19. WAKTUNYA KEMBALI

26 9 0
                                    


"Rendra Bangun!!!"

Perlahan aku membuka mataku. Sedikit pening aku rasakan. Pandanganku masih sedikit buram, perlahan membaik. Dunia yang aku lihat kembali masih dalam gelap.
Mencium anyir darah. Menusuk di hidungku nyaris membuatku mual dan muntah. Saat tidak sengaja, aku menyentuh perutku.

"D-darah?!" ucapku kaget. Melihat darah sangat banyak merembes pada jubahku. Sebagian dari sebanyak itu kering.

"Jadi trik dunia ini seperti itu," ujar Riski.

"A-apanya?" sahutku terbata.

"Rendra, kamu bisa bertemu Merli?" tanya Akbar membuatku teralih dari ucapan Riski.

"Ya, bukan di tempat serba putih itu, tapi seperti kembali ke masa lalu," jawabku singkat lantas memalingkan pandanganku darinya.

"Aku melihatnya ketakutan saat itu, dia sendirian," lanjutku bicara.

"Yang aku katakan padamu apa sudah--"

"Sudah," ucapku memotong kalimatnya.

"Jika memang dia akan terjebak di dunia ini, lebih baik dia tidak usah ikut campur untuk mencari Rafa. Kita cari Rafa sekarang! tidak ada waktu lagi! Setelah itu, kita susul Merli! Aku butuh bantuanmu nanti Akbar," lanjutku.

Akbar diam saja setelah itu. Seperti ada yang dia sembunyikan dari kami. Dan ini terlihat jelas di wajahnya. Bukan seperti ada yang dia sembunyikan, tapi memang ada yang dia sembunyikan. Saat ingatannya mengalir ketika aku bertemu Merli. Dia merasakan aku akan mengerti penyebab dia membunuh puluhan orang tapi saat itu dia membangunkanku.

"Akbar, ada yang kamu sembunyikan?" tanya Rani tiba-tiba membuatnya tersentak sesaat.

"Tidak ada," jawabnya singkat.

"Aku ingin pulang," sahut Mila layu.

Aku diam. Memandang wajah teman-temanku begitu letih. Kami tidak makan, juga tidak merasa lapar. Aneh, baru kusadari saat ini.

"Ada keganjalan sederhana yang bahkan gak kita sadari," ujarku tiba-tiba.

"Apa?" sahut Riski menatapku.

"Kalian lapar? Haus? Merasa bau badan? Atau kebelet buang air besar atau kecil?" tanyaku berturut.

Mereka diam, saling pandang. Bahkan tanpa sadar juga sudah berapa lama malam ini. Ini namanya benar-benar terjebak.

"Jawaban TI-DAK untuk semua pertanyaanmu," jawab Riski dengan ditekannya intonasi pada kata 'tidak' sembari menatapku.

"Kita hanya merasa lelah, ngantuk," sahut Mila.

"Biar tentang itu. Entah sudah berapa lama, yang terpenting cepat kita temukan Rafa," ujar Rani.

"Akbar, kamu ada petunjuk?" tanyaku menatapnya serius.

"Ya, maaf, sebelumnya aku memendam kekuatanku terlalu lama, jadi untuk mengeluarkannya aku selalu pikir panjang. Mulai detik ini akan aku keluarkan kekuatan untuk mendeteksi di mana Rafa," jawab Akbar panjang.

Kenapa tidak dari awal saja dia menawarkan hal itu. Kali ini Akbar sedikit berbeda dari sebelumnya. Apa gara-gara dia teringat masa kecilnya atau karena hal lain?

Zlaaazh!

Di tengah hutan belantara. Cahaya tiba-tiba muncul. Sudah pasti itu berasal dari tubuh Akbar. Dia, Astareth telah mengeluarkan kekuatannya (lagi). Bebas mengeluarkan tanpa menahannya seperti sebelumnya.

Cahaya ungu kemerahan mengelilingi tubuhnya. Sapuan angin mengenai rambutnya hingga bergoyang cukup lembut. Wajahnya terlihat bersinar karena kekuatannya. Kurasa dia hanya membatin untuk mengucapkan mantra.

WILAYAH TAK TENTUWhere stories live. Discover now