Part 1

48.5K 1.2K 4
                                    

"Tidak ada yang namanya kebetulan, yang ada hanyalah takdir. Seperti pertemuan kita saat ini, ini adalah takdir. Takdir yang memang sengaja untuk mempertemukan kita. Agar kita saling mengenal, satu sama lain."

***

Brukkk

Rennaline terjatuh, dan buku-buku yang tadi berada di tangannya kini sudah tergeletak di lantai dan berubah warna menjadi coklat, setelah sebuah minuman kaleng yang berisikan coffe tumpah tepat di atas buku-buku itu.

"Lo kalo jalan hati-hati dong! Jadi basah kan bukunya." Ucap Rennaline sambil membersihkan buku-buku yang basah akibat tumpahan coffe tadi.

"Gue jalan udah hati-hati bro, lo nya aja tuh yang jalannya di tengah-tengah. Lo pikir ini jalan punya lo apa." Sahut Dhiran selaku ketua tim basket sekaligus Playboy terpopuler di SMA Brites.

Rennaline merasa kesal dan marah. Bukannya membantu dirinya untuk membersihkan buku-buku itu, Dhiran malah balik menyalahkannya.

Rennaline berdiri tepat di hadapan Dhiran. "Lo pikir buku yang lo bikin kotor ini buku siapa? Ini bukunya Pak Ervan!"

Dhiran terkejut mendengar ucapan Rennaline barusan. Buku-buku itu milik Pak Ervan? Seorang guru matematika yang sangat terkenal akan kekejamannya menghukum murid yang bersalah tanpa ampun? Membayangkan akan dihukum oleh Pak Ervan saja, sudah membuat Dhiran bergidik ngeri. Apalagi jika ia benar-benar kena hukum.

Tetapi, kemudian Dhiran merasa masa bodoh dengan semua kejadin ini. Toh dirinya tidak bersalah, yang bersalahkan cewek culun yang ada di hadapannya sekarang ini.

"Emangnya gue nanya itu buku-buku punya siapa? Lagian yang bikin tuh buku-buku jadi basah kan lo." Sahutnya seraya berjalan menjauh.

Tapi baru beberapa langkah Dhiran berjalan, Pak Ervan sudah berdiri disana sambil menatap pada buku-buku miliknya yang basah dan tampak begitu kotor.

"Rennaline! Kenapa buku-buku punya Bapak jadi basah dan kotor begini?" Pak Ervan bertanya dengan wajahnya yang sedang menahan amarah.

Mampus gue! Gumam Rennaline. Kenapa juga Pak Ervan datang di saat yang tidak tepat? Ini buruk! Ini semua bukan salahnya, ini semua salah Dhiran! Berkutat dengan pikirannya sebentar, Rennaline berpikir untuk melibatkan Dhiran dalam masalah ini. Ia tidak mau dihukum atas kejadian yang tidak dilakukan oleh dirinya itu.

"Itu salah Dhiran Pak!" serunya menunjuk pada sosok Dhiran yang sudah berniat hendak kabur dari sana.

"Dhiran! Ikut keruangan saya."

Dhiran menatap tajam kearah Rennaline. Rennaline yang ditatap tajam seperti itu, hanya tersenyum licik kearah Dhiran. Rennaline sangat senang dirinya tidak diikut sertakan masuk kedalam ruangan Pak Ervan. Tetapi, pemikiran Rennaline tentang dirinya tidak diikut sertakan keruangan hanyalah ekspetasinya saja.

"Rennaline, Kamu juga ikut ke ruangan saya!"

Rennaline yang awalnya tersenyum licik berubah menjadi datar. Sebaliknya, Dhiran malah menahan untuk tidak tertawa melihat cewek culun berkacamata dan berkepang dua di hadapannya ini juga disuruh ikut keruangan Pak Ervan.

Pak Ervan menghempaskan semua buku-bukunya keatas meja. "Kenapa buku-buku punya saya jadi begini?" Pak Ervan menatap pada Rennaline, meminta jawaban. "Rennaline jawab!"

Rennaline terkesiap, ia lalu mulai menjelaskan bagaimana kejadian yang membuat buku-buku itu menjadi basah terjadi. "Tadi kan Pak, saya mau antar ini buku keruangan Bapak. Eh, tiba-tiba pas di perjalanan panjang saya mau keruangan Bapak ada Dhiran yang jalan gak liat-liat. Alhasil dia nabrak saya, terus minuman kaleng yang dia bawa tuh tumpah, kena buku-buku punya Bapak. Intinya, ini semua salahnya Dhiran Pak!"

Pak Ervan menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar penjelasan kronologi dari Rennaline barusan. Dhiran yang tidak terima karena disalahkan oleh Rennaline, akhirnya angkat bicara untuk membela diri.

"Itu fitnah Pak! Dianya aja tuh yang jalan di tengah-tengah makanya ketabrak sama saya, dia pikir ini jalan punya dia apa? Pokoknya ini semua salah dia Pak! Bukan salah saya."

Rennaline memicingkan matanya menatap kearah Dhiran, "kok jadi salah gue sih? Salah lo lah!"

"Salah lo lah! Udah punya mata empat juga, masa gak liat cowok ganteng kayak gue mau lewat?"

"Ganteng pala lo!"

"Emang ganteng! Sirik aja lo."

Pak Ervan yang sedari tadi melihat perdebatan antara Dhiran dan Rennaline menjadi pusing. Akhirnya Pak Ervan memilih untuk menghukum mereka berdua. "Sudah, diam kalian! Kalian berdua pel koridor di lantai 2!"

Rennaline shock mendengar hukuman yang diberikan. Mulutnya terbuka lebar selama beberapa detik. "Busett, yang bener Pak? Itu mau ngehukum saya apa mau ngebunuh saya? Sekolah ini kan besar banget Pak. Ngebayanginnya aja saya udah ngeri, apalagi ngelakuinnya? Mungkin saya nantinya jadi setengah hidup Pak."

Kesongongan Rennaline datang di saat yang tidak tepat, ia lupa bahwa yang ada dihadapannya sekarang ini adalah Pak Ervan. Bukannya mengerjakan hukuman yang telah diberi, Renanline malah nyerocos tidak jelas. Dhiran hanya mengernyitkan dahinya dan apa yang dipikirannya sekarang adalah udah gila nih cewek.

"Rennaline!!!" Teriak Pak Ervan sambil melototi Rennaline. "Pel sekarang atau hukumannya Saya tambah lagi!"

"Jangan gitu dong Pak. Bapak kan baik hati dan tidak sombong, rajin menabung pula. Kalo ngasih tugas juga bapa rajin, rajin banget malah. Jadi, hukumannya jangan ditambah lagi ya Pak? Ya? Ya?"

Sekarang Pak Ervan tampak emosi, dan hendak mengamuk. Tapi tepat sebelum itu terjadi, Dhiran sudah lebih dulu menarik Rennaline keluar dari dalam ruangan.

***
TBC

Hallo All, ini cerita IFILWP versi yang udah direvisi. Semoga baca ceritanya gak bikin sakit mata ya, wkwkwk.

Follow Instagram:
@official.ifilwp

I Fall In Love With Playboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang