21. PERTEMUAN

30 10 7
                                    


"Huwahahahaha,"

Terdengar pecah suara tawa itu berasal dari Rafa. Aku melihat Merli yang terus menerus terkena serangan hingga dia mengalami hidup dan mati berulang kali. Aku melihat Rendra yang terus di tarik ulur kesedihannya karena terus mendapati nasib Merli yang seperti itu.

Tawa itu masih tidak berhenti. Aku menatap sinis Rafa. Dia menyilakkan rambutnya, kalian tahu kan kacamata yang dia pakai sudah pecah sebelumnya. Sayangnya aku tidak menyadari hal itu sejak awal.

Dia ..., Rafa menghampiriku dengan perlahan. Rani, Mila, Riski dan Rendra hanya melihatku dengan tatapan takut. Semakin dekat langkah Rafa aku mencoba mempersiapkan posisiku untuk berhati-hati.

Rafa menyentuh dadaku, dia tertawa sengit kepadaku. Matanya berubah menjadi berwarna hitam dengan pupil abu-abu.

"Kakak?!"

Sentuhan pada dadaku itu mengingatkanku, itu kebiasaan Kakakku ketika aku sedang berputus asa melatih kekuatanku. Mata itu sama seperti milikku. Bael, Dia anak pertama dari keluargaku!

"Apa kamu selama ini mencariku?" tanya Rafa yang sebenarnya Bael.

"Apa yang kamu lakukan, Bael! Apa kamu yang melakukan semuanya? Hah?!" pekikku.

Aku menghampirinya dan memukul wajahnya begitu keras. Dia tidak menghindar, dia menerima seranganku secara cuma-cuma. Memberi bekas lebam di pipinya. Tapi dia semakin tertawa keras!

"Ya! Aku yang mempermainkan kalian semua! Apa kamu tahu yang aku inginkan?" ujar Bael dengan lantang.

Dia mengangkat kedua tangannya dan menatapku dalam-dalam.

"Aku yang memperbudak Siren dan Cimeries untuk menjebak kalian. Seharusnya kalian sadar ketika Siren mengatakan bahwa Rendra dan Merli yang diincar tetapi mengapa aku yang jadi sanderanya! Sekarang Siren dan Cimeries sudah tidak berguna, bahkan melawan kalian saja mereka kalah, sial!" jelas Bael begitu sombong dengan perbuatannya.

"Kenapa kamu harus melibatkan yang lain?! Apa tujuanmu yang sebenarnya katakan! Tidak perlu bertele-tele!" Aku menentangnya.

Mendekatinya dan mencoba menyerangnya sekali lagi.

"Merli! Aku mohon sadarlah!" pekik teriakan Rendra mengalihkanku.

Aku melihat pedang itu perlahan menghilang, menyisakan darah yang mengalir di tubuh Merli. Aku tahu kekuatanku tidak bisa sepenuhnya aku gunakan di dunia ini. Dimensi dunia ini berbeda dan terlalu jauh.

Di tengah kesadara Merli, Rendra menatapnya lirih. Sempat aku lihat Merli menatapku teduh, dia meminta tolong padaku, tetes air matanya mengalir. Segera aku menghampiri Merli namun hal itu di dahului oleh Bael.

Dengan kecepatannya dia mengambil Merli dari pangkuan Rendra. Masih dengan senyumnya tanpa penyesalan.

"Kamu benar-benar ingin tahu apa yang aku inginkan?" tanya Bael sekali lagi.

JRAKK!!

Tangan Bael menusuk dada Merli. Dengan cepat dia merogoh dan mengambil jantung Merli! Dan saat itu juga Merli sudah tidak kuasa untuk membuka matanya. Dia langsung lemas! Tubuhnya dilempar ke arah Rendra dan dia bisa menangkap tubuh Merli.

"TIDAK!! MERLI!!" pekik teriak Rendra kembali terdengar.

Aku melihat Rendra sangat terkejut akan hal itu, dia berteriak sekuat tenaga, dia terlihat sulit bernapas, memegang dadanya dan merasakan sesak. Tangisnya tidak bisa mengalir, dia terlihat depresi saat itu juga.

WILAYAH TAK TENTUWhere stories live. Discover now