013. Aldo's plan

68.9K 2.7K 34
                                    

''Anna...''

suara suara riuh dari dalam rumah yang ingin Anna datangi membuat dirinya melebarkan senyuman. Ia mengenali semua suara itu, suara sahabat sahabatnya

'Bruk'

yang pertama kali memeluk Anna adalah Nick, pria gay itu memang sangat merindukan gadis kecilnya. Lalu, pelukan lain pun datang diikuti Frenda, John, Louis, August dan Mark

''kami merindukanmu, sial. mengapa aku jadi cengeng!'' seru Frenda menghapus airmatanya, Anna terkekeh kecil. Lalu, pelukan itu terlepas disusul tatapan yanng saling merindukan

''jadi, kapan kau tiba disini?'' tanya August memulai pembicaraan. Mendengar ucapan sahabatnya, justru membuat Anna terdiam

mengerti akan peristiwa yang sedang dilalui Anna, Nick pun mempersilahkan dia masuk ke dalam rumah

''dimana Aldo?'' tanya Anna duduk di ruang keluarga, Mark menunjuk ke arah punggung Anna sehingga membuat dirinya refleks memutar badan

''halo, sayang''

'Aldo..!''

Aldo memeluk erat tubuh gadisnya, lalu mengecup rambut pirang itu berulang kali. August pun dengan sengaja ber'dehem agar mereka segera melepas pelukannya

''so, Anna. kau belum menjawab pertanyaanku tadi'' ucap August ketika melihat Anna dan Aldo duduk bersebelahan

''a-aku...''

''tidak apa bila tidak mau bercerita. Jangan dipaksa Anna'' potong Nick cepat, August mengernyitkan keningnya heran

''well.. aku hanya ingin tahu, sudah 10 tahun kau tidak kembali ke kampungmu, memang apa yang terjadi?'' lanjut August menatap rasa penasaran luar biasa pada gadis pirang ini

Anna menghela nafas pelan, Nick hanya terdiam, begitupula dengan yang lain

''awalnya ketika orangtuaku sudah meninggal, aku ingin tinggal di rumah paman. Tapi, ketika kesana, rumah pamanku sudah dijual, aku tidak tahu ia kemana. akhirnya aku memutuskan pergi dari kota itu naik kereta entah kemana'' Anna memulai cerita masalalunya. Semua sahabat Anna terdiam masih menyimak

Rumah pamannya yang berada di kota Los Angeles kosong di paku tanda 'dijual', Anna yang tidak tahu kemana pamannya pergi lantas melanjutkan perjalanan menuju stasiun kota itu. Ia tidak memiliki siapa siapa lagi selain si paman, dan kakaknya

Tapi, ia sudah lelah dan muak menghadapi ke'gilaan sang kakak yang menurutnya benar benar kelewat batas. Anna menghela nafas, melihat jam stasiun yang memberitahukan bahwa keretanya akan tiba 10 menit lagi

'kereta arah London-Liverpool akan tiba sebentar lagi, harap perhatikan barang bawaan anda. terima kasih'

suara pemberitahuan dari radio stasiun menandakan Anna akan berangkat menuju salah satu  rumah peninggalan kakeknya yang ada di Liverpool. Ia merapatkan jaketnya, lalu memeluk tas yang ia bawa

'Brukk...'

suara dari tumpukan buku buku yang berjatuhan membuat Anna menolehkan kepala kearah penabrak. Ia terjatuh lantas membantu orang itu

''ohh, astaga maafkan aku.. maafkan aku, aku tidak sengaja'' kata si penabrak bergegas membereskan bukunya sambil meminta maaf

''oh, tidak apa apa. Biar ku bantu'' balas Anna menyerahkan sebagian bukunya pada gadis yang telah menabraknya ini

''Joanna?'' ujar si gadis menatap dirinya, Anna mengernyit. apa ia mnegenali gadis ini?

''ya, kau-''

''astaga, tuhan. ini aku, Maggie, sahabatmu di sekolah dasar dulu. kau ingat?'' katanya membantu Anna untuk berdiri, oh, ia ingat. Maggie si ceroboh

''Maggie Clarkson? gadis yang tiap malam selalu kabur dari rumah demi mendengar curhatanku?'' tanya Anna memastikan, Maggie terkekeh sambil mengganguk. Anna tersenyum lebar lalu memeluk sahabat lamanya

''aku merindukanmu''

''aku juga, by the way, kau sedang apa disini?'' tanya Maggie melepas pelukan. Anna menggelengkan kepala

''aku tidak tahu harus kemana, tadinya ingin tinggal dirumah kakekku'' balasnya lalu menolehkan kepala kebelakang, keretanya sudah tiba

''itu keretaku'' lanjutnya lagi. Maggie menolehkan kepalanya lalu kembali menatap gadis itu

''kau kabur dari rumah?'' ucap Maggie to the point, sontak saja Anna menatapnya

''aku-bagaimana kau tahu?''

Maggie tertawa kecil, ia menepuk pelan bahu Anna

''kau tidak lupa bahwa aku adalah paranormalmu bukan?'' Anna terkekeh. Benar, Maggie selalu bisa membaca seluruh gerak gerik tubuhnya. Ia menggangukkan kepala pelan, temannya ini adalah mahasiswa jurusan psikologi

''ingin ikut denganku? kau bisa tinggal selama yang kau mau'' Apa? apa sahabatnya ini baru menawarkan tempat tinggal?

''terimakasih Magg, itu sangat merepotkan'' balasnya ingin melangkah menuju keretanya yang akan pergi 2 menit lagi. Maggie memegang bahu gadis itu lalu menatapnya

''kau tahu itu tidak merepotkan sama sekali. Ayo'' pergelangan tangan Anna disentak menuju stasiun luar domestik

''Kolumbia?'' ujar Anna tidak mengerti

''ya, kita akan tinggal disana. Bogota, kota damai. kau akan suka dengan pemandangan perpustakaannya'' balas Maggie tertawa. Anna tersenyum kecil

Ya, setidaknya ini akan membuatku bisa pergi darinya

''Jadi kau tinggal di sana selama 10 tahun?'' tanya John lalu meminum tehnya, Anna menggelengkan kepala

''setelah orangtua ku meninggal, aku tinggal bersama paman. 9 tahun kemudian, Jack memaksaku untuk tinggal dirumahnya, aku kabur, bertemu Maggie lalu tinggal di Kolumbia hingga Jack menemukanku lagi'' balasnya singkat, Gabbie menggelengkan kepalanya tak percaya. Beruntung bahwa ia Anak tunggal

Mendengar hal itu, John yang sedang menyeruput minumannya menjadi tersedak berulang kali. Gila, selama ini ia belum pernah mendengar kasus compleks yang begitu mengerikan seperti ini

''kau harus meninggalkan kota ini, Anna'' komentar Louis dibalas anggukan dari mereka semua

''percuma Louis, Jack adalah orang yang paling disegani di kota ini. Polisi pun bahkan tutup mulut ketika menyangkut kematian orangtuaku. Aku takut, aku takut bila ia menemukanku'' katanya menunduk, Frenda memeluk sahabatnya begitu pula Gabbie yang mengelus bahu Anna berulang kali

''oleh karena itu, kita harus bergegas pergi darisini. Sebelum pria gila itu menemukanmu'' Aldo datang dari salah satu kamar milik Mark, ditangannya terdapat dua buah tiket dan paspor yang baru saja dibuat

''untuk apa itu semua?'' tanya Mark mengisap cigarette'nya. Aldo duduk disamping Anna lalu menyerahkan 1 buah tiket dan paspor itu ke dirinya

''kabur, kami berdua akan pergi ke Turki selama 2 tahun''

''Apa?!''

JackWhere stories live. Discover now