26. RENCANA TERAKHIR

15 7 0
                                    


"Apa yang kau lakukan padanya?!"

Aku memekik kucing itu sembari menggendong Merli. Kucing itu terus menatapku. Dia berjalan mendekati wajah Akbar, dan mengendusnya beberapa kali kemudian menoleh ke arahku.

ZLAP!

Aku tersentak ketika tempat yang aku pijak berganti. Aku kembali di ruang perpustakaan sebelumnya. Tentu bersama Akbar dan Merli.

Meong...

Kucing itu mengeong kembali lalu muncul cahaya putih disekujur tubuhnya. Dia berubah menjadi bapak-bapak tua, tubuh kurus, berkacamata, warna rambut putih panjang se pinggul. Memakai kemeja abu abu dan celana putih.

"Kamu bisa letakkan teman perempuanmu di sana," ujarnya sembari menunjuk ranjang yang berada di sudut ruangan.

Aku mengangguk, menuruti kalimatnya. Perlahan aku meletakkan tubuh Merli pada ranjang tua ini lalu dengan segera aku kembali untuk menghampiri Akbar yang aku dapati dia sudah tersadarkan.

"Siapa kau?" tanyaku sebelum langkahku terhenti di depannya.

"Aku, Adramelech, Sahabat Lucifer," dia memperkenalkan diri dengan senyuman.

Akbar masih celingak celinguk dan baru pertama kali sepertinya dia melihatnya.

"Bagaimana bisa kau tahu ruangan ini?" Akbar melontarkan pertanyaan sembari duduk di sofa dekat Merli ditidurkan.

"Lucifer sering mengajakku ke sini, sejak dia mati karena Bael, dan kamu kabur dari dunia ini. Aku mencoba menjaga keseimbangan dunia ini. Melindungi tempat ini dari Bael. Aku tahu kau pasti bisa mengalahkannya, aku akan beri petunjuk," Jelasnya mengikuti Akbar bersandar di sofa.

"Kenapa kau hanya berdiri saja? duduk sini," lanjutnya menawariku.

Aku mengangguk. Mengikuti keduanya karena aku tidak tahu tentang dunia ini.

'"Satu hal yang aku ketahui, awal mula Bael bisa menjadi seperti ini," Ujar Adramelech.

Melihat Akbar mulai berposisi menyimak, apa yang akan di ceritakan Adramelech, aku mengikutinya. Aku duduk bersanding dengan Akbar.

"Dia menentang Lucifer, ketika Lucifer membicarakan tentang warisan tahta dengan Lilith. Saat itu juga aku ada di sana untuk mendengarkannya," Adramelech mulai bercerita.

"Lilith?" tanyaku memastikan.

"Nama Ibuku," Akbar menimpali dan menatapku.

--------------*------------

"Aku tidak setuju!"

Bael membuka pintu lebar-lebar ketika Lucifer dengan senyumnya ingin menurunkan tahtanya kepada Astareth. Langkah kakinya yang lebar menghampiri ayahnya dengan tatapan tajam. Kami sedang berada di ruang pertemuan. Tepatnya di tengah-tengah kastel.

"Aku yang lebih tua darinya, aku anak pertama kalian! bagaimana bisa tahta itu jatuh padanya?! Jawab ayah!" Bael membentak lantang.

Dari kejauhan aku hanya bisa melihatnya saja tanpa berucap. Lilith kulihat menggandeng tangan Lucifer dengan rasa takut yang mendalam.

"Kamu masih bisa menjadi pangerannya, biarkan dia yang menjadi rajanya. Ada satu alasan yang seharusnya tidak kamu ketahui," jawab Lucifer lantas meninggalkan ruangan ini dan menarik tangan Lilith.

Kupandangi saat itu, Lilith menatap mataku, mata yang menunjukkan akan ada ancaman besar dari Bael.

Aku tahu hal apa yang membuat Lucifer merubah siapa yang menerima tahtanya setelah mati. Itu karena sifat Bael, dia akan merusak dunia ini, menggabungkan dua dimensi, dia berambisi yang mustahil. Jika dimensi Manusia dan Iblis menjadi satu, keduanya akan bertolak belakang. Kita sebagai bangsa Iblis, meski dengan kekuatan yang besar, derajat kita tetaplah lebih rendah dengan manusia dan doa-doanya. Bael tidak tahu, bahkan Manusia dapat melebihi malaikat dengan kebaikannya dan itu yang akan merusak dunia iblis! Bael terlalu meremehkannya.

WILAYAH TAK TENTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang