002. it's begin

143K 5.3K 54
                                    

Air mataku meledak ketika bibirnya berhasil menemukan bibirku dengan cepat, melenyapkan semua teriakan yang ingin aku keluarkan agar orang orang dengar bahwa ada yang tidak beres dengan flat bernomor 10 yang sedang aku tempati. Tubuhku menegang kala merasakan sentuhan dinginnya, aku takut. Aku tidak tahu segila apa kakakku ini karena sudah berani menciumi adiknya sendiri

Apa ia tidak takut dosa? Apa ia tidak takut tubuhnya berkerak seakan menyatu di alam sana? jauh dibawah tempat kita menapak.

Bibirnya menjauh ketika tubuhku memberontak kehabisan nafas, ia sedikit tersenyum ketika melihat bibirku yang memerah ranum karena perbuatannya. Dengan cepat kuhirup oksigen sebanyak mungkin lalu mulai mengatur nafasku,pembejat!

"M-mengapa?" Lirihku takut, oke aku tahu aku sudah mengatakannya berulang kali. Tapi jika kalian berada di posisiku, mungkin kalian akan mengatakan hal yang sama. Ia yang tidak mengerti pertanyaanku lalu balik bertanya sembari mengelus Rambutku yang diikat kepang menyamping

"Apa yang mengapa, adikku?"

Aku tidak suka nada suaranya yang terkesan mengejek, seolah tidak bisa melakukan hal kecil seperti menemukanku ini. Aku menghela nafas berusaha menstabilkan nafas, namun sebelum aku menjawab ucapannya ia melanjutkan dengan nada yang kembali mencemooh

"Jika kau bertanya mengapa aku bisa disini, tidak sulit menemukanmu sayang, dengan uang kau bisa melakukan segalanya" ia benar, lagi lagi yang mereka utamakan adalah uang. Bagi mereka uang adalah salah satu kewajiban yang harus mereka dapatkan setiap hari, lalu mengelolanya sebaik mungkin tanpa peduli dengan keadaan orang yang mereka incar. Di zaman seperti ini orang orang akan menganggap uang lebih penting daripada nyawa

"K-kau pembunuh" cicitku pelan, nyaris tidak terdengar. Terkecuali dirinya, jarak kami hanya dibatasi sehelai kain tipis yang menutupi tubuh kami masing masing. Ia tertawa mencemooh, jadi bisa kusimpulkan ia mendengar apa yang aku ucapkan

"Aku sudah mengajukan mereka pilihan sayang. Merestui kita atau mereka mati. Well... Kau tahu jawabannya, Mereka memilih pilihan yang salah-" ia memegang rahangku dengan tangan kanannya, aku melihat senyuman keji yang ia tampilkan membuatnya terlihat menakutkan

"Sangat,,, salah"
Lalu, sesuatu menusuk leher ku cepat dan dalam. Ujungnya tajam, kini aku sadar apa yang terjadi. Ia menyuntikku

Semua gelap

 
-0-0-0-

Pusing

Kepalaku berdentum hebat ketika mataku mengerjap perlahan. Aku berusaha untuk duduk dan mengamati sekitar. Sepertinya ini sebuah kamar, karena kulihat ruangan yang aku amati berukuran 6x9 meter didominasi warna abu abu serta cokelat gelap. Seperti kamar laki laki, harumnya juga tercium musk sekali. Tidak ada yang menarik dari kamar ini, hanya ada lemari buku, meja panjang satu set dengan bangku putar dibelakangnya, meja nakas dari kayu halus, 2 pintu, dan tempat tidur yang sedang aku tiduri ini.

Salah satu dari 2 pintu itu pasti mengarah keluar. Kepalaku masih berkedut kedut, pertanyaanku sekarang hanya satu

Aku dimana?

Suara kunci diputar dari salah satu pintu yang terbuka berhasil membuyarkan lamunanku. Mataku kembali membulat ketika melihat siapa orang Itu

Tubuhku berusaha untuk menghindar ke sudut ruangan ketika langkah kakinya mendekat ke arahku. Gerakan kakinya seakan seringan bulu, benar benar tidak terdengar. Demi tuhan, aku takut! Siapapun, ku mohon-

Tolong aku

JackWhere stories live. Discover now