The Allergic

4.2K 208 0
                                    

Sarah segera masuk ke dalam kamar Tina sesaat setelah pelayan mengantar mereka bertiga ke depan kamar Tina. Sarah memeriksa denyut nadi Tina, dan berbalik

"boleh aku tahu apa yang menggoresnya?" tanya Sarah

Lucy memberikan pisau itu pada Sarah. Sarah melihat dengan seksama pisau itu dan cairan yang melumuri si pisau

"like I thought" gumam Sarah

"Keith give me the antidote" pinta Sarah

Keith mengeluarkan Cairan putih dan alat suntik dari tasnya dan memberikan kedua benda itu pada Sarah. Sarah menyuntikkan cairan itu dan menunggu reaksi dari Tina

Tina terdiam, nafasnya mulai teratur. Seluruh orang di ruangan itu mendesah lega

"apa yang kau berikan padanya?" tanya Cornelia

"hanya obat Alergi. Dan aku rasa dia akan membutuhkan ini" Sarah menyodorkan obat tablet dan cairan untuk mengatasi alergi

"alergi?" tanya Cornelia

"iya alergi. Sejak kecil dia alergi pada minyak ikan dan aku rasa siapapun pemilik pisau ini, dia mungkin habis memotong ikan gemuk dengan banyak minyak. Memang ada sedikit kandungan racun disana, tapi racun itu sendiri sudah menghilang karna penawar racun yang kalian berikan" ujar Sarah

"kami pulang dulu. Sampaikan salam kami untuknya. Permisi" Sarah, Keith dan Zen meninggalkan mansion itu

"Oh iya, saya sarankan kalian menjauhkan minyak ikan darinya. Sungguh meski hanya terkena kulit itu akan berdampak menyeramkan apalagi jika dia memakannya" ujar Sarah sebelum mereka bertiga benar-benar keluar

Nick menatap Tina yang tertidur. Dia merapikan helaian rambut Tina dan mengusap pelan pipi Tina. Dia menunggui Tina di sebelah gadis itu. Dia terlelap di sebelah Tina dengan tangan masih menggenggam tangan Tina

Subuh. Jam empat subuh Nick bangun dan keluar dari kamar Tina dia masuk ke dalam kamarnya. Mandi dan mengganti pakaiannya. Nick berjalan ke pantry mengambil air mineral dingin dari kulkas dan menenggak habis air itu

"Tina?" Nick memanggil bingung

Tina tidak ada di kamarnya. Nick mengacak rambutnya geram. Dia begitu kesal dengan kebiasaan Tina yang suka lari dari kamarnya meski sedang sakit sekali pun. Nick keluar dan menelfon ke dapur bawah. Dia sangat yakin para pelayannya sudah bangun saat ini

"Tina disana atau gak?"

"Tidak ada Nick-ssama"

"Karin"

"Iya Nick-ssama"

"Lo gak lagi bohong kan?"

"Tidak Nick-ssama"

"Ya udah balik kerja sana"

Nick membanting telfonnya kasar. Dia kesal karna Tina tak kunjung ia temukan. Nick berjalan ke arah atas dimana taman kecil berada. Samar-samar ia mendengar suara seseorang

"Iya, aku baik-baik saja. Trima kasih sudah datang kemarin"

Nick menaiki tangga perlahan

"Aku tidak apa-apa, kenapa kalian ini menyebalkan sekali! Sudahlah aku tak apa. Jangan bertanya yang aneh-aneh!"

Nick berdiri di ujung pintu, menatap Tina dari belakang

"Iya aku mengerti. Sampai jumpa"

Tina berbalik dia bermaksud kembali ke kamarnya

"Astaga!" Ujar Tina kaget

Nick menatap Tina dengan kesal. Tina dapat merasakan aura kemarahan menguar dari badan Nick

"Kebiasaan!" Bentak Nick

Nick duduk di rerumputan dan berbaring disana. Matanya terpejam, sebenarnya Nick tahu saat ini kekasihnya itu sedang menatapnya takut. Nick menarik senyum tipis di bibirnya

"Sana masuk disini dingin" ujar Nick tanpa membuka matanya

"Ba-baik" Tina segera pergi

Nick membuka matanya, menatap langit yang masih terlihat gelap. Nick tersenyum lega. Tina tidak apa-apa, kekasihnya baik-baik saja. Nick menutup matanya, angin pagi membuatnya tertidur di atas rerumputan

'Hangat' batin Nick

Nick membuka matanya, dan menemukan kekasihnya tengah menatapnya

"Apa aku membangunkanmu?" Tanya Tina

Nick menggeleng. Entah sejak kapan kepalanya sudah berada di atas pangkuan Tina. Tina kini duduk bersimpuh sambil memangku kepala Nick dan sesekali Tina mengusap kening Nick

"Kamu bisa sakit jika tidur tanpa selimut disini" ujar Tina

Tina membawakan Nick selimut dan memakaikan selimut itu di tubuh Nick

"Tidurlah, aku tahu kamu tidak tidur semalaman"

Nick tidak menjawab dia memejamkan matanya. Berusaha untuk tidur. Usapan tangan Tina di kepalanya membuat dia nyaman

"Terima kasih"

Ucapan terakhir yang bisa didengar Nick sebelum dia kembali terlelap di pangkuan Tina. Sebelah tangan Nick menggenggam tangan Tina yang menganggur. Nick memastikan Tina akan tetap di sisinya sampai dia bangun nanti

Perlahan tapi pasti hembusan nafas Nick mulai teratur. Nick tertidur dengan pulas. Tina tersenyum dia menundukan kepalanya dan mengecup kening Nick

"Suki da you, danna-ssama" ucap Tina

STEAL MY HEARTWhere stories live. Discover now