya, pikirnya.

Celia berjalan menuju meja kerjanya. Tiba-tiba badannya terasa oleng. Keseimbangannya hilang, kertas-kertas di tangannya ada yang jatuh sebagian. Celia juga hampir saja jatuh kalau saja tidak ada sepasang tangan kokoh yang menahan tubuhnya.

"Hati-hati," kata Tristan.

"Sorry. Makasih."

Celia jadi teringat adegan-adegan klise di sinetron dan film-film. Seorang perempuan hampir saja terjatuh lalu tiba-tiba ada lelaki yang menolongnya. Adegan kemudian akan berhenti sejenak supaya mereka berdua bisa saling berpandangan, dengan posisi tubuh si lelaki masih menahan tubuh si perempuan.

Celia tertawa geli, ia tidak menyangka kalau akhirnya ia akan mengalami sendiri adegan konyol itu. Untung tidak dengan Nick, ia bisa mati mendadak kalau Nick yang sekarang sedang menahan tubuhnya.

Serenada di Ujung SenjaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant