Part 30 - Calon Adik Ipar

10.1K 1K 188
                                    

"Soto dua," Vano menyebutkan pesanannya. "Kamu mau sotonya gimana?" tanya Vano, kali ini kepada Alexa.

"Saya soto daging, kuah bening," Alexa berkata.

"Saya soto campur, kuah santan. Minumnya es teh manis. Kamu?"

"Teh manis hangat."

"Jadi, soto daging kuah bening satu, soto campur kuah santan satu, es teh satu, teh manis hangat satu," sang pemilik warung mengulang pesanan mereka. "Pakai nasi?"

"Iya. Kamu?"

"Setengah aja," sahut Alexa.

"Kirain kamu nggak makan nasi." Vano tertawa.

"Makan, cuma nggak banyak."

Setelah berpikir hendak pergi ke mana, akhirnya atas usul Vano, mereka berdua ke warung Soto Kaki Sapi Betawi yang berlokasi di daerah Mangga Besar, tepatnya di depan kawasan perbelanjaan Lokasari.

Warungnya sederhana, warung tenda biasa, tetapi antrian pengunjungnya luar biasa. Alexa dan Vano sempat berdiri selama beberapa saat sebelum akhirnya mendapatkan tempat. Maklum, sesuai dengan standar warung tenda, warung ini hanya memiliki 2 buah meja dengan 2 bangku panjang di setiap mejanya. Tentu saja hal ini kurang memadai, mengingat warung yang buka 24 jam ini tak pernah sepi dari pembeli.

"Udah pernah makan di sini?" tanya Vano kepada Alexa.

Alexa menggeleng.

"Belum sih, tapi kayaknya enak."

"Enak banget. Nanti kamu cobain deh. Ini warung favorit aku. Makanya kubelain pergi ke sini meskipun jauh."

"Ooo... Biasanya ke sini sama Vino juga?"

"Iya. Ntar kubungkusin buat dia."

"Kamu yakin dia nggak apa-apa kita pergi nggak ngajak dia?"

"Emangnya harus ngajak dia?" Vano balik bertanya.

"Ya nggak juga sih. Tapi aneh aja. Aku cuma sekali pergi sama Vino ke kawinan, itu pun dia kutinggal pulang duluan. Eh giliran sama kamu, aku malah pergi makan. Jauh pula ke Mangga Besar."

Vano tertawa kecil.

"Vino sempat heran sih waktu aku minta nomor handphone dan alamat kantor kamu. Tapi emangnya apa yang aneh? Kita 'kan cuma mau berteman dan Vino juga nggak punya hak buat marah. Iya 'kan?"

"Setuju," sahut Alexa.

Pesanan makanan mereka datang. Vano tampak sangat kegirangan dan mulai makan seperti orang kelaparan.

"Gimana? Enak nggak?"

"Enak banget," sahut Alexa sambil menambahkan sambal dan perasan air jeruk ke dalam kuah sotonya.

Selain sambal, garam, dan kecap manis, di meja juga terhidang irisan jeruk, acar, dan telur asin. Vano makan dengan lahap. Ia sudah menghabiskan soto di mangkoknya dan nasi di piringnya hingga tak bersisa, ditambah satu butir telur asin.

"Mas, sotonya satu lagi yang sumsum, nasinya setengah," kata Vano.

Alexa membelalakkan matanya.

"Kamu makan lagi? Aku aja belum habis. Tadi itu kamu makan soto campur isinya daging, babat, sama jeroan, lho."

"Hahaha... Yang kayak gini nggak ada di Amerika. Jadi selagi pulang ke Indonesia, aku mau makan sepuasnya," ujar Vano sambil tersenyum lebar menyambut porsi soto keduanya.

Alexa geleng-geleng kepala melihat Vano yang mulai melahap semangkok soto sumsum dengan nikmat.

"Mau? Cobain deh," ujar Vano melihat Alexa tak berkedip menatapnya.

Serenada di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang