Chapter 14 - Why?

4.3K 208 0
                                    

Nick kembali ke kamar Tina dan gadis itu masih sama seperti sebelum ia tinggalkan. Tina masih menutup matanya. Kulitnya sudah tidak terlalu pucat lagi, tapi dia masih belum sadar

"Tidurlah sayang. Mom akan menjaga Tina"

Nick menggeleng

"Sebaiknya mom istirahat saja. Biar aku yang menjaga Tina"

Kali ini Cornelia yang menggeleng. Baik Cornelia maupun Nick sama-sama merasa bersalah karna tidak membela Tina sama sekali. Meski mereka tahu Tina tidak akan melakukan hal semacam itu, mereka tidak berani melawan Ritsuka sang nenek

"Cepat bangun. Maaf..." Lirih Nick di telinga Tina

Cornelia merasa sangat sedih. Kesalahan dan kelemahannya membuat gadis yang dia anggap seperti putrinya sendiri menjadi seperti ini

"Mom ke bawah dulu"

Nick mengangguk saja. Tatapan matanya tidak terlepas sedikitpun dari Tina

.....

"Bagaimana Tina?"

Cornelia menggeleng

"Masih sama seperti kemarin Daniel. Apa yang harus kita lakukan?"

Daniel terdiam. Dia mendudukan dirinya di kasurnya dan meremat rambutnya. Menyesali kebodohannya

"Ayo kita ke bawah. Ibu dan yang lain pasti sudah menunggu" ajak Cornelia

Daniel mengangguk dan segera turun. Wajah kesal Ritsuka menjadi hal pertama yang menyambut Daniel dan Cornelia

"Bagus, suami, anak, menantu dan cucu-cucuku semuanya membela pelayan itu! Apa sih hebatnya pelayan itu sampai kalian membelanya?!"

"Ibu hanya belum melihat saja" ujar Cornelia

"Apa katamu?! Kamu sudah berani melawanku, hah?!"

Cornelia memilih diam. Sarapan pagi terasa sangat menegangkan hari itu. Tidak ada satu orangpun yang berani membuka mulut. Mereka diam dan larut dalam pikiran masing-masing

.....

Tiga hari. Ya, tiga hari sudah berlalu sejak sarapan penuh ketegangan itu terjadi. Sehari setelah hari itu, Ritsuka beserta suami dan putrinya pergi ke Inggris mengurus beberapa hal. Tina? Dia masih sama, masih setia menutup matanya. Nickolash? Dia juga masih setia menjaga Tina

Louisa dititipkan di kastil besar Russelldy, dan selama itu Louisa bermain bersama Karin dan Jeanne

"Bosan..." Gumam Louisa

"Kak Jeanne sibuk, kak Karin juga sibuk. Seluruh orang pergi menjalankan misi. aku ditinggalkan sendiri. Aku main kemana ya? Atau aku kesana saja?"

Louisa mengangguk mantap. Dia melangkahkan kaki kecilnya menuju ke lantai dua dan berjalan ke sebuah kamar

Kriett

Louisa masuk dan mendapati kamar tersebut kosong. Louisa menatap heran kamar kosong itu

"Ada yang bisa saya bantu nona?"

"Uwaa!!" Pekik Louisa

Louisa segera berbalik dan mendapati Tina berdiri di depan pintu walk-in closet dengan rambut masih basah dan pakaian pelayan miliknya

"Se-sejak kapan kakak sadar?"

"Entah lah nona, mungkin sekitar setengah jam yang lalu"

Louisa mengangguk. Dia bermain di kamar Tina. Sesekali Louisa bercerita tentang dirinya dan ibu juga ayahnya. Tina menjaga Louisa dengan baik

"Nona, ini sudah malam. Lebih baik nona tidur" bujuk Tina saat dia melihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam

"Aku masih ingin disini"

"Ayolah nona, tidak baik anak seumuran anda tidur terlalu larut. Nanti nona bisa jadi seperti nenek sihir"

Louisa bergidik ngeri membayangkannya

"Aku tidak mau"

"Karna itu ayo tidur"

Louisa mengangguk. Tina menggandeng tangan kecil Louisa dan berjalan menuju ke kamar milik Louisa

"Mimpi indah ya nona"

"Iya, terima kasih"

Tina menyelimuti Louisa di dalam selimut sutra yang halus

Tina menyelimuti Louisa di dalam selimut sutra yang halus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Selamat malam"

"Selamat malam"

Tina berjalan hendak keluar dari kamar itu

"Kakak"

Tina berbalik

"Maaf, waktu itu aku agak keterlaluan"

"Tak apa. Selamat malam nona"

Tina mematikan lampu dan segera keluar dari kamar itu. Tina berjalan di lorong gelap itu sendirian. Ya, hanya sendirian. Pikirannya terbang ke beberapa hari yang lalu. Dadanya kembali berdenyut nyeri saat mengingat sang kekasih tidak berniat membelanya sama sekali

Grepp

Sebuah pelukan sangat erat dan hangat Tina rasakan. Tak perlu bertanya siapa itu karna, dari baunya saja Tina sudah tahu siapa yang memeluknya

"Selamat datang" ujar Tina pelan

Lupakan kekesalannya, dia tetap seorang pelayan kan? Jadi dia tetap harus menyambut tuannya

"Anda harus mandi danna. Biar aku siapkan air untuk anda"

Tina melepaskan pelukan Nick dan segera memasuki kamar tuannya itu untuk menyiapkan air mandi. Nick mengikuti Tina dan berdiri bersandar pada pintu kamar mandi sambil menatap Tina. Lagi-lagi dia menghampiri dan memeluk Tina

"Maaf, anda harus mandi danna. Saya sudah siapkan air untuk danna. Saya permisi"

Tina kembali melepaskan pelukan Nick tanpa membalas pelukan itu sedikitpun. Nick menatap punggung Tina yang menjauh. Matanya menatap mata Tina yang kini agak dingin

"Dia tidak marah. Tapi dia..." gumam Nick

Benar Tina tidak marah, lantas ada apa dengan Tina? Tina kecewa padanya. Kecewa pada orang dicintainya dengan tulus. Tina berjalan keluar dari kamar itu dan masuk ke dalam kamarnya. Badan Tina langsung merosot di balik pintu saat pintu itu tertutup. Tina menangis sambil meremat bagian depan kemejanya

"Kenapa? Kenapa kamu begitu lembut padahal kemarin kamu tidak menatapku?" Lirih Tina

STEAL MY HEARTWhere stories live. Discover now