13. SIAPA KAMI?

34 13 0
                                    

"Aku akan ajari caranya setelah kita temukan Riski dan Rani,"

Kalimat Akbar yang sedari tadi diam membuat langkah kami terhenti dan menatap matanya begitu dalam.

"Masih saja kamu mengalihkan jawabanmu, aku tanya sekali lagi, siapa kamu sebenarnya?" Mila masih kekeh untuk mengungkap Akbar.

"Jika pemikiranmu mengarah ke hal yang lain tentangku itu terserah kamu. Aku hanya tidak ingin menjelaskan berulang kali. Itu sebabnya biarkan kita yang masih hidup mendengarkan penjelasanku," Akbar dengan mengangkat kedua tangannya untuk mengekspresikan apa yang telah dia jelaskan.

Kami memilih untuk diam. Tidak lagi melontarkan pertanyaan. Mata Akbar benar-benar lebih tajam dari sebelumnya yang terlihat sayu.

Kurasa ini seperti perjalanan yang sangat panjang. Kini aku mulai mendengar suara. dari dekat sini aku melihat beberapa gedung lagi. Ya! kami turun dari sisi lain istana. Benar-benar luas! bahkan bukit saja kalah luas dari kerajaan itu.

Aku mencoba untuk berjalan mendahului Rendra. Terlihat di sana ada beberapa gedung yang terletak berjajar seperti perumahan, namun bukan rumah, hanya beberapa gedung dengan satu pintu dan modelnya sama. Berjajar saling berhadapan dengan atap segitiga cukup runcing, tembok berwarna putih dan pintu cokelat. Apakah ini dulunya rumah pelayan ?

Saat ini, aku telah berada di depan pintu salah satu gedung. Ya! benar-benar tinggi dengan pintu yang besar. Karena setitik suara yang aku dengar mengarah pada pintu yang ini. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku mendengar suara dari dalam. Akbar mengangguk bahwa apa yang aku dengar bukanlah sebuah kebetulan, itu seperti petunjuk.

"Merli kamu yakin kuat buat buka itu pintu?" tanya Setyo.

"Enggak lah, bantuin lah! Pintu segedhe ini," gerutuku.

"Baiklah baiklah," Setyo yang mulai memegang gagang pintu.

"Ok, satu, dua, tiga!"

Blaaak!!

"A-apaan!!!" kesalku terlanjur tersungkur pada lantai penuh debu.

"Kirain sulit dibuka nyatanya!!" kesal Rendra mengelus dahinya.

"Ternyata ringan banget!" Setyo yang perlahan bangun.

Aku perlahan bangun sembari membersihkan debu-debu yang menempel pada lengan jubah ini. Pandanganku menelusuri ruang ini. Sangat besar dan luas. Beberapa benda seperti lemari, meja, kursi ada di sana. Ada juga satu pintu kecil di pojok. Pintu apa lagi?

DUUK!

"Apa itu?" tanya Akbar menoleh pada lemari di sebelahnya.

"Suara ini?" tanyaku mendekati.

"Sepertinya ada sesuatu di dalam," Akbar sedikit menjauh dari lemari.

"Kita coba buka," Rendra mendekat dan membuka lemari setinggi 3 meter ini.

Kain tiba-tiba keluar berantakan, berwarna putih. Riski dan Rani berada di sana dengan terbatuk-batuk. Mereka menyadari bahwa itu kami, mereka langsung keluar dari dalam sana dan sedikit menjauhi kami untuk segera membersihkan debu yang menempel di tubuh mereka.

"Rani? Riski?" ujarku kaget.

"Merli?" Riski masih terbatuk-batuk.

Dengan mudahnya aku menemukan mereka. Dari beberapa gedung, aku beruntung memilih membuka pintu gedung ini. Kini aku rasakan indera pendengaranku lebih tajam dari sebelumnya.

"Hei! Kenapa tadi ninggalin Merli?! Kamu tahu bagaimana dia saat kalian berdua meninggalkannya?!" protes Rendra menarik kerah baju Riski.

"R-Ren, kenapa kamu kesal?!" Riski perlahan melepas cengkraman Rendra.

WILAYAH TAK TENTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang