Part 19 - Membingungkan

12.5K 1.1K 139
                                    

Alexa menatap kalender di mejanya dengan wajah muram. Setiap hari di kalendernya ditandai dengan catatan. 'meeting di Engineering', 'wawancara jam 10', 'meeting di Finance', 'campuss recruitment', dan sebagainya. Nyaris tidak ada tanggal tanpa tanda di kalendernya. Sedangkan kurang dari seminggu lagi ia harus pergi. Kurang dari seminggu lagi ia harus berangkat ke Singapore bersama sang kekasih.

Alexa mendecak. Melihat jadwalnya yang padat, tampaknya hampir mustahil ia bisa berangkat. Jika pun bisa, ia terpaksa harus sedikit berbohong kepada atasannya. Sedikit. Ya, hanya sedikit.

Ia bisa berkata bahwa ia harus pulang ke Surabaya untuk acara keluarga, atau apa lha. Toh tidak setiap hari ia cuti. Lagi pula ada Rini. Rini sudah cukup cakap untuk menghandle sebagian hal yang biasa ia kerjakan. Ia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Kesempatan untuk seminggu menghabiskan waktu bersama Adriannya tercinta.

Handphone Alexa berbunyi. Nomor Daniella muncul di layar. Dengan riang Alexa meraih handphonenya.

"Ya Ella?" sapa Alexa sembari berdiri dari kursi. Ia lalu melangkah ke arah jendela, mengamati lalu lintas kota Jakarta dari kantornya yang terletak di lantai 25.

"Xa, gawat Xa." Ella berkata dengan nada gusar.

"Ada apa?" Alexa pun ikut gusar tiba-tiba. Senyum riangnya menghilang saat itu juga.

"Rachel. Duh gawat!"

"Rachel? Emang Rachel kenapa?"

"Dia udah telepon kamu belum?"

"Belum. Emang kenapa sih? Kamu bikin panik aja deh."

"Rachel..." Ella menggantung ucapannya.

"Iya?" Alexa menunggu dengan resah.

"Dia..." Ella menarik nafas.

"La, cepetan, jangan bikin aku jantungan."

"Masa dia bilang mau cerai!" teriak Ella di ujung sana.

"What?!" Alexa tak kalah kagetnya. "Mak... maksudnya apa La?"

"Ya cerai. Pisah. Game over!" tandas Ella.

"Maksudnya yang cerai siapa? Rachel sama Scott?"

"Ya iya. Emang ama siapa lagi?"

"Kok bisa?" Alexa terduduk di kursinya.

"Itu dia, aku juga nggak ngerti kenapa Rachel bisa seimpulsif ini. Dia emang suka gegabah, tapi kayaknya keputusan untuk cerai itu udah... too much!" Ella mendecak. "Bentar lagi Rachel pasti telepon kamu dan Celia. Aku nggak sanggup ngomong sama dia. Kamu tahu 'kan..."

Alexa menghela nafas.

"Iya."

Di antara mereka berempat, jika Daniella adalah si cerdas, dirinya adalah si perfeksionis, maka Rachel adalah si gegabah, dan Celia yang paling sabar dan bijaksana di antara mereka semua. Itulah sebabnya setiap kali mengalami masalah, yang seringkali disebabkan oleh kecerobohan dan ketidaksabarannya, Rachel selalu curhat kepada Celia. Rachel memang sepertinya selalu memiliki masalah dan ia sangat tergantung kepada ketiga sahabatnya.

Hanya Celia yang sabar dan dengan tabah mendengarkan curhatan Rachel selama berjam-jam lamanya. Meskipun setelah itu gantian Celia yang mengalami masalah, masalah dengan jiwa dan perutnya yang lapar tiba-tiba.

Siapa yang tidak mendadak emosi dan kehabisan energi mendengarkan curhatan selama berjam-jam dari seseorang yang minta diberi solusi tetapi tetap bertahan pada pemikirannya sendiri. Rachel selalu merasa paling pintar, berpikir dirinya paling benar, hanya bertumpu pada logikanya, mengabaikan pendapat orang lain, dan bertahan pada pendiriannya. Dengan kata lain, Rachel itu super ngeyel!

Serenada di Ujung SenjaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin