1

10.1K 505 160
                                    

Desa yang terlihat di bawah kaki gunung itu terlihat begitu sepi, saat langit di atas menunjukan kegelapanya.

bahkan petir menyambar-nyambar, membuat semua penduduk yang berada di sana enggan untuk keluar.

Namun bukan karna hujan yang membuat mereka takut untuk keluar.

Tetapi ada hal lain yang lebih membuat mereka takut yang dapat mengancam keselamatan nyawa mereka.

Di salah satu rumah, tepat nya di dalam rumah tersebut,
terlihat seorang anak gadis sedang mendekap dalam pelukan ibunya.

Anak itu terlihat bingung, ketika ia melihat ayah, ibu, serta kerabatnya berkumpul dalam satu ruangan dengan mimik muka yang begitu serius.

Gadis kecil itu ingin bertanya, namun ia urungkan karna merasa takut dan memilih untuk memeluk boneka nya erat.

"Sepertinya hari ini adalah hari mereka keluar." Ucap seorang pria sepuh yang mulai membuka suaranya, sedangkan yang lain yang mendengar hanya dapat menunjukan ekspresi kekawatiran.

"Ta..tapi kek, di atas masih ada beberapa pendaki yang belum kembali." Ucap si ibu penuh cemas, saat mengingat adanya beberapa pendaki tadi pagi yang meminta ijin untuk menaiki gunung bernama gunung Nugini.

"Kita sudah berusaha memperingatkan mereka Sumini, tetapi mereka malah tidak mau mendengar kita." Jawab si suami mengingatkan.

"Lebih baik kita doakan saja para pendaki itu, supaya mereka cepat kembali sebelum mereka bertemu dengan rombongan kerajaan." Ucap sang kakek kemudian.

"Karna jika mereka bertemu dengan rombongan itu sebelum mereka turun dari gunung, aku tidak yakin mereka akan selamat." Lanjutnya.

Sang Ibu yang mendengar makin merapatkan pelukanya kepada suaminya, meminta kekuatan. karna ia tidak akan mampu jika sampai mendengar para pendaki itu turun bukan dalam keadaan masih hidup.

Sungguh Sumini tidak tega.
Terlebih saat ia mengingat pendaki-pendaki itu masih sangat muda.

"Ibu.." panggil suara kecil milik gadis perempuan yang kini berani membuka suaranya.

"Mereka siapa ibu?? kenapa semua penduduk desa takut pada mereka??"

Pertanyaan gadis kecil itu membuat semua terdiam, termasuk sang ibu yang terlihat sulit untuk menjelaskan.

Namun sang kakek akhirnya batuk sesaat, sebelum kemudian menggendong cucu kecil nya dan mendekap nya erat.

"Mereka,adalah mahluk penghuni gunung Nugini, Puri. mereka adalah penguasa yang tidak akan memaafkan siapapun yang mengusik wilayah mereka." Jawab si kakek,membuat Puri mendongak.

"Mangsud kakek,mereka bukan manusia?? mereka gak seperti kita??"

Sang kakek mengangguk.

"Lalu siapa mereka??" tanya puri polos penuh dengan rasa penasaran.

Sang kakek terdiam, lalu menghela nafas nya pelan.

"Mereka Siluman, siluman Buaya dari Negri yang bernama Negri Buana." jawabnya.

Puri membelalakan matanya, seketika itu juga muncul desiran rasa takut di hatinya, membuat ia melepas boneka buayanya yang tadi di peluknya, hingga terjatuh ke lantai begitu saja.

🌸🌸🌸

Di sisi lain, tepat nya di atas gunung nugini, terlihat sekelompok orang berjumlah enam tengah susah payah berjalan menuruni gunung, setelah beberapa jam yang lalu mereka gagal menuju puncak.

Mereka memutuskan untuk Turun ketika mengetahui kondisi cuaca tidak mendukung dan semakin buruk.

Jalanan yang licin serta gelap karna hujan yang deras dan angin yang kencang, mempersulit mereka untuk bergerak lebih cepat.

Love To BuayaWhere stories live. Discover now