004. A red night (1)

156K 5.1K 90
                                    


****

Joanna

Aku menatap hektaran tanah dari kamar yang ku yakini ada di lantai2, tempat aku dibawa dari flat Mr.Cage. tidak, bukan dibawa, lebih tepatnya dibius

Kakakku adalah pria misterius dan tidak pernah bisa ditebak. Aku tahu ada yang salah dengan mentalnya. Aku menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Matahari sudah tenggelam sejam yang lalu. Namun aku masih betah menatap tanah rumput yang entah ada apa disana. Biar ku beri tahu, mansion ini berdiri diatas bukit, dikelilingi oleh timbunan pohon serta hektaran tanah kosong. Butuh waktu lama untuk pergi kejalan utama lalu menembus pusat kota. Dan yang tahu jalan itu hanya Jack beserta antek anteknya

Bunyi ketukan pintu membuat segala lamunanku buyar, aku menatap kearah sumber suara tanpa berniat membukakan pintu. Jujur, aku masih takut dengan keadaan disini

"Nona Anna, apa anda sudah tidur?" Suara tanya itu membuat keningku mengerut. Jelas itu bukan suara Jack, suara itu lebih mengarah pada seorang wanita, keibuan-lembut dan menenangkan

Ckleek

"Aku belum tidur" kataku membuka pintu. Wanita itu tersenyum padan. Lalu menyerahkan dua kantung besar tertulis merk ternama

"Tuan Rowney memintaku untuk menyerahkan ini padamu. Pakailah dan bersiap siap, setengah jam lagi tuan akan kesini menjemputmu, Nona" aku mengernyitkan dahi kala namaku dipakai dengan embel embel 'nona'. Aku menerimanya tanpa mengatakan apa apa lagi lalu mengucapkan terima kasih

Ah ya, aku hampir saja lupa

"Mm... Madam, siapa namamu?" Tanyaku sembari memeluk kantung tas yang tadi diberikannya agar tidak terjatuh. Ia tersenyum lalu menyebutkan namanya

"Panggil saja aku bibi Ema" ia pergi usai memberikan senyum sopannya padaku. Baiklah, setengah jam lagi dia akan datang. Apa aku harus memakai barang mewah ini?

Sebuah panggilan dari handphoneku membuat meja dikamar ini menjadi bergetar dan berderit. Aku menaruh barang itu di bawah sofa lalu mengangkat panggilan dari private number

"Halo?"

"Sudah menerima nya?" Bukan sapaan yang ku terima, justru pertanyaan yang ku dapat. Aku mengerutkan kening

"Kau siapa?"

"Kurasa, adik kesayanganku tidak sebodoh itu. Cepat bersiap siap! Aku akan datang menjemputmu" tidak salah lagi ini adalah Jack. Aku hanya memutuskan telepon sebagai balasan lalu memakai barang yang ia beri

Gaun maroon sutra, higheels kaca transparnt serta satu set perhiasan swalovski sudah melekat sempurna ditubuhku. Aku menghela nafas, 10 menit lagi ia akan datang. Aku memandangi cermin besar sekali lagi,Ku pikir wajahku lumayan karena tidak dipoles make up apapun

Pintu kamarku terbuka tanpa diketuk terlebih dahulu. Mataku menatap pria tinggi dengan balutan armani nya,

"Kau sangat cantik" tangannya hendak membelai pipiku, namun kakiku melangkah mundur menjauhinya. Ia hanya tersenyum masam lalu merengkuh pinggangku dengan erat

"Kau tahu darah kita sama bukan?" Kataku bertanya padanya. Jack menaikkan sebelah alisnya lalu menatapku datar

"Setelah kejadian kejadian yang lalu, aku tidak percaya kau masih menganggapku seorang 'brother'" Jack menghela nafas, menarik tubuhku menuju mobilnya yang sudah menunggu di depan. Wajahku menunduk, ia masih mengingat peristiwa 10 tahun 'sialan' yang lalu

-0-0-0

Mobil sedan hitam yang tidak kutahu apa namanya berhenti disebuah gedung bekas yang sudah ditinggalkan begitu lama oleh para penghuninya. Jack menarik tanganku keluar mobil setelah ia keluar lebih dahulu. Disini gelap, dan suram. Untuk apa kita kemari?

Aku menatap wajah kakakku sekilas, seolah bisa menemukan jawaban atas pertanyaanku, tapi nihil, yang kulihat hanyalah wajah datar nan tajam

"Untuk apa kita kemari?" Tanyaku padanya. Ia memberhentikan langkahnya lalu menatapku dalam

Satu menit, tak ada suara

jack mendekatkan langkahnya kearah ku hingga bibirnya nyaris seperti ingin mengecup dahiku

"bertemu dengan para klienku" bisiknya diakhiri rengkuhan erat di pinggang

                                                                               -0-0-0-

aku cukup terkejut melihat dalam gedung ini yang sangat ramai nan bersih tidak seperti yang kuduga saat melihat dari luar. gedung ini layaknya sebuah tempat judi. semua orang disini mengenakan pakaian formal dengan jas Armani untuk para pria serta gaun gaun minim untuk para wanita

Jack menarikku kesalah satu lorong sepi lalu membuka pintu usang yang sepertinya sudah bertahun tahun tidak pernah di cat ulang. aku menatap orang orang didalamnya dengan takut. mereka semua pria, entah siapa, tapi Jack kembali menarikku untuk tetap bersamanya

Pria ini menarikku agar menghadap ke para koleganya, ia tetap merengkuh pinggang kecilku seolah ingin menyampaikan sesuatu

'gentleman, kukenalkan pada kalian. Joanna Lilianne, calon tunanganku'

apa?

JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang