Part 20 - Pergi

12.7K 1K 174
                                    

Alexa membuka pintu dengan lesu. Ia seolah tidak memiliki tenaga, ia merasa seperti kehilangan separuh jiwa. Ucapan Adrian tadi sore benar-benar bagaikan sebuah pukulan baginya. Alexa merasa perahu kecilnya dihantam ombak besar, hingga seolah hati dan harapannya hampir saja karam sampai ke dasar.

Setelah dengan nekat mengajukan cuti dengan bermodalkan alasan bahwa dirinya harus pulang ke Surabaya dikarenakan adanya urusan keluarga yang tidak bisa ditunda, Alexa menghubungi Adrian untuk kemudian mengatakan bahwa dirinya bisa ikut pergi menemani sang kekasih.

Berita yang disampaikan dengan gembira oleh Alexa, di luar dugaan, ternyata hanya disambut dingin oleh Adrian.

"Ooo... jadi kamu bisa ikut? Padahal tadinya aku udah nggak ngarep."

Sungguh, Alexa tidak tahu harus bereaksi bagaimana saat mendengar ucapan sang kekasih yang seolah tidak mengharapkan kehadirannya lagi. Tetapi Alexa tahu, Adrian pasti tidak bermaksud menyakitinya. Pasti telah terjadi sesuatu yang membuat Adrian tiba-tiba berubah.

"Xa..."

Alexa melihat Celia datang tergopoh-gopoh ke arahnya. Ini pasti ada hubungannya dengan Rachel dan rencana sahabat mereka itu untuk berpisah.

"Rachel udah telepon kamu?" tanya Alexa.

"Udah. Dia udah ceritain semuanya. Makanya itu, aku juga jadi bingung."

"Dia pasti cerita sambil nangis ya?"

"Iya. Mana lamaan nangisnya daripada ceritanya."

"Emang ada apa sih, Cel?"

"Kamu mandi dulu deh, ntar aku cerita. "

"Ok," jawab Alexa.

Gadis itu lalu melangkah dengan gontai. Celia yang menyadari sikap aneh Alexa segera menegur sahabatnya.

"Kamu kenapa Xa? Sakit?"

Alexa menggeleng lemah.

"Aku nggak apa-apa."

Hanya saja aku merasa kehilangan separuh asa.

*****

Alexa menatap layar laptopnya dengan wajah murung. Saat ini, ia sedang mengunci diri di kamarnya. Tak dihiraukannya Celia dan Vino yang sedang menikmati makan malam berdua sambil bercanda.

Ia terlalu lemah. Ia merasa terlalu lemah malam ini. Bahkan tadi saja Celia yang memasak makan malam. Ia merasa tak memiliki sedikit pun gairah untuk melakukan apa-apa. Ucapan Adrian terus terngiang di telinga dan terasa begitu menusuk hatinya.

Alexa mengalihkan pandangan ke arah kopernya yang terletak di atas ranjang. Koper itu sudah terisi dengan pakaian-pakaian yang ia susun dengan rapi, bahkan beberapa di antaranya adalah lingerie. Sesuatu yang wajib ia sertakan dalam kopernya jika ia akan menghabiskan malam, atau bahkan beberapa malam bersama Adrian.

Hati Alexa terasa retak sebelah. Entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang salah. Firasatnya mengatakan bahwa perjalanannya bersama Adrian kali ini akan terasa berbeda. Bahkan mungkin akan sangat berbeda.

Alexa menghela nafas. Entah kenapa ia merasa bahwa Adrian seolah tak menginginkan kehadirannya kali ini. Tetapi meskipun demikian, Alexa tetap ingin pergi.

Alexa kembali menatap sedih ke arah layar laptop di hadapannya. Kopernya sudah siap, tetapi hatinya belum. Karena itulah sedari tadi ia tidak kunjung mengklik tombol 'beli' di sebuah situs penyedia jasa tiket penerbangan.

Hatinya bimbang.

Tadi Celia bercerita bahwa Rachel tiba-tiba ingin bercerai karena tidak tahan dengan mertuanya, terutama Ibunda Scott yang terlalu mengatur hidup anaknya. Ibunda Scott, yang disebut Rachel sebagai 'the monster next door', bahkan masih bersikap dan berkata-kata seolah Rachel tak ada.

Serenada di Ujung SenjaWhere stories live. Discover now