010. Tomorrow

75.7K 3K 39
                                    

Here i sit, in the dark

i wait for her, to ease my heart

wind of change, took her love away

gimme a chance, gimme one more day

***

Sejak subuh tadi, Anna sudah terbangun dari dejavu terburuknya. Ia berjalan kearah kamar mandi dengan hanya ditutupi selimut putih tembus pandang sebagai alas sprei ranjang Jack. Air matanya kembali menetes,didalam kamar mandi, ia  mengerang kencang saat mengingat perbuatan yang kakaknya lakukan semalam

Masih terasa sakitnya disekujur tubuh gadis itu, apa yang ia Aldo katakan tentang 'bila traumamu ingin hilang, lawan rasa takutmu itu' justru membuat trauma Anna makin menjadi jadi

ia ketakutan, sama seperti satu dan sepuluh tahun yang lalu. kejadian yang hampir sama dengan yang Jack lakukan sekarang ini, ia sudah tidak mau mengungkit masa lalu terburuknya

''Rowy...''

Gadis yang dipanggil menolehkan kepalanya ke pintu kamar mandi. Isakan Anna tetap terdengar jelas walau sudah berusaha di redam dengan kedua tangan mungilnya itu

''Rowy...!'' suara Jack kembali memanggil dirinya, kali ini nada panggilan itu naik satu oktaf hingga membuat tubuh Anna bergetar

''ROWY...!''

kali ini bukan panggilan biasa, melainkan raungan keras yang begitu dalam.kali ini,  kedua telinga Anna yang ditutup rapat rapat dengan tangannya tidak peduli dengan isakan pilu yang nanti akan Jack dengar

'BRAK... BRAK... BRAK'

''Rowy... aku tahu kau disini sayang, buka pintunya! demi tuhan aku tidak akan menyakitimu lagi, Rowy... rowy buka!!!'' teriak Jack diluar sana dengan gedoran kerasnya ke pintu. kepala Anna menggeleng kuat seraya membisikkan kata mohon dan jangan

''ROWY...!''

'BRAAAK...!'

pintu kayu jati itu kini berhasil Jack rusak hanya dengan sekali hentakan. matanya menangkap seorang gadis yang sedari tadi ia teriaki namanya itu.

''Anna...'' panggil lagi dengan nada yang lembut, tapi Anna membalasnya dengan sebuah teriakan

''TIDAAK.. PERGGIII!!!... BIBI EMA TOLONGG...!!!'' Anna berkali kali meneriakkan kata itu kearah Jack, berharap salah satu maidnya mendengar lalu menolong dirinya dari Jack yang gila ini.

''anna ssh... aku tidak akan menyakitimu sayang, hei... rowy... rowy... dengarkan aku-''

''PERGIII... HIKS.. HIKSS.. PERGGII!!! TOLONG AKU...!!'' jerit Anna kembali memotong suara Jack, pria itu hanya bisa menghela nafas, lalu menatap wajah adiknya yang selimui ketakutan begitu jelas

''bukankah kau masih ingat, hukuman apa yang akan kuberi bila kau mencoba melawanku, rowy?'' katanya menghiraukan erangan sendu yang gadis kecilnya keluarkan. Bagi Jack, hukuman yang ia berikan semalam sangatlah ringan. Belum ke begian yang terburuk dari hukumannya

Bibir Anna kini mengatup paksa, berusaha menutup isakannya lagi walau sesekali ada yang lolos di telinga Jack

''bila kau mengingatnya, mengapa kau selalu melanggar dan coba coba dariku? kau juga tahu bahwa aku tipe orang yang tidak melupakan apa yang sudah ku katakan'' lanjutnya mengelus rambut pirang Anna dengan pelan, tapi Anna tetap pada diamnya

''kau milikku Rowy, selamanya milikku''

''aku bukan milik pria jahat sepertimu! aku adikmu, kakak'' balas Anna menatap muak ke arah Jack, yang ditatap seperti itu lantas mengelus kepala adiknya lalu menarik rahang gadis itu dengan kasar

''dan pria jahat ini tidak sudi menganggapmu sebagai adik, ingat itu!'' bisik Jack diakhiri kecupannya di telinga Anna, Anna memberontak dan kembali menangis, Jack mengangkat tubuh Anna kembali keatas ranjang sutranya

''aku tidak mau.. jangan-hiks.. lepaskan...'' erang Anna ketika melihat kakaknya kembali membawa jarum suntik

''tidurlah, kau sudah terlalu banyak menangis hari ini''

Anna kembali dibius untuk kedua kalinya, Jack menghela nafas saat melihat sisa sisa kesedihan di wajah adiknya yang mengalir menuju pipi pucat itu.

''milikku, rowy''

-0-0-0-

Gadis itu berlari kencang kearah halaman belakang, kesempatan untuk melarikan diri darinya mungkin hanya 1%, walau begitu, selagi ada kesempatan mengapa tak ia coba?

ia kembali berlari dengan kencang menghiraukan teriakan dari seseorang yang ingin ia jauhi. Tapi, keberuntungan tidak menghampiri gadis itu

kakinya tersandung batu, Anna membulatkan matanya saat melihat Jack yang berlari dengan wajah yang 'benar benar' marah

''bangun!'' perintah Jack menarik kasar tangan Anna untuk berdiri, mata pria itu menatap tajam kearah gadisnya yang kini dengan berani lari dari darinya

''kak-kak...''

'PLAK!'

''berani kau pergi dari sini, IYA!'' bentak Jack menampar keras pipi Anna. Kepala gadis itu terasa pening, pipinya membiru. Ini salah satu alasan mengapa ia ingin pergi dari kakaknya

''am-pun kak...''

''kau benar benar menentangku habis, Anna. kesalahanmu harus dibayar impas!'' lanjutnya menarik Anna kembali ke mansion mereka di jaga oleh 4 pengawal Jack, Anna menangis, yang ia inginkan hanya pergi menjauh dari kakak gilanya ini

''TIDAK... AKU INGIN PULANG!!! LEPASKAN AKU... LEPASS!!!'' jerit Anna ditengah tengah perjalanan, ia terus saja memberontak berusaha lepas dari cengkeraman Jack. Emosi pria itu kembali naik, ia menarik kuat rambut Anna keatas lalu menempelkan tubuh mereka begitu erat

''jangan pernah melawanku atau sabuk pinggangku akan menandai tubuhmu, sayang'' ucapnya tepat ditelinga Anna membuat gadis itu mengerang isak. Jack haya tersenyum miring saat melihat reaksi yang adiknya keluarkan, ancaman memang selalu membuat Anna luluh.

setelah sampai di kamar, Jack merantai salah satu kaki Anna sepanjang 6  meter menghiraukan permohonan ampun yang adiknya ucapkan berulang kali

''kau kuhukum dua minggu tidak keluar dari kamar ini, Anna!''



cerita diatas hanya sebagai pengingat ucapan Jack (flashback)

goodnight!:)

JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang