27. BERAKHIR

16 8 0
                                    


"Phoenix bilang Bael bersembunyi, tetapi tidak di dalam kastel," ujarku saat kami masih dibilang terbang.

"Dia bisa bisa bicara?" Rendra bertanya dengan menunjuk kepala Phoenix.

"Di sini, semua bisa berbicara dengan mudah," dengan suara beratnya Phoenix menjawab pertanyaan Rendra.

Membuat Rendra sedikit meloncat dan mendekatiku. Dari atas sini aku dapat melihat seluruh dari kerajaan. Di Bagian Utara terlihat cahaya merah membara, itu lembah api yang di maksud oleh Adramelech.

Phoenix menurunkan kami di salah satu tempat bebatuan yang luas. Wilayah Rocheuse, Wilayah Bebatuan yang besarnya bahkan melebihi tubuh Phoenix. Tanpa suara, Phoenix terbang seperti angin, dia memang seperti angin, datang atau pergi tidak akan ada suara yang dihasilkan.

Tanpa berbicara, Phoenix mengarahkan paruhnya ke arah belakangku tanda menunjukkan sesuatu. Aku tahu apa yang dimaksud Phoenix. Ya! Bael sedang bersembunyi di antara batu kembar yang atasnya telah ditumbuhi pohon Zakum.

Aku dan Rendra mulai mengendap-endap untuk menghampirinya. Kemudian mengintipnya dari balik bebatuan. Dia sedang memakan buah Zakum itu untuk mengisi energinya dan memulihkan tubuhnya. Dalam kesempatan ini, Rendra menjadikan dirinya sebagai umpan.

SYUUUT!! BLAAARR!!

Ledakan itu terjadi di depan mataku ketika Rendra dengan cepat mengarahkan Api nya untuk menyerang Bael. Di saat itu, Bael berhasil menghindar. Rendra terus menyerangnya secara beruntun agar Bael tidak memiliki kesempatan untuk meregenerasi tubuhnya.

Aku di pinta Rendra untuk menunggu hingga aku dapat menyerang Bael dengan mudah.

Aku lihat dari sini, Bael membalas serangan Rendra. Tanpa berlatih pun kurasa Rendra dapat menghindari serangannya beberapa kali. Walau ada beberapa serangan Bael yang dapat mengenai tubuhnya.

"Biar aku bantu Rendra, kamu tetap di sini. Bila aku dan Rendra sudah dapat menjatuhkan Bael dari atas dan saat itu aku dapat mengunci kaki tangannya, kamu harus segara mengambil jantungnya,"

Merli datang mengagetkanku. Dia tiba-tiba berada di belakangku, sudah membawa pedang birunya. Dia akan membantu Rendra, Dua sejoli ini bertarung untuk membantuku menyelamatkan dunia yang sudah membuat mereka tersiksa.

"Beraninya kamu datang untuk menyerangku!"

Teriakan Bael terdengar ketika dia diserbu serangan berkali-kali lipat dan kecepatan nyaris menyamai cahaya. Setelah beberapa kali Merli mengalami hidup dan mati, kelincahannya semakin cepat. Padahal dia tidak berlatih sama sekali. Ya! itu semua karena kekuatan ibu ada di sana. Begitu juga dengan Rendra.

Phoenix terlihat dari kejauhan. Dia menjauh dan menungguku, bersembunyi di antara bebatuan yang dapat menutupi tubuhnya.

"Manusia sialan!!" pekik Bael berhasil membuat Rendra terjatuh begitu keras.

Rendra berusaha bangkit. Dia mengusap darah yang mengalir di bibirnya. Sempat memuntahkan darah tetapi dia akhirnya dapat berdiri lagi. Dari bawah, dia mengendalikan apinya, tidak menjadikannya pedang, dia menjadikan api itu seperti peluru-peluru kecil yang dia arahkan pada Bael. Jumlahnya cukup banyak, dan dapat aku pastikan, dengan serangan itu, dengan kondisi Bael yang sepenuhnya belum sempurna, dia akan kalah.

"Merli menghindar, CEPAT!" teriak Rendra.

Merli sempat melihat Rendra dengan api pelurunya. Dia akhirnya menjauh dari Bael, dengan cepat Merli merubah pedangnya menjadi ribuan anak panah, bercahaya dan berwarna biru.

"Kalian pikir dengan hal seperti itu bisa mengalahkanku?" Bael mengeluarkan cahaya berwarna hijau tua dikelilingi asap hitam pada kedua tangannya.

"1... 2... 3...!"

WILAYAH TAK TENTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang